Oracle PHK Ratusan Karyawan di Unit Kesehatan

Oracle pada Kamis (15/6) memberhentikan ratusan karyawan, membatalkan tawaran pekerjaan dan mengurangi posisi terbuka di unit kesehatannya.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 16 Jun 2023, 13:00 WIB
Diterbitkan 16 Jun 2023, 13:00 WIB
PHK
Ilustrasi: PHK Karyawan (Sumber: IEEE Spectrum)

Liputan6.com, Jakarta Badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) melanda tenaga kerja di perusahaan perangkat lunak asal Texas, Amerika Serikat, Oracle

Melansir US News, Jumat (16/6/2023) Oracle pada Kamis (15/6) memberhentikan ratusan karyawan, membatalkan tawaran pekerjaan dan mengurangi posisi terbuka di unit kesehatannya, menurut tiga sumber yang mengetahui kabar PHK tersebut.. 

Laporan Insider menyebut, PHK di Oracle mengikuti ribuan pemangkasan laryawan di perusahaan Amerika karena perusahaan bergulat dengan tingkat inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga The Fed.

Unit kesehatan Oracle termasuk perusahaan rekam medis elektronik Cerner yang diakuisisi senilai USD 28,3 miliar atau setara Rp. 422,8 triliun, yang menjadi kesepakatan dengan nilai terbesar pada Desember tahun lalu.

Pemutusan hubungan kerja itu sebagian besar disebabkan pekerjaan di Cerner yang menantang dengan Departemen Urusan Veteran AS, yang menyewa Cerner untuk mengganti catatan medis buatannya dengan teknologi Cerner, menurut laporan Insider.

Karyawan Oracle yang diberhentikan akan menerima uang pesangon yang setara dengan durasi kerja selama empat minggu, ditambah satu minggu tambahan untuk setiap tahun masa kerja dan pembayaran hari libur, tambah laporan itu.

Sementara itu, pihak Oracle tidak menanggapi permintaan komentar terkait kabar PHK di lingkungan pekerjanya.

Padahal, Oracle baru saja memperoleh rekor pendapatan sebesar USD 50 miliar atau Rp. 743 triliun untuk tahun fiskal 2023, menurut pendapatan perusahaan yang dirilis pada Selasa (13/6) .

Goldman Sachs PHK Puluhan Pekerja di Asia

Ilustrasi PHK atau Berhenti Kerja. Foto: Unsplash/ Scott Graham
Ilustrasi PHK atau Berhenti Kerja. Foto: Unsplash/ Scott Graham

Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kembali melanda sektor keuangan, kali ini di kawasan Asia. Perusahaan bank investasi asal Amerika Serikat, Goldman Sachs Group memangkas lebih dari 30 pekerja penbankan di Asia, menurut dua sumber yang mengetahui kabar tersebut.

Dilaporkan, PHK terjadi karena lingkungan pasar yang menantang. Hal ini membebani kesepakatan dan pendapatan perdagangan bank yang berkantor pusat di Wall Street itu.

Melansir Channel News Asia, Kamis (15/6/2023), PHK Goldman Sachs Asia sebagian besar terdampak pada karyawan di divisi perbankan & pasar global, yang dimulai pada 14 Juni 2023.

Pemangkasan terbesar terjadi pada para bankir Goldman Sachs di China, dengan sembilan bankir pasar modal ekuitas yang berbasis di Beijing dan Hong Kong diberhentikan, termasuk seorang direktur pelaksana.

PHK terbaru di Asia adalah bagian dari putaran baru PHK Goldman Sachs secara global yang akan mengurangi 250 pekerja dalam beberapa pekan mendatang, menurut sumber kelima yang mengetahui situasi tersebut.

Seperti diketahui, bank-bank Wall Street telah mengurangi jumlah pegawainya sejak akhir tahun lalu karena merosotnya kesepakatan yang membebani pendapatan mereka.

Salah satu pesaing Goldman Sachs, yakni Morgan Stanley juga berencana untuk melakukan PHK terhadap sekitar 3.000 pekerja pada kuartal kedua.

Citigroup yang telah mulai melakukan PHK pada lebih dari 20 pekerjanya di Asia, sebagian besar di tingkat junior, menurut laporan Bloomberg.

Badai Keuangan, SoftBank PHK 30 Persen Karyawan Unit Vision Fund

Ilustrasi PHK (Istimewa)
Ilustrasi PHK (Istimewa)

Perusahaan keuangan asal Jepang, SoftBank Group Corp dikabarkan sedang merencanakan putaran baru Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). 

Melansir CNBC International, Selasa (13/6/2023) PHK di Softbank kabarnya akan terjadi pada karyawan di lengan investasi Vision Fund, menurut dua sumber terkait. 

PHK, yang akan diumumkan dalam dua pekan ke depan, dapat memengaruhi hingga 30 persen staf Softbank di unit tersebut, termasuk karyawan di AS.

Unit Dana Visi SoftBank, yang telah membukukan kerugian investasi besar, memiliki jumlah karyawan 349 pada akhir Maret 2023, menurut laporan perusahaan.

PHK kali ini mengikuti pemutusan hubungan kerja pada sekitar 150 pekerja Softbank secara global di cabang investasi dan SoftBank Group International pada September 2023.

SoftBank, yang juga merupakan investor di perusahaan teknologi seperti raksasa fintech Klarna dan pemilik TikTok, ByteDance, telah melihat valuasi portofolionya turun di tengah kenaikan suku bunga yang tajam dan meningkatnya ketegangan AS-China.

Grup tersebut melaporkan kerugian bersih tahunan sebesar 970 miliar yen atau setara Rp. 103,3 triliun per 31 Maret 2023. Perusahaan juga mengurangi kerugian investasi di unit Vision Fund dengan menjual sahamnya di Alibaba Group Holding Ltd.

Portofolio Vision Fund bernilai USD 31 miliar pada akhir Maret 2023, lebih kecil dibandingkan dengan biaya akuisisi sebesar USD 49,9 miliar.

SoftBank telah secara signifikan mengurangi aktivitas investasinya dan menarik diri dari presentasi publik untuk fokus pada perancang chip. 

Westpac PHK 300 Karyawan Padahal Catatkan Laba

Kecemasan PHK atau layoff
Ilustrasi cemas karena PHK atau layoff (Foto: Shutterstock/fizkes)

Pemberi pinjaman asal Australia, Westpac Banking Corp mengungkapkan akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap sekitar 300 pekerjanya. 

Mengutip US News, Senin (12/6/2023) karyawan yang terkena PHK di Westpac mencakup segmen perbankan konsumen dan bisnis.

PHK terjadi ketika Westpac mencatat pertumbuhan laba yang kuat di tengah kenaikan suku bunga dan inflasi yang melonjak.

Serikat Sektor Keuangan Australia (FSU) mengatakan bahwa bank terbesar ketiga di negara itu akan mengurangi jumlah karyawan dari Divisi Perbankan Bisnis dan Konsumen, mengutip memo internal Westpac yang dilihat oleh serikat pekerja.

Potensi PHK mewakili 0,8 persen dari total tenaga kerja penuh waktu Westpac sebanyak 37.476 orang, per September 2022.

Namun, Sekretaris Nasional FSU Julia Angrisano mengecam PHK tersebut. 

"Pekerja Westpac telah berjuang dengan tuntutan beban kerja yang berlebihan, dan pemotongan ini berarti mereka yang tertinggal perlu melakukan lebih banyak dengan lebih sedikit tenaga," ujarnya.

Pada Mei 2023, Westpac bersama pemberi pinjaman utama termasuk ANZ Group, National Australia Bank serta DBS Group Singapura memperingatkan tentang tekanan pada margin bunga bersih bank, karena siklus suku bunga mendekati puncaknya.

Sebelum PHK, Westpac melaporkan kenaikan laba bersih semester pertama sebesar 22 persen menjadi 4,00 miliar dolar Australia di tengah lingkungan inflasi tinggi. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya