Liputan6.com, Jakarta Dana Moneter Internasional (IMF) buka suara dalam menanggapi pecahnya konflik antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas.
Mengutip US News, Selasa (10/10/2023) IMF mengatakan bahwa pihaknya memantau dengan cermat perkembangan di Israel dan Gaza.
Baca Juga
Namun IMF melihat, masih terlalu dini untuk menilai dampak ekonomi dari peristiwa yang menewaskan ratusan jiwa tersebut.
"Kami sangat sedih atas hilangnya nyawa. Kami memantau situasi ini dengan cermat," kata juru bicara IMF, seraya menambahkan bahwa masih terlalu dini untuk mengatakan apa pun mengenai konsekuensi ekonomi.
Advertisement
Potensi Tambah Krisis
Diwartakan sebelumnya, ekonom juga di Bank for International Settlements telah mengingatkan hal serupa.
Tetapi dia mengakui, konflik ini berpotensi menambah kekhawatiran yang tidak dapat diprediksi terhadap perekonomian global yang sudah melambat, serta pasar AS masih beradaptasi dengan kemungkinan bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama.
"Masih terlalu dini untuk mengatakan apa dampaknya, meskipun pasar minyak dan ekuitas mungkin akan terkena dampak langsung," kata Agustin Carstens, manajer umum di Bank for International Settlements, dikutip Selasa (10/10).
"Sumber ketidakpastian ekonomi apa pun akan menunda pengambilan keputusan, meningkatkan premi risiko, dan terutama mengingat wilayah tersebut…ada kekhawatiran mengenai di mana minyak akan dibuka," ungkap Carl Tannenbaum, kepala ekonom Northern Trust.
"Pasar juga akan mengikuti skenario yang ada. Pertanyaannya adalah apakah pengulangan akan membuat keseimbangan jangka panjang menjadi tidak seimbang?" ujarnya.
Bank Dunia Desak Deeskalasi Konflik Israel-Hamas
Bank Dunia juga ikut buka suara menanggapi pecahnya konflik antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas.
Mengutip US News, Selasa (10/10/2023) Bank Dunia dalam pernyataannya mendesak deeskalasi cepat untuk konflik di Israel dan Gaza.
Pernyataan itu dikeluarkan Bank Dunia beberapa hari menjelang pertemuan tahunannya dengan Dana Moneter Internasional (IMF) di Maroko, yang dijadwalkan mulai 15 Oktober mendatang.
"Kami mengharapkan peredaan konflik dan diakhirinya kekerasan dengan celar. Bank Dunia dan mitra pembangunan kami telah lama bekerja untuk mendukung masyarakat termiskin dan paling rentan di Tepi Barat dan Gaza, dan kami tetap berkomitmen untuk membangun perdamaian. fondasi untuk masa depan yang lebih stabil dan berkelanjutan," kata Bank Dunia.
Pertemuan tahunan pada 9-15 Oktober di Marrakesh diperkirakan akan fokus pada peningkatan sumber daya untuk IMF dan Bank Dunia. Namun perhatian banyak pejabat pemerintah dan perwakilan nirlaba pada hari pertama beralih pada kemungkinan konflik yang lebih luas.
"Kami semua sangat terkejut dengan besarnya jumlah korban di kedua belah pihak," kata Anna Bjerde, direktur pelaksana operasi Bank Dunia dalam sebuah wawancara.
Seperti diketahui, konflik Israel-Hamas sempat mendorong kenaikan harga minyak dunia dan mendorong masuknya aset-aset safe-haven seperti emas.
Kepala Ekonom Bank Dunia Indermit Gill melihat kemungkinan bahwa konflik tersebut akan menjadi salah satu diskusi penting pada pertemuan IMF-Bank Dunia yang membahas utang negara, prospek pertumbuhan yang buruk, dan kemunduran besar dalam pembangunan yang disebabkan oleh pandemi COVID-19.
"Negara-negara berpendapatan rendah selalu menjadi perhatian Anda, dan ada 750 juta orang yang tinggal di sana," ujar ekonom Bank Dunia.
Advertisement
Jika Konflik Hamas dan Israel Menjalar ke Iran, Kenaikan Harga Minyak Dunia Tak Terbendung
Harga minyak dunia melonjak 4 persen ketika konflik Israel-Hamas memasuki hari ketiga menyusul serangan mendadak Israel oleh kelompok militan Palestina tersebut.
Mengutip CNBC International, Senin (9/10/2023) harga minyak berjangka Brent diperdagangkan 4,53 persen lebih tinggi sebesar USD 88,41 per barel pada hari Senin.
Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 4,69 persen menjadi USD 88,67 per barel.
Pada Sabtu 7 Oktober 2023, Hamas melancarkan infiltrasi multi-cabang ke Israel melalui darat, laut dan udara menggunakan paralayang.
Serangan itu terjadi beberapa jam setelah ribuan roket dikirim dari Gaza ke Israel.
Laporan NBC News menyebut, peristiwa itu menelan setidaknya 700 korban jiwa. Kementerian Kesehatan Palestina sejauh ini mencatat 313 kematian.
Meskipun terjadi lonjakan harga minyak mentah, para analis yakin hal ini hanya terjadi secara spontan dan mungkin bersifat sementara.
"Agar konflik ini memiliki dampak yang bertahan lama terhadap pasar minyak, harus ada pengurangan pasokan atau transportasi minyak secara berkelanjutan," kata Vivek Dhar, direktur penelitian komoditas pertambangan dan energi di Commonwealth Bank.
"Jika tidak, seperti yang telah ditunjukkan oleh sejarah, reaksi positif terhadap harga minyak cenderung bersifat sementara dan mudah dikalahkan oleh kekuatan pasar lainnya,” tulis Dhar dalam catatan hariannya.
Diketahui, Israel sendiri memiliki dua kilang minyak dengan kapasitas gabungan hampir 300.000 barel per hari.
Tetapi menurut Administrasi Informasi Energi A.S., negara itu hampir tidak memiliki produksi minyak mentah dan kondensat. Hal serupa juga terjadi pada wilayah Palestina yang tidak menghasilkan minyak, menurut data dari EIA.