Liputan6.com, Jakarta Sampai saat ini, Indonesia telah menduduki urutan ke-4 dalam perolehan medeali Asian Games 2018. Tentu pencapaian ini didapatkan melalui kerja keras dari para atlet tanah air.
Baca Juga
Advertisement
Tentu kemenangan yang telah dicapai para atlet kita melalui perjuangan yang tidak mudah. Meski dihadapkan sejumlah tantangan dan ksiah pilu, para atlet ini sukses torehkan prestasi dan membawa pulang medali emas untuk Indonesia.
Siapa saja mereka? Dikutip dari merdeka, ini empat atlet Indonesia yang melalui perjuangan mengaruhkan di Asian Games ke-18.
* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:
1. Pakai biaya sendiri
Petembak position 50 asal Sumatra Selatan, Maharani Ardi, harus merogeh kocek pribadi hingga puluhan juta rupiah demi mengikuti Asian Games 2018. Peraih medali emas SEA Games 2011 tersebut masuk kontingen menembak Indonesia di menit-menit akhir.
Menurutnya, sejak masa persiapan hingga akhirnya masuk ke wisma atlet JSC, semua atlet yang masuk belakangan harus mengeluarkan biaya pribadi.
Bersama 19 petembak lainnya yang juga harus membayar sendiri, fasilitas yang didapatkannya sungguh jauh berbeda dengan 10 atlet menembak lain yang mendapat dukungan penuh dari pemerintah.
Bahkan peluru saat pertandingan harus disiapkan sendiri. Awalnya biaya di wisma atlet juga mesti ditanggung pribadi, tapi akhirnya ada bantuan dan dibebaskan
"Ini ajang empat tahun sekali dan sekarang Indonesia tuan rumah, mungkin belum tentu 50 tahun lagi kita dipilih lagi. Jadi demi Merah Putih apa saja akan saya lakukan," ujarnya.
Advertisement
2. Dulunya bertugas melipat parasur
Atlet paralayang Jafro Megawanto berhasil menambah perolehan medali emas dengan memenangi nomor ketepatan mendarat individu di kawasan Gunung Mas, Puncak, Jawa Barat.Â
Jafro sebelumnya juga menjadi bagian dari tim paralayang Indonesia yang menyabet medali emas nomor ketepatan mendarat beregu.
Raihan tersebut tampaknya memacu motivasi Jafro saat bertanding di nomor perorangan. Dia berhasil menempati urutan teratas setelah 10 round. Paralayang tercatat telah menyumbang dua medali emas dan satu perak di Asian Games 2018.
Presiden Joko Widodo bahkan mengetahui riwayat Jafro sebelum menjadi atlet paralayang seperti sekarang. "Dulu Jafro Megawanto bertugas melipat parasut para atlet paralayang yang berlatih dekat rumahnya. Hari ini, Jafro meraih medali emas paralayang Asian Games 2018 di nomor ketepatan mendarat perorangan." tulis Jokowi di akun Twitternya.Â
"Selamat Jafro untuk emas ketujuh bagi Indonesia" tambah Jokowi.
3. Latihan dari usia 12 tahun
Lifter Indonesia Eko Yuli Irawan menyumbang emas kelima dari cabor angkat besi. Inilah medali emas pertama dari cabor angkat besi yang berhasil diperoleh. Pada Asian Games 2018, Eko mencatat total angkatan 311 kg. Total angkatan tersebut jauh dari peraih medali perak asal Vietnam, Trinh Van Vinh (299 kg).
Eko Yuli Irawan mengawali perjalanan di jalur angkat besi sejak usia 12 tahun di Metro, Lampung. "Saat itu, saya diajak teman-teman menonton latihan angkat besi. Setelah itu, saya mulai coba-coba ikut latihan. Lama-lama terbiasa, rupanya, saya terbiasa main angkat besi," kata Eko Yuli.
Lucunya, baru berlatih sehari, Eko tidak datang pada hari berikutnya. "Angkat besi seperti fitness, badan jadi pegal-pegal. Sebenarnya mereka bukan mengajak latihan, hanya mengajak main. Kemudian di sana kami mencoba latihan," katanya.
Eko, yang bukan berasal dari keluarga atlet, menjalani perjuangannya secara normal. Latihan, sabar, kerja keras, dan doa seta dukungan orang terdekat merupakan kunci keberhasilannya sejauh ini.
Advertisement
4. Mengalami cedera serius di final
Pebulutangkis Anthony Ginting tiba-tiba mengalami cedera serius di final beregu putra Asian Games 2018 antara Indonesia kontra Tiongkok di Istora Senayan, Minggu (22/8). Anthoni mengalami cedera di set ketiga, yang merupakan set penentuan, melawan pebulutangkis Tiongkok, Shi Yuqi. Anthoni sempat beberapa kali berhenti bermain karena kesakitan.
Karena cedera yang serius, Anthony tidak bisa bergerak bebas dan tidak dapat mengejar angka. Kemudian ia meminta waktu untuk mendapat perawatan. Namun, wasit tidak memberikan dan memberinya kartu merah.
Anthony sebelumnya sudah mendapat kartu kuning karena dianggap membuang waktu. Usai laga, Anthoni langsung ditandu keluar lapangan.
Reporter
Fellyanda Suci Agiesta
Sumber: Merdeka.com