Masyarakat yang Paling Dirugikan Jika Memilih Golput pada Pilkada 2024

Fenomena golongan putih (golput) dalam pemungutan suara kerap terjadi di Indonesia. Padahal, tidak menggunakan hak suara bisa menjadi kerugian besar bagi masyarakat.

oleh Adyaksa Vidi diperbarui 19 Nov 2024, 14:23 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2024, 17:00 WIB
Heroik Pratama, Program Officer Perludem
Heroik Pratama, Program Officer Perludem

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena golongan putih (golput) dalam pemungutan suara kerap terjadi di Indonesia. Padahal, tidak menggunakan hak suara bisa menjadi kerugian besar bagi masyarakat.

Hal ini disampaikan Program Officer Perludem, Heroik M Pratama. Ia menyebut pemungutan suara merupakan salah satu ruang aktualisasi sebagai warga negara untuk menjaga amanah demokrasi ke depan.

Meskipun ia sendiri menjelaskan adanya fenomena golput disebabkan oleh beberapa faktor termasuk dari pihak penyelenggara pemilu maupun dari keinginan individu.

"Golput sebenarnya bukan hal baru, bahkan sudah ada sejak era orde baru. Dulu golput ada sebagai bentuk protes pemilu yang kurang demokratis. Namun untuk sekarang ada beberapa alasan lain sehingga timbul fenomena golput," ujar Heroik dalam Virtual Class Liputan6.com yang digelar Senin (18/11/2024).

"Salah satunya alasan golput timbul adalah masyarakat yang tidak terdaftar dalam Pemilu karena data pemilih yang tidak akurat. Selain itu sistem pemilu di sini bersifat sukarela berbeda dengan Australia yang memberikan denda jika ada pemilih yang tidak datang memberikan suaranya," ujarnya menambahkan.

Ia juga menjelaskan sejumlah kerugian jika banyak yang memilih golput dalam pemilu maupun pilkada.

"Golput menjadi tidak relevan di Indonesia karena masyarakatlah yang paling dirugikan. Ini merupakan kesempatan bagi masyarakat menentukan masa depan daerahnya dalam konteks Pilkada misalnya, atau masa depan negara dalam konteks Pilpres," ujar Heroik.

"Selain itu jangan sampai pilihan kita untuk golput, surat suara kita tidak digunakan justru malah digunakan untuk manipulasi pasangan tertentu. Menggunakan hak pilih merupakan bentuk tanggung jawab dalam menjaga janji2 pada yang terpilih dan juga menjaga esensi demokrasi."

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya