Liputan6.com, Jakarta PT Asuransi Kredit Indonesia atau PT Askrindo, anggota dari Indonesia Financial Group kembali melakukan upaya nyata dalam mendukung berkembangnya UMKM di Indonesia.
Komisaris Independen PT Askrindo yang juga mantan Staf Khusus Bekraf Kemal Arsjad mengatakan, terdapat tiga hal utama yang perlu diperhatikan dalam membangun UMKM melalui e-commerce, yaitu Data, Daya dan Dana.
Baca Juga
“Di era serba cepat seperti sekarang ini para pelaku usaha dengan mudah mendapatkan data untuk keperluan pemasaran dan pengembangan usahanya. Akan tetapi masih juga diperlukan daya upaya yang pantang menyerah untuk dapat mencapai tujuan, sehingga dengan dana atau modal yang cukup, UMKM yang mempersiapkan diri untuk menghadapi persaingan digital ini pasti bisa bertahan dan mampu bersaing," ucap Kemal kepada wartawan, Rabu (24/3/2021).
Advertisement
Tidak ketinggalan, Agus Pribadi selaku SME Sales Channel Lead dari platform jual beli BliBli Galeri Indonesia juga membagikan pengetahuannya dan tips terkait digitalisasi UMKM.
Menurutnya, para pedagangan yang menasuki dunia e-commerce perlu melakukan inovasi dan promosi yang terus menerus.
"Dengan begitu, tidak menutup kemungkinan para pembeli akan berdatangan melalui akun e-commerce yang dimilikinya," kata Agus.
Dalam membantu digitalisasi UMKM, Askrindo juga mendaftarkan 300 lebih UMKM ke platform e-commerce dan juga Pasar Digital (PaDi), yang merupakan platform UMKM Digital dari Kementerian BUMN.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bersaing di Era Industri 4.0, Askrindo Siapkan Belanja IT Rp 200 Miliar
PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) terus berupaya mengembangkan produk bisnis sesuai dengan perkembangan industri dan kebutuhan masyarakat. Dengan demikian diharapkan tetap bisa membukukan kinerja positif ditengah-tengah pandemi Covid-19, yang masih berkepanjangan. Hal ini juga diiringi dengan peningkatan tata kelola perusahaan yang semakin baik.
Asuransi yang dimiliki oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini, tengah berupaya mengembangkan produk-produk retail melalui asuransi umum, hingga merambah asuransi bisnis financial technology (fintech), disamping terus menggenjot fokus utamanya di bisnis komersial dan korporasi, sehingga semakin melengkapi keberagaman produk dan layanan yang diberikan.
‘’Kami terus berupaya melakukan diversifikasi produk, sesuai dengan perkembangan digital yang semakin pesat dalam beberapa tahun terakhir ini,’’ papar Kepala Divsi Pemasaran Digital Askrindo Ardian Brahmana dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (23/3/2021).
"Produk yang kami tawarkan sudah berbasis digital sehingga kami tidak perlu lagi secara langsung harus bertemu dengan mitra bisnis atau perorangan, proses underwriting hingga pengajuan klaim juga semakin mudah, tanpa mengesampingkan prinsip kehati-hatian," tambah Ardian.
Sejak kuartal tiga 2020, Askrindo semakin aktif menggenjot bisnis retailnya antara lain melalui asuransi kebakaran, kecelakaan hingga perjalanan, dengan total pemegang polis hingga awal Maret mencapai sekitar 21.000 polis dan nilai pertanggungan sekitar Rp 24 miliar.
Layanan produk retail ini bisa langsung dibeli secara online di website Askrindo dengan proses yang mudah serta proses klaim yang tidak berbelit-belit karena telah ditopang oleh sistem teknologi yang lebih canggih.
Selain menggenjot bisnis retail, anak usaha Indonesia Financial Group ini, juga mendongkrak bisnis fintech yang semakin menjamur di Indonesia, baik melalui produk konvensional maupun produk produktif dan konsumptif. Fintech yang diincar oleh Askrindo tentunya yang memiliki track record baik dengan tingkat kolektibilitas tinggi, telah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan menjadi anggota Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI).
Hingga saat ini, Askrindo telah bekerja sama dengan 12 fintech besar di Indonesia dengan potensi nilai ekspansi setiap bulannya sekitar Rp 10 triliun sebelum masa pandemi dan saat ini nilai ekspansinya perlahan pulih kembali ke kisaran Rp 7 triliun per bulannya. Perseroan menargetkan perolehan premi untuk bisnis retail dan fintech bisa mencapai sekitar Rp 20 miliar pada akhir 2021.
"Selama masa pandemi memang terjadi peningkatan rasio kredit bermasalah, namun kami telah melakukan mitigasi risiko bersama mitra kami untuk bisa segera menurunkan kredit yang bermasalah sehingga kami bisa tetap menopang permodalan dan usaha mereka," papar Ardian.
Untuk menopang dan menggenjot seluruh lini bisnisnya, Askrindo dalam 3 tahun terakhir telah melakukan pengembangan teknologi informasi (IT) sehingga mampu bersaing dalam industri 4.0 saat ini, mulai dari peningkatan teknologi itu sendiri, sumber daya manusia, bisnis proses hingga tata kelolanya.
Diharapkan pada tahun ini, seluruh road map yang telah disusun sejak 2018, sepenuhnya mampu diimplementasikan mulai dari pusat, cabang hingga kepada mitra bisnis.
“Pengembangan teknologi ini sangat diperlukan untuk pencatatan produksi yang tepat serta mempercepat analisa underwriting dengan meminimalisi kerugian karena potensi klaim yang lebih besar di masa mendatang bisa dimitigasi, atau dengan kata lain tingkat akurasi analisa semakin tinggi dan dapat dipertanggujawabkan,” papar Kepala Divisi Pengembangan IT Askrindo Rachmad Hidayat.
Secara keseluruhan untuk pengembangan teknologi, perusahaan menganggarkan belanja modal sekitar Rp 250 miliar.
Advertisement