Badai Keuangan, SoftBank PHK 30 Persen Karyawan Unit Vision Fund

PHK di Softbank kabarnya akan terjadi pada karyawan di lengan investasi Vision Fund, menurut dua sumber terkait.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 13 Jun 2023, 15:00 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2023, 15:00 WIB
Ilustrasi PHK (Istimewa)
Perusahaan keuangan asal Jepang, SoftBank Group Corp dikabarkan sedang merencanakan putaran baru Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Ilustrasi PHK (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan keuangan asal Jepang, SoftBank Group Corp dikabarkan sedang merencanakan putaran baru Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). 

Melansir CNBC International, Selasa (13/6/2023) PHK di Softbank kabarnya akan terjadi pada karyawan di lengan investasi Vision Fund, menurut dua sumber terkait. 

PHK, yang akan diumumkan dalam dua pekan ke depan, dapat memengaruhi hingga 30 persen staf Softbank di unit tersebut, termasuk karyawan di AS.

Unit Dana Visi SoftBank, yang telah membukukan kerugian investasi besar, memiliki jumlah karyawan 349 pada akhir Maret 2023, menurut laporan perusahaan.

PHK kali ini mengikuti pemutusan hubungan kerja pada sekitar 150 pekerja Softbank secara global di cabang investasi dan SoftBank Group International pada September 2023.

SoftBank, yang juga merupakan investor di perusahaan teknologi seperti raksasa fintech Klarna dan pemilik TikTok, ByteDance, telah melihat valuasi portofolionya turun di tengah kenaikan suku bunga yang tajam dan meningkatnya ketegangan AS-China.

Grup tersebut melaporkan kerugian bersih tahunan sebesar 970 miliar yen atau setara Rp. 103,3 triliun per 31 Maret 2023. Perusahaan juga mengurangi kerugian investasi di unit Vision Fund dengan menjual sahamnya di Alibaba Group Holding Ltd.

Portofolio Vision Fund bernilai USD 31 miliar pada akhir Maret 2023, lebih kecil dibandingkan dengan biaya akuisisi sebesar USD 49,9 miliar.

SoftBank telah secara signifikan mengurangi aktivitas investasinya dan menarik diri dari presentasi publik untuk fokus pada perancang chip.

Westpac PHK 300 Karyawan Padahal Catatkan Laba

PHK
Ilustrasi: PHK Karyawan (Sumber: IEEE Spectrum)

Pemberi pinjaman asal Australia, Westpac Banking Corp mengungkapkan akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap sekitar 300 pekerjanya. 

Mengutip US News, Senin (12/6/2023) karyawan yang terkena PHK di Westpac mencakup segmen perbankan konsumen dan bisnis.

PHK terjadi ketika Westpac mencatat pertumbuhan laba yang kuat di tengah kenaikan suku bunga dan inflasi yang melonjak.

Serikat Sektor Keuangan Australia (FSU) mengatakan bahwa bank terbesar ketiga di negara itu akan mengurangi jumlah karyawan dari Divisi Perbankan Bisnis dan Konsumen, mengutip memo internal Westpac yang dilihat oleh serikat pekerja.

Potensi PHK mewakili 0,8 persen dari total tenaga kerja penuh waktu Westpac sebanyak 37.476 orang, per September 2022.

Namun, Sekretaris Nasional FSU Julia Angrisano mengecam PHK tersebut. 

"Pekerja Westpac telah berjuang dengan tuntutan beban kerja yang berlebihan, dan pemotongan ini berarti mereka yang tertinggal perlu melakukan lebih banyak dengan lebih sedikit tenaga," ujarnya.

Pada Mei 2023, Westpac bersama pemberi pinjaman utama termasuk ANZ Group, National Australia Bank serta DBS Group Singapura memperingatkan tentang tekanan pada margin bunga bersih bank, karena siklus suku bunga mendekati puncaknya.

Sebelum PHK, Westpac melaporkan kenaikan laba bersih semester pertama sebesar 22 persen menjadi 4,00 miliar dolar Australia di tengah lingkungan inflasi tinggi.

Standard Chartered PHK Karyawan di Hong Kong hingga London

Standard Chartered
Standard Chartered Bank (iStockphoto)

Sebelumnya, bank asal Inggris, Standard Chartered juga melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap karyawannya di Singapura, London, dan Hong Kong. 

Langkah PHK bank yang terdaftar di London itu adalah yang terbaru di antara bank-bank besar yang memangkas jumlah pekerjanya.

Mengutip Channel News Asia, Kamis (8/6/2023) PHK di Standard Chartered merupakan bagian dari rencana bank untuk memangkas biaya senilai lebih dari USD 1 miliar atau setara Rp. 14,9 triliun hingga 2024.

Bank Inggris itu sebelumnya mengatakan akan mengurangi biaya sebesar USD 1,3 miliar sebagai bagian dari program efisiensi biaya.

Secara total, pengurangan karyawan di Standard Chartered diperkirakan bisa mencapai lebih dari 100 tenaga kerja, meskipun jumlah akhir belum diputuskan, menurut laporan Bloomberg News, mengutip sumber yang mengetahui kabar PHK tersebut.

Laporan Bloomberg juga menyebut, Standard Chartered telah mulai memangkas posisi di bagian middle-office termasuk sumber daya manusia dan transformasi digital di Asia dalam beberapa pekan terakhir.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya