Indonesia Satu dari 3 Negara Asia yang Diprediksi IMF Mampu Bertahan Hadapi Corona Covid-19

Indonesia diperikirakan masih bisa tumbuh positif di tengah pandemi virus Corona Covid-19. Hal itu diungkap International Monetary Fund (IMF) dan World Bank.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Apr 2020, 08:25 WIB
Diterbitkan 08 Apr 2020, 08:25 WIB
Penerapan Social Distancing di Jakarta
Sejumlah masyarakat melakukan jaga jarak aman di area publik di kawasan Thamrin, Jakarta, Rabu (18/3-2020). Jaga jarak atau prosedur social distancing measure harus diterapkan kepada masyarakat yang masih melakukan aktivitas di luar untuk memghindari penyebaran Covid-19. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta- Indonesia diperikirakan masih bisa tumbuh positif di tengah pandemi virus Corona Covid-19.  Hal itu diungkap International Monetary Fund (IMF) dan World Bank.

Ya, menurut IMF dan World Bank, Indonesia menjadi satu dari tiga negara yang mampu bertahan dari wabah virus corona covid-19 yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China tersebut.

"Proyeksi untuk Asia, termasuk Indonesia dari dua institusi, yaitu World Bank dan IMF, hanya tiga negara yang masih diperkirakan bertahan di atas 0 persen atau positif teritori, yaitu Indonesia, Tiongkok dan India," kata Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, seperti ditulis Selasa (7/4/2020).

Sri Mulyani mengatakan Indonesia diperkirakan hanya akan tumbuh sebesar 2,3 persen di kuartal II dan III pada tahun ini, sementara pertumbuhan akan membaik di kuartal IV-2020.

"Untuk Indonesia, saat ini, skenario kita sudah turun di 2,3 persen. Ini adalah dampak dari corona Covid-19 yang paling severe atau paling parah terjadi di kuartal kedua tahun ini dan mungkin akan continue di kuartal tiga dan mungkin agak mulai membaik di kuartal keempat,” jelas dia.

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Kombinasi Kebijakan

Sri Mulyani Mencatat, Defisit APBN pada Januari 2019 Capai Rp 45,8 TSri Mulyani Mencatat, Defisit APBN pada Januari 2019 Capai Rp 45,8 T
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat konferensi pers APBN KiTa Edisi Feb 2019 di Jakarta, Rabu (20/2). Kemenkeu mencatat defisit APBN pada Januari 2019 mencapai Rp45,8 triliun atau 0,28 persen dari PDB. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dampak dari pandemik Covid-19 membuat berbagai negara mengkombinasikan kebijakan penanganan dan stimulus ekonomi yang besar. Ini disebakan eskalasi penyebarannya juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi global dan Indonesia.

Sri Mulyani menyebut langkah yang dilakukan semua negara biasanya terdiri dari instrumen fiskal, apakah itu memberikan insentif pajak atau tax break.

Belanja Umum di Bidang Kesehatan dan Bansos

Lalu, kata Sri Mulyani, mereka memberikan tambahan belanja umumnya di bidang kesehatan dan bantuan sosial, dan juga membantu dunia usaha, termasuk menjaga sistem keuangan supaya tidak mengalami potensi krisis.

"Ini yang dilakukan oleh semua negara dalam menghadapi Covid-19 melalui penjaminan, memberikan jaminan pinjaman tetap, kredit tetap mengucur atau memberikan fasilitas refinancing atau restructuring,” jelasnya.

 

Kemungkinan Terburuk

Kemenkeu bersama BI, OJK dan LPS juga sudah melakukan forward-looking assesment. Hal itu dilakukan berdasarkan berbagai contigency atau kemungkinan, termasuk kemungkinan yang lebih buruk dari kondisi baseline yang sedang ataupun sudah diperhitungkan saat ini.

 

Ketersediaan Anggaran

Sri Mulyani Datangi Pusat Logistik Berikat
Menteri Keuangan Sri Mulyani ditemani Dirjen Bea dan Cukai Heru Pambudi (kiri) mengunjungi Pusat Logistik Berikat (PLB) Dunia Express, Sunter, Jakarta, Jumat (4/10/2019). Sebelumnya, Sri Mulyani mengaku mendapat keluhan Presiden Jokowi terkait banjir impor tekstil. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pihaknya juga akan bekerja semaksimal mungkin memastikan ketersediaan anggaran. Hal ini dilakukan untuk mempercepat upaya penanganan krisis ini, dengan tetap menjaga kesehatan dan kesinambungan keuangan negara melalui kebijakan fiskal dan APBN.

Itu diperlukan guna merespons kejadian Covid-19 dengan melakukan refocusing program, realokasi anggaran serta penyediaan stimulus untuk tujuan kesehatan, perlindungan masyarakat, dan dukungan dunia usaha.

Disadur dari Merdeka.com (Dwi Aditya Putra)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya