Citizen6, Jakarta Debat capres dan cawapres tahap ke tiga yang berlangsung pada Minggu, 22 Juni 2014, pukul 19.30 WIB di Hotel Holiday Inn, Kemayoran, Jakarta Pusat kali ini mendapat respon baik dari para onliner.
Debat yang bertema Politik Internasional dan Ketahanan Nasional ini di moderatori oleh Hikmahanto Juwana selaku Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI). Dalam debat pilpres ketiga ini, para onliner banyak memberikan pujian kepada Hikmahanto karena ia menjalankan perannya dengan baik sesuai dengan yang diinginkan onliner.Â
Baca Juga
Pujian tersebut hingga saat ini masih meramaikan linimasa, banyak dari mereka mendukung Hikmahanto sebagai moderator yang paling pantas mendapat acungan jempol. "Dari 3 debat, moderator malam ini yang paling oke pembawaannya", ciapan @abe_annisa. Ciapan tersebut pun disauti oleh akun lainnya, menurut akun @RedhoBerliann "ya sepakat, moderator debat malam ini jauh lebih baik dari moderator-moderator sebelumnya.
Advertisement
Namun tak hanya pujian yang ditujukkan untuk Hikmahanto, banyak pula Tweeple yang menyerangnya karena kesalahannya tidak memberi tahu batas waktu penyampaian jawaban kepada Prabowo Subianto. Sosok Hikmahanto Juwana pernah menempuh pendidikan S2 di Keio Universitas Jepang, dan ia merupakan doktoral di University of Nottingham, Inggris.Â
Sebelumnya di debat capres pertama dan kedua yang berlangsung 9 dan 15 Juni 2014 selalu mendapat kritikan dari para onliner. Kritikan tersebut ditujukkan kepada moderator yang memandu debat pilpres 2014, mereka dikritik karena dinilai kurang mampu menjalankan peran sebagai moderator dengan baik oleh masyarakat Indonesia.
Pada debat pertama sosok Zainal Arifin Mochtar Direktur Pusat Kajian Anti Korupsi Universitas Gadjah Mada (Pukat UGM) yang bergerak dalam Kajian dan Advokasi mengenai Anti Korupsi. Namun, ia dinilai kurang berperan dalam mempertajam pertanyaan dan lebih mendominasi ucapannya yang meminta para penonton agar tidak tepuk tangan saat berlangsungnya debat. Selengkapnya
Debat kedua di moderatori oleh Ahmad Erani Yustika yang menjabat sebagai Profesor muda Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP) Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya yang juga Direktur Eksekutif Index. Ahmad di kritik Tweeple karena dalam memoderatori ia dirasa terlalu datar, logat bahasa medok serta garing. Selengkapnya
Disclaimer:
Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.
Anda juga bisa mengirimkan link postingan terbaru blog Anda atau artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com
Â
Â