Konferensi TBN Asia 2022: Ketika Berbagai Agama dan Kepercayaan Kompak Hadapi Masalah Sosial

Beragam pembahasan dengan nara sumber yang ciamik dan inspiratif, memberi banyak tambahan khasanah bagi publik di Konferensi TBN Asia 2022.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Sep 2022, 10:55 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2022, 09:31 WIB
onferensi hybrid TBN Asia 2022 diikuti peserta dari negara-negara Asia Tenggara, Afrika, India, Amerika Serikat, dan Swiss.
Konferensi hybrid TBN Asia 2022 diikuti peserta dari negara-negara Asia Tenggara, Afrika, India, Amerika Serikat, dan Swiss.

Liputan6.com, Bali - Konferensi Hybrid TBN Asia 2022, di Seminyak, Bali, terus memberikan banyak inspirasi bagi lingkup relasi sosial. Helatan di Trans Resort Hotel ini konsisten mendapat atensi dari 350 peserta yang datang langsung, plus mereka yang menyaksikan via jaringan online.

Seperti diketahui, konferensi hybrid TBN Asia 2022 diikuti peserta dari negara-negara Asia Tenggara, Afrika, India, Amerika Serikat, dan Swiss. Tidak ada penurunan animo lantaran materi yang dipresentasikan dan didiskusikan terus menghangat dan tidak antiklimaks.

Beragam pembahasan dengan nara sumber yang ciamik dan inspiratif, memberi banyak tambahan khasanah bagi publik.

Misalnya pada sesi investasi bersama dari multi organisasi berbasis agama dan kepercayaan, menyajikan sebuah dimensi baru dalam gerakan ekonomi strategis yang berwawasan lingkungan dan sosial.

Dalam pembahasan ini, Indonesia diwakili satu di antara petinggi Majelis Ulama Indonesia, Dr. Hayu Prabowo. Pakar ekonomi syariah jebolan Trisakti itu membahas mengenai matra donasi dan sekaligus tanggung jawab sosial dalam prespektif Islam menyoal wakaf dan zakat.

Sedangkan perwakilan lain dari golongan Kristen Protestan, Kristen Katolik, dan Hindu dari sejumlah negara membahas studi kasus penggunaan dana dari umat masing-masing untuk sejumlah pembangunan fasilitas sosial, pendidikan, dan kegiatan kemanusiaan yang nilainya lebih dari 2 miliar dolar AS atau setara Rp 30,2 triliun per tahun.

Aneka respons memiliki titik kemenarikan. Satu di antaranya sempat muncul diskusi mengenai kekhawatiran pengelolaan uang bersama itu digunakan untuk kepentingan yang tidak sesuai dengan akidah dari agama atau kepercayaan peserta yang kompak dalam multifaith based investment ini.

“Investasi akan dipastikan memasuki ranah yang menjadi wilayah problem sosial bersama demi kepentingan publik secara umum, bukan hanya untuk yang beragama Islam saja, tapi juga Kristen, Hindu, dll..,” jelas Hayu Prabowo.

Menyangkut pengelolaan profesional keuangan dari Faith Invest tersebut semua sepakat bahwa selama ini pengumpulan dana umat kurang memproyeksikan uang di urusan audit, perpajakan, akuntansi, dan pelaporan yang transparan secara profesional.

Pada hal-hal sensitif inilah justru lembaga keuangan kolektif berbasis agama ini akan masuk melakukan perbaikan.

Pernyataan Hayu sendiri dalam kesempatan terpisah diamini aktivis pendiri Peace Generation, Irfan Amalee. Pria asal Bandung ini adalah penulis buku-buku laris yang bertema gerakan damai antaragama yang sudah diterjemahkan dalam sembilan bahasa dan dipakai di berbagai institusi pendidikan lewat pendekatan Islam, Kristen, Hindu, dan sejumlah kepercayaan lainnya.

Irfan yang sempat muncul di panggung utama pada hari pertama konferensi melihat investasi di bidang-bidang yang netral tidak akan berpotensi melahirkan konflik baru. Is justru meyakini hal itu akan menyatukan umat manusia menghadapi “musuh bersama”, seperti soal diperlukannya lebih banyak fasilitas penyedia air bersih dan sanitasi.

“Memang penggunaan dana tersebut harus dilakukan bukan di area yang didasari kepercayaan dan agama, tapi justru di-common ground kita semua sebagai bagian dari society,” katanya kepada Liputan6.com.

 


Berbalik dari Radikal menjadi Juru Damai

Hal yang menarik lagi dari Irfan adalah fakta organisasi miliknya, Peace Generation, justru didirikan bersama seorang warga AS beragama Kristen.

Kolaborasi ini tidak dibayangkannya bisa terwujud, terutama bila menilik latar belakang pendidikan Islam moderat yang diserapnya saat masih di pondok pesantren dan bangku perkuliahan.

Sosok berjanggut dan berkacamata itu fasih berbahasa Arab dan Inggris. Ia sempat terpapar paham-paham radikal yang berisikan ajakan untuk membenci agama lain bukan melalui pesantren namun lewat literatur yang dipilihnya sendiri.

Akhirnya, Irfan terselamatkan berkat sebuah pengalaman yang mengubah hidup saat menyelami ajaran antikekerasan dari figur Mahatma Gandhi.

Setelah itu, ia bergabung dengan organisasi non-pemerintah yang membawanya "berjalan bareng" dengan Transformational Business Network Asia.

Well, konferensi TBN Asia 2022 sendiri baru akan berakhir di Sabtu (24/9/2022) dengan program Impact Trip.

Event kali ini berupa kunjungan para peserta ke beberapa tempat pengaplikasian gerakan sosial, seperti produsen bioplastik, produsen madu Bali Honey yang ramah lingkungan, dan lainnya.

Peserta kegiatan pameran dan bazar dalam konferensi ini memang kental berwawasan hijau. Satu di antaranya adalah lembaga Pelepah, yang membuat wadah-wadah makanan modern pengganti styrofoam, yang berbasis di Jakarta dan memanfaatkan pasokan pelepah pisang dari Jambi. Pembahasan berikutnya akan fokus di gerakan hijau tersebut, simak terus. (Darojatun/KLY).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya