IMF Pangkas Ramalan Pertumbuhan Ekonomi China dan Eropa

IMF memproyeksi pertumbuhan PDB Tiongkok sebesar 5,0 persen pada 2023 dan 4,2 persen pada tahun 2024.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 11 Okt 2023, 12:50 WIB
Diterbitkan 11 Okt 2023, 12:50 WIB
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva. Dok: Twitter @KGeorgieva

Liputan6.com, Jakarta Dana Moneter Internasional (IMF) dalam laporan World Economic Outlook terbarunya memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi Tiongkok dan zona euro.

Melansir Channel News Asia, Rabu (11/10/2023), IMF memproyeksi pertumbuhan PDB Tiongkok meningkat sebesar 5,0 persen pada tahun 2023 dan 4,2 persen pada tahun 2024.

Angka ini mencerminkan revisi ke bawah masing-masing sebesar 0,2 dan 0,3 poin persentase, terutama karena krisis real estate di negara tersebut dan lemahnya permintaan eksternal.

IMF juga memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi zona euro menjadi 0,7 persen pada tahun 2023 dan 1,2 persen pada tahun 2024, turun dari perkiraan masing-masing pada bulan Juli sebesar 0,9 persen dan 1,5 persen.

Inggris, yang sama seperti zona euro, sangat terpukul oleh guncangan biaya energi yang tinggi, namun perkiraan pertumbuhannya dinaikkan sebesar 0,1 poin persentase menjadi 0,5 persen pada tahun 2023, kemudian dipangkas lagi 0,4 poin persentase menjadi 0,6 persen untuk tahun 2024.

Sementara itu, IMF mempertahankan perkiraan pertumbuhan Produk Domestik (PDB) riil global di sisa tahun 2023 sebesar 3,0 persen.

Namun IMF memangkas perkiraan pertumbuhan global tahun 2024 sebesar 0,1 poin persentase menjadi 2,9 persen dari perkiraan bulan Juli. Output dunia tumbuh 3,5 persen pada tahun 2022.

Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas mengatakan bahwa ekonomi global terus pulih dari pandemi COVID-19, perang Rusia-Ukraina, dan krisis energi tahun lalu, namun tren pertumbuhan semakin berbeda di seluruh dunia, dan prospek pertumbuhan jangka menengah semakin tidak menentu.

Gourinchas mengungkapkan, perkiraan secara umum menunjukkan soft landing, namun IMF tetap mengkhawatirkan risiko terkait krisis real estat di Tiongkok, harga komoditas yang bergejolak, fragmentasi geopolitik, dan kebangkitan inflasi.

"Perekonomian global menunjukkan ketahanan. Perekonomian global tidak terpuruk akibat guncangan besar yang dialami dalam dua atau tiga tahun terakhir, namun juga tidak terlalu bagus," kata Gourinchas dalam sebuah wawancara.

"Kami melihat perekonomian global sedang tertatih-tatih dan belum berjalan dengan baik," ujarnya.


Dampak Ekonomi Konflik Israel-Hamas Belum Diketahui

Pemukiman Warga Palestina Hancur
Warga Palestina membawa barang-barang pribadi berjalan melewati bangunan yang rusak parah setelah serangan udara Israel di distrik al-Rimal, Kota Gaza, pada 10 Oktober 2023. (Mahmud HAMS/AFP)

Risiko baru yang tak terduga muncul menyusul terjadinya konflik Israel-Hamas.

Menurut Gourinchas, masih terlalu dini untuk menentukan bagaimana eskalasi besar dalam konflik yang telah berlangsung lama ini akan berdampak pada perekonomian global:

"Tergantung bagaimana situasi ini akan terjadi, ada banyak skenario berbeda yang belum kita mulai eksplorasi, jadi kami belum bisa membuat penilaian apa pun pada saat ini," jelasnya.

"Ada ketidakpastian. Ada fragmentasi geoekonomi, pertumbuhan produktivitas yang rendah, dan demografi yang rendah. Jika semua hal ini digabungkan, maka pertumbuhan jangka menengah akan melambat," katanya.

 


Inflasi Global

FOTO: IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Suasana gedung perkantoran di Jakarta, Sabtu (17/10/2020). International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 menjadi minus 1,5 persen pada Oktober, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya pada Juni sebesar minus 0,3 persen. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Inflasi global terus menunjukkan penurunan karena turunnya harga energi dan pada tingkat lebih rendah. Angka ini diperkirakan akan turun menjadi rata-rata tahunan sebesar 6,9 persen pada tahun 2023, dari 8,7 persen pada tahun 2022, dan menjadi 5,8 persen pada tahun 2024.

Inflasi inti, tidak termasuk harga pangan dan energi, turun secara bertahap, dan diperkirakan IMF akan turun menjadi 6,3 persen pada tahun 2023, dari 6,4 persen pada tahun 2022, dan menjadi 5,3 persen pada tahun 2024, mengingat pasar tenaga kerja yang masih ketat dan tingkat inflasi yang lebih tinggi dibandingkan inflasi pada tahun 2023.

"Kita belum cukup sampai di sana," kata Gourinchas dalam pertemuan terpisah dengan wartawan, seraya menambahkan IMF memperingatkan pembuat kebijakan moneter di bank sentral agar tidak menurunkan suku bunga terlalu cepat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya