Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengaku selalu menangis jika terkenang seorang sosok wanita yang paling penting di hidupnya. Siapakah wanita itu?
"Ibu," jawab Dahlan singkat saat berbincang dengan Liputan6.com di mobil dinasnya, yang ditulis Jumat (5/7/2013).
Mantan bos PT PLN (Persero) tersebut bercerita ibunya telah meninggal dunia saat dirinya masih duduk di kelas 6 Sekolah Dasar karena penyakit kista, yang menurut Dahlan saat ini, kista hanyalah penyakit biasa.
"Penyakit yang menyebabkan beliau meninggal itu luar biasa sederhananya, kalau dilihat dari kacamata saya sekarang. Ibu saya meninggal karena sakit kista, perutnya besar isinya air, airnya dikeluarkan, besar lagi," kenang Dahlan sambil berkaca-kaca.
Dahlan yang berasal dari keluarga kurang mampu hanya bisa membawa ibunya berobat ke dukun. Bahkan pria berkacamata itu mengaku pernah menginap di rumah dukun selama 5 hari demi menemani ibunya.
"Dukunnya itu di desa yang kalau pergi ke rumah dukunnya jalan kaki selama 5 jam. Ibu digendong bapak. Kalau sudah merasa capai, kami duduk di pinggir sungai dan jalannya becek sekali. Kalau ingat itu saya menangis," ungkap Dahlan sambil menerawang.
Hal lain yang membuat Dahlan sedih saat mengingat ibunya yaitu ibunya tidak bisa ikut menikmati sukses yang diraihnya saat ini.
"Hidupnya sangat menderita. Kok tidak sempat ya menikmati sukses yang saya alami. Padahal kesuksesan ini berkat beliau juga," ujar Dahlan. (Ndw/*)
"Ibu," jawab Dahlan singkat saat berbincang dengan Liputan6.com di mobil dinasnya, yang ditulis Jumat (5/7/2013).
Mantan bos PT PLN (Persero) tersebut bercerita ibunya telah meninggal dunia saat dirinya masih duduk di kelas 6 Sekolah Dasar karena penyakit kista, yang menurut Dahlan saat ini, kista hanyalah penyakit biasa.
"Penyakit yang menyebabkan beliau meninggal itu luar biasa sederhananya, kalau dilihat dari kacamata saya sekarang. Ibu saya meninggal karena sakit kista, perutnya besar isinya air, airnya dikeluarkan, besar lagi," kenang Dahlan sambil berkaca-kaca.
Dahlan yang berasal dari keluarga kurang mampu hanya bisa membawa ibunya berobat ke dukun. Bahkan pria berkacamata itu mengaku pernah menginap di rumah dukun selama 5 hari demi menemani ibunya.
"Dukunnya itu di desa yang kalau pergi ke rumah dukunnya jalan kaki selama 5 jam. Ibu digendong bapak. Kalau sudah merasa capai, kami duduk di pinggir sungai dan jalannya becek sekali. Kalau ingat itu saya menangis," ungkap Dahlan sambil menerawang.
Hal lain yang membuat Dahlan sedih saat mengingat ibunya yaitu ibunya tidak bisa ikut menikmati sukses yang diraihnya saat ini.
"Hidupnya sangat menderita. Kok tidak sempat ya menikmati sukses yang saya alami. Padahal kesuksesan ini berkat beliau juga," ujar Dahlan. (Ndw/*)