Tak Peduli Harga Minyak, Tiket Air Asia Tetap Murah

"Bisnis kami sangat bagus di Indonesia," kata CEO Air Asia Tony Fernandez.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 08 Okt 2013, 12:44 WIB
Diterbitkan 08 Okt 2013, 12:44 WIB
tony-fernandes-131007b.jpg

CEO Air Asia Tony Fernandez mengaku sangat menikmati bisnis di Indonesia mengingat selama ini usahanya berjalan dengan mulus di Tanah Air. Bicara soal ketidakpastian ekonomi global ekonomi, dia mengaku tidak takut dan Air Asia masih dalam kondisi yang baik.

Sementara itu menghadapi harga minyak yang naik dan turun dengan cepat, Fernandez justru berniat menurunkan harga tiket maskapainya.

Dia mengaku tetap berpegang teguh pada visinya untuk membuat lebih banyak orang bisa di Asia bisa bepergian menggunakan pesawat. Hal ini rupanya sejalan dengan salah satu tema APEC tahun ini yaitu meningkatkan konektivitas antar negara di kawasan Asia Pasifik.

Fernandez juga menjelaskan, meskipun harga minyak terus melambung, dia akan tetap mempertahankan status Air Asia sebagai maskapai penerbangan murah.

Sementara misinya di Indonesia adalah mengenalkan lebih banyak tempat di dalam negeri ke dunia internasional. Dia saat ini tengah berupaya membuka penerbangan dari dan ke Lombok seperti yang pernah dilakukannya di Bandung.

Bos AirAsia ini juga mengaku sangat senang tinggal di Indonesia. Tetapi bicara soal macet, dia lebih memilih jalan kaki di Jakarta. Lalu apa rencana Fernandez untuk Indonesia dan bagaimana dirinya memandang ekonomi global bagi bisnis Air Asia?

Berikut petikan wawancara dengan orang nomor 1 di Air Asia tersebut seperti ditulis Liputan6.com, Selasa (8/10/2013):

Bagaimana rencana  IPO di Indonesia?

Bisnis kami sangat bagus di Indonesia jadi kami tidak akan mulai IPO sekarang, karena kami jualan terlalu murah. Mungkin kami akan menunggu 2 atau tiga kuartal dulu. Mungkin kami akan mengumumkan IPO pada kuartal 2 tahun depan.

Harga minyak naik turun tidak pasti, ada rencana naikan harga tiket?

Kami selalu bicara volume. Sekarang kami ingin menurunkan harga tiket lagi. Kami ingin lebih banyak orang bisa terbang (bepergian dengan pesawat). Harga minyak bisa tinggi sampai US$ 150, US$ 130, sekarang Us$ 120. Tapi tidak apa-apa.

(Bisnis Air Asia) masih baik-baik saja. Nanti juga bisa turun lagi. Kalau tidak ya kami tingkatkan pendapatan. Kami tumbuh dengan sangat baik.

Kami punya tahun yang bagus di indonesia dan terus berkembang. Saat ini kami punya sepuluh pesawat di Asia, dan kami akan tambah delapan unit lagi. Kami punya pengenalan yang bagus ke bisnis domestik. jadi kami merasa sangat senang.

Bagaimana Air Asia menghadapi ketidakpastian ekonomi global?

Saya tak khawatir tentang itu. Saya hidup 11 tahun di tengah ketidakpastian, mulai dari revolusi, sachcs, tsunami, tidak apa-apa. Orang masih banyak yang tetap ingin terbang, selama kita memberikan produk yang bernilai bagus. Kami (Air Asia) tak merasa khawatir tentang (global) ekonomi.

Pendapat Anda soal Shutdown di AS?

Ya mungkin akan lebih banya orang Amerika yang liburan ke Asia. Saya tidak terlalu mengkhawatirkannya, nanti akan ada resolusi. Kebijakan yang baik selalu lahir dari krisis. Saya rasa konvensi seperti ini (APEC), pemerintah dapat lebih memprioritaskan masyarakatnya.

Saya juga berharap penduduk Asia bisa terintergrasi dengan lebih baik. Sebelumnya, saya juga melakukan pertemuan yang luar biasa dengan Perdana Menteri Thailand.

Ini bukan soal negara mana yang lebih baik, tapi kita bicara soal bagaimana orang Asia bisa saling percaya dan berhenti melihat negara mana yang lebih untung. Indonesia, malaysia, Singapura bisa saling menguntungkan.

Saya harap pertemuan Asia selanjutnya setelah APEC memberikan hasi yang menggembirakan soal Asia terutama soal integrasi. Saya rasa Asia harus saling  menyelamatkan.

Di akhir pertemuan ini, ada hasil-hasil yang baik untuk negara-negara Asia sehingga kita tidak perlu lagi khawatir soal shutdown Amerika.

Tapi sudah seminggu?

Kalau kita bergabung bersama sebagai Asia, kita punya 600 juta penduduk dan kita tidak akan terlalu khawatir soal itu (shutdown AS). Sekarang banyak banget uang yang keluar dari Asia, dari India dan Indonesia, rupiah tertekan.

Tetapi kalau negara-negara Asia bekerja sama dengan lebih baik  maka kita akan punya lebih banyak modal berputar di  kawasan Asia. Dengan begitu, kita tidak akan terlalu mengkhawatirkan global ekonomi.

Rencana Besar Anda untuk Air Asia hingga akhir tahun?

Memastikan Anda terus terbang. Ya bisnis Air Asia tetap tumbuh. Kita memili tahun yang bagus di Indonesia dan untuk Air Asia. Kita mau buka tujuan baru dan mengajak lebih banyak orang bisa terbang. Dan saya rasa lombok adalah salah satu rencana pribadi saya, yang sedang kami coba kembangkan. Sama seperti yang kami lakukan di Bandung.

Anda tahu, Bandung punya sejarah yang luar biasa dengan Air Asia.  Tidak ada satu pun yang pernah terbang ke Bandung sebelum kami (Air Asia). Dan kita buka Bandung ke dunia. Kita bakal buka lebih banyak tempat untuk dilihat dunia, agar mereka tahu Indonesia bukan hanya soal Bali. Tetapi masih banyak (tempat) yang bisa dikunjungi di negeri yang luar biasa ini. Jadi kami akan melanjutkan petualangan tersebut.

Saya sedang beli rumah baru di Jakarta. Saya benar-benar senang tinggal di Jakarta. Satu-satunya hal yang tidak saya suka adalah lalu lintasnya (macet). Jadi saya lebih memilih jalan kemana-mana. Ya menyenangkan, dan langkah besar saya lainnya adalah beli apartemen yang lebih besar di kawasan Asia Pasifik. (Sis/Fik/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya