Kisah Satpam Muslim Cegat Bomber Stade de France

Zouheir sempat dipuji-puji sebagai pahlawan di media sosial.

oleh Thomas diperbarui 18 Nov 2015, 10:30 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2015, 10:30 WIB
Teror bom Prancis
Para suporter mengalami kepanikan setelah bom meledak di Stade de France saat laga antara Prancis melawan Jerman sedang berlangsung, Jumat (14/11/2015). (Reuters/Carl Recine)

Liputan6.com, Jakarta- Dunia dihebohkan dengan serangan teroris di Paris, Prancis, Jumat (13/11/2015). Serangan secara serentak di enam lokasi berbeda ini menewaskan lebih dari 130 orang dan pukulan luka berat.

Salah satu sasaran serangan teroris di Paris adalah Stade de France (stadion nasional Prancis) yang ketika itu sedang menggelar pertandingan persahabatan antara Prancis melawan Jerman. Laga tersebut juga disaksikan langsung Presiden Prancis Francois Hollande.

Baca Juga

  • Mantan Pelatih Timnas Indonesia Sinyo Aliandoe Tutup Usia
  • Eropa Dilanda Teror, Rooney Serukan Perdamaian

Beruntung serangan di Stade de France tidak memakan korban banyak. Salah satu pelaku bom bunuh diri padahal memiliki tiket laga Prancis melawan Jerman dan berniat masuk ke Stade de France 15 menit setelah pertandingan berlangsung.

Wall Street Journal, baru-baru ini kembali melaporkan berita seputar kronologis kejadian bom Stade de France. Wartawannya, Joshua Robinson, kemudian mewawancarai salah seorang petugas keamanan yang bertugas saat itu--yang saat itu mengidentifikasi dirinya dengan nama Zouheir. 

Menurutnya, sang bomber gagal masuk ke Stade de France berkat kesigapan petugas keamanan yang berjaga di Gate J. Meski sudah memegang tiket pertandingan, pelaku akhirnya gagal masuk karena petugas keamanan yang berjaga mengendus material berbahaya dalam rompi pelaku.

Karena dicegah masuk ke Stade de France, pelaku langsung berbalik dan langsung meledakkan diri sebelum ditangkap. Setelah itu, baru menyusul kemudian dua ledakan bom lain di sekitar Stade de France yang mana salah satunya terjadi di restoran cepat saji yang menewaskan seorang warga.

Zouheir Mendadak Tenar

Pengakuan Zouheir sempat membuatnya tenar. Sebab banyak yang mengira bahwa Zouheir yang beragama muslim merupakan penghadang pelaku menuju Stade de France.

Pujian datang silih berganti. Bahkan kisahnya sempat menjadi trending topic di media sosial.

Kicauan salah seorang koresponden Wall Street di Arab Saudi, Ahmed Al Omran, juga sempat menguatkan kisah Zouheir. Lewat Twitternya Omran, mengungkapkan, "Petugas keamanan Stade de France menghadang pelaku yang membawa rompi berisi bom memasuki stadion."

Namun tak lama kemudian, kicauan itu diralatnya. "Koreksi: dia tengah berada di lorong ganti pemain saat mendengar detail kejadian dari koleganya," tulis Omran meluruskan Twitt sebelumnya.

Wall Street sendiri melansir bahwa saat kejadian, Zouheir memang tengah berada di lorong ganti pemain. Namun entah kenapa, kisahnya justru menjadi simpang siur. 

BBC kemudian mengulas lebih dalam kisah kepahlawanan Zouheir ini. Laman berita asal Inggris tersebut juga menyebutkan bahwa fakta sebenarnya menunjukkan Zouheir saat kejadian tidak sedang bertugas di gerbang masuk Stade de France. Dia ketika itu ditempatkan di lorong ruang ganti pemain yang letaknya cukup jauh dari Gate J tempat di mana pelaku meledakkan diri.

Kepada wartawan Wall Street Journal Joshua Robinson, Zouheir hanya menceritakan pengalaman rekannya sesama petugas keamanan yang berhasil menghadang pelaku bom bunuh diri. Zouheir mengaku mendengar cerita itu dari petugas keamanan yang malam itu berjaga di pintu Gate J. (Tho/Rco)






Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya