RI Harus Siap-siap Jika AS Tarik Program Stimulusnya

Penarikan likuiditas quantitative easing (QE) oleh Bank Sentral AS diprediksi masih akan terjadi meski tidak dalam waktu dekat.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 25 Okt 2013, 14:45 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2013, 14:45 WIB
politik-ekonomi-130515b.jpg
Penarikan likuiditas (tapering off) quantitative easing (QE) oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) diprediksi masih akan terjadi meski tidak dalam waktu dekat.

Sebab itu, Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri meminta Indonesia bersiap-siap menghadapi kemungkinan tersebut.

"Saya tetap anggap tapering off masih bisa terjadi. Kemarin AS mengumumkan data unemployment 7,2% jadi mungkin tapering off belum akan dilakukan November dan Desember sampai situasi ekonomi AS membaik," ujarnya saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (25/10/2013).

Namun dia mengatakan, Indonesia harus mulai beradaptasi dengan kondisi tersebut apabila likuiditas yang ditanamkan AS.

"Kita tetap harus menyesuaikan dari kondisi super normal menjadi normal. Itulah dunia tanpa QE, yakni dunia dengan harga komoditas lebih rendah," papar Chatib.

Dia mengaku, pemerintah akan menyiapkan paket kebijakan ekonomi kedua sebagai langkah reformasi supaya investasi tetap marak di Indonesia.

"Siang ini kami akan rapatkan paket kebijakan tersebut, dan kalau sudah jelas saya akan bicara. Mudah-mudahan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Kementerian Bidang Perekonomian segera menyelesaikan Daftar Negatif Investasi (DNI)," tuturnya.

DNI, lanjut Chatib, akan membuat Indonesia berbeda dengan negara-negara lainnya. "Kalau tapering off terjadi, investor akan melihat negara mana yang punya risiko paling kecil," sambung dia.

Negara seperti itu, tambahnya, adalah negara yang memiliki defisit transaksi berjalan dan defisit fiskal tidak bermasalah serta implementasi reformasi birokrasi.

"Makanya kami akan menjalankan ketiganya supaya Indonesia tetap menjadi pilihan orang investasi," pungkasnya. (Fik/Nur)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya