Butuh 40 Tahun dan Rp 934,5 Triliun Biar Pantura Tak Tenggelam

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto memutuskan untuk ikut ambil bagian dalam pembangunan proyek tanggul laut raksasa Pulau Jawa, atau Giant Sea Wall.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 10 Jan 2024, 15:15 WIB
Diterbitkan 10 Jan 2024, 15:15 WIB
Tanggul Laut Muara Baru Jebol
Kondisi tanggul laut National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) dan permukaan tanah yang jebol di Pelabuhan Muara Baru, Jakarta, Rabu (4/12/2019). Menurut saksi mata, tanggul laut tersebut jebol secara perlahan sejak Selasa (3/12/2019) sore. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto memutuskan untuk ikut ambil bagian dalam pembangunan proyek tanggul laut raksasa Pulau Jawa, atau Giant Sea Wall. Menurut perhitungannya, proyek tersebut butuh waktu tidak sebentar hingga dana jumbo senilai USD 60 miliar, atau setara Rp 934,5 triliun (kurs Rp 15.575 per dolar AS).

Prabowo menganggap pembangunan tanggul laut Jawa sebenarnya bukan tanggung jawab langsung dirinya sebagai Menteri Pertahanan. Namun, ia mengaku tidak bisa menerima masih banyaknya masyarakat di kawasan Pantura Jawa yang terancam tenggelam dan kerap terendam akibat permukaan tanah terus tergerus.

"Karena itu, saya menugaskan Universitas Pertahanan yang berada di bawah tanggung jawab saya untuk melakukan pengkajian. Tentunya, kita kembali bahwa jawaban yang sesungguhnya adalah konsep Giant Sea Wall ini," ujarnya dalam Seminar Nasional di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Rabu (10/1/2024).

Namun, itu bukan tegas yang bisa dikerjakan cepat. Sebab menurutnya, pembangunan Giant Sea Wall dari ujung ke ujung Pantura Jawa butuh waktu hingga 40 tahun.

"Mungkin, seandainya kita katakanlah mulai pembangunan besar-besaran, katakanlah 3-4 tahun yang akan datang, mungkin kita tidak akan lihat selesainya Giant Sea Wall ini. Berhasilnya Giant Sea Wall ini mungkin terwujud 25-30 tahun, bahkan 40 tahun yang akan datang," ungkapnya.

Kendati begitu, ia mengajak pemerintah untuk berani mengalokasikan segala sumber daya, demi menyelamatkan Pantura Jawa dari ancaman tenggelam.

"Kalau kita lihat, untuk fase pertama saja Rp 164 triliun. Mungkin semuanya nanti saya pernah dengar, itu akan memakan USD 50-60 miliar, mungkin lebih," kata Prabowo.

"Nanti selalu akan ada yang mengatakan, apakah bisa? Ini masalah bukan bisa atau tidak bisa, ini harus. Kalau tidak Pantai Utara tenggelam," tegasnya. 

 

Skenario

Tanggul Laut Kali Adem
Wisatawan melintasi tangga tanggul laut yang telah selesai dibangun di Pelabuhan Kali Adem, Muara Angke, Jakarta, Selasa (12/2). Pembangunan tanggul laut tersebut untuk mencegah ancaman banjir rob. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Untuk diketahui, pemerintah telah menyiapkan skenario untuk memitigasi degradasi tanah Pantura Jawa melalui konsep pembangunan Giant Sea Wall. Namun, skenario itu baru berlaku di wilayah Jakarta dan sekitarnya untuk tiga fase pembangunan. 

Fase A dilakukan untuk pembangunan tanggul pantai dan sungai sepanjang 120 km hingga 2030. Fase B dimulai pada 2030 di sisi barat Jakarta sepanjang 20 km. Sementara Fase C akan dimulai pada 2040 pada sisi timur sepanjang 12 km. 

Untuk kebutuhan anggaran, pemerintah baru melakukan estimasi untuk pembangunan tanggul Fase A dan B dengan nilai Rp 164,1 triliun. Tanggul Fase A dengan anggaran Rp 16,1 triliun dikerjakan oleh Kementerian PUPR (Rp 10,3 triliun) dan Pemprov DKI Jakarta (Rp 5,8 triliun). 

Sedangkan tanggul Fase B secara estimasi membutuhkan anggaran Rp 148 triliun. Terdiri dari pembangunan tanggul dan jalan tol Rp 91 triliun, dan pengembangan lahan sekitar tanggul Rp 57 triliun. 

Infografis Banjir Rob dan Jebolnya Tanggul Laut di Semarang. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Banjir Rob dan Jebolnya Tanggul Laut di Semarang. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya