Liputan6.com, Jakarta- Cyrus Margono, kiper muda berusia 22 tahun, menjadi sorotan setelah resmi menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) pada 21 Maret 2024. Ia memperoleh kewarganegaraan Indonesia melalui Surat Keterangan Keimigrasian (SKIM), bukan melalui proses naturalisasi. Lahir di Amerika Serikat dari ayah asal Surabaya dan ibu berkebangsaan Iran, Cyrus memiliki kewarganegaraan ganda terbatas, membuka jalan bagi impiannya membela Timnas Indonesia. Namun, hingga kini, ia belum mendapat panggilan dari timnas.
Meskipun telah resmi menjadi WNI dan memiliki pengalaman bermain di klub sepak bola Amerika Serikat serta pernah mengikuti latihan di Akademi Inter Milan, Cyrus belum mendapatkan kesempatan untuk bergabung dengan Timnas Indonesia.
Advertisement
Minimnya menit bermain di klub dan kurangnya pengamatan langsung dari pelatih Timnas sebelumnya, Shin Tae-yong, menjadi kendala utama. Shin Tae-yong sendiri mengakui belum pernah melihat langsung permainan Cyrus, sehingga sulit untuk menilai kemampuannya.
Advertisement
Perjalanan karier Cyrus cukup menarik perhatian. Sejak usia dini, ia telah menekuni sepak bola, bergabung dengan akademi-akademi ternama seperti New York Soccer Club dan Met Oval Academy. Pengalaman berlatih di Akademi Inter Milan pada tahun 2015 semakin menambah kemampuannya sebagai penjaga gawang. Namun, kini Cyrus menghadapi tantangan baru: ia berstatus tanpa klub, membuat peluang membela Timnas Indonesia tampak semakin sulit.
Perjuangan Cyrus Margono Menuju Timnas
Status WNI Cyrus Margono yang diperoleh tanpa melalui proses naturalisasi menjadi poin penting. Ia menegaskan, "Jadi saya awalnya memang Warga Negara Indonesia (WNI) dan Anda tahu, saat kita masih berusia 21 tahun, kita harus memilih," ujar Cyrus kepada Bola.com.
Hal ini membantah anggapan bahwa ia merupakan pemain naturalisasi. Keinginannya untuk membela Timnas Indonesia sangat kuat, terbukti dengan upayanya untuk terus meningkatkan kemampuan dan berharap mendapat kesempatan.
Meskipun belum mendapat panggilan, Cyrus tetap optimis. Ia terus berlatih dan berusaha meningkatkan kemampuannya. Dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitarnya juga menjadi motivasi baginya untuk terus berjuang meraih mimpi membela Timnas Indonesia. Banyak pemain keturunan lain yang telah berhasil bergabung dan berkontribusi di Timnas Indonesia, seperti Elkan Baggott dan Rafael Struick, menjadi inspirasi bagi Cyrus.
Minimnya informasi mengenai performa Cyrus di lapangan menjadi faktor utama mengapa ia belum dipanggil Timnas. Pelatih sebelumnya, Shin Tae-yong, mengakui hal tersebut sebagai kendala dalam proses seleksi pemain. Namun, dengan kunjungan langsung pelatih kiper Timnas Indonesia, Sjoerd Woudenberg, ke Kosovo pada April 2025, terbuka peluang bagi Cyrus untuk menunjukkan kemampuannya secara langsung.
Advertisement
Dukungan dan Harapan untuk Cyrus Margono
Program naturalisasi pemain keturunan yang dilakukan Timnas Indonesia telah berhasil mendatangkan banyak pemain berbakat. Nama-nama seperti Ragnar Oratmangoen, Jay Idzes, Thom Haye, dan Calvin Verdonk menjadi bukti kesuksesan program tersebut. Namun, kasus Cyrus Margono menunjukkan bahwa bakat dan kewarganegaraan saja tidak cukup. Pengamatan langsung dan kesempatan bermain tetap menjadi faktor penentu.
Banyak pihak berharap Cyrus Margono akan segera mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya di Timnas Indonesia. Ia telah membuktikan dedikasi dan kerja kerasnya dalam dunia sepak bola. Dengan dukungan dan kesempatan yang tepat, Cyrus berpotensi menjadi aset berharga bagi Timnas Indonesia di masa depan.
Meskipun kini tanpa klub, Cyrus Margono tetap gigih mengejar mimpinya. Kisahnya menjadi inspirasi bagi banyak pemain muda lainnya untuk terus berjuang dan tidak menyerah pada impian mereka. Semoga Cyrus Margono segera mendapatkan klub dan kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya, baik di level klub maupun di Timnas Indonesia.
Keberhasilan program naturalisasi pemain keturunan di Timnas Indonesia tidak boleh menutup mata terhadap talenta-talenta lain yang sudah memiliki status WNI, seperti Cyrus Margono. Penting bagi pelatih untuk memberikan kesempatan yang adil dan melakukan pengamatan yang menyeluruh, sehingga tidak ada bakat terpendam yang terlewatkan.
