Liputan6.com, Jakarta - Perubahan iklim terjadi di seluruh dunia. Bumi semakin panas setiap harinya karena efek dari pemanasan global. Berbagai lembaga dan aktivis pecinta lingkungan juga semakin gencar mengajak orang-orang di sekitarnya untuk menjaga bumi dengan berbagai cara.
Baca Juga
Advertisement
Salah satu yang menjadi korban perubahan iklim adalah Okjokull, sebuah glester yang pernah menjadi ikon Islandia. Okjokull dinyatakan mati pada 2014 karena telah mencair. Padahal, dulu glester tersebut sempat membentang sejauh 15 kilometer persegi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pendakian 2 Jam
Hari Minggu (18/8/2019), sekitar 100 orang melakukan pendakian di gunung berapi selama dua jam. Mereka menuju tempat Okjokull dahulu sempat ‘hidup’.
Sesampainya di sana, mereka memasang plakat yang merupakan peringatan kepada masa depan. Sekarang glester yang sudah mati itu disebut ‘Ok’, kata ‘Jokull’ dihapus karena berarti glester dalam bahasa Islandia.
Advertisement
Plakat di Ok
“Ok adalah glester Islandia pertama yang kehilangan statusnya sebagai glester. Dalam 200 tahun ke depan, semua glester kita akan mengikuti jalan yang sama. Monumen ini adalah untuk mengakui bahwa kita tahu apa yang terjadi dan tahu apa yang perlu dilakukan. Hanya anda yang tahu jika kami melakukannya,” tertulis dalam plakat yang dipasang di Ok dalam bahasa Islandia dan Inggris seperti dilansir dalam BuzzFeed.
Perubahan Iklim Menjadi Prioritas
Orang-orang yang ikut mendaki gunung untuk ‘memakamkan’ Okjokull juga termasuk Perdana Menteri Islandia, mantan presiden Irlandia, para pejabat Islandia, aktivis, dan lainnya. Di atas gunung, mereka berpuisi, melakukan saat hening, dan pidato politik mengenai kebutuhan mendesak untuk memerangi perubahan iklim. Mereka juga menyampaikan selamat tinggal kepada Okjokull.
“Kematian simbolis glester adalah peringatan bagi kita, dan kita perlu bertindak,” ujar Mary Robinson, mantan presiden Irlandia, seperti dilansir pada APnews.
Sementara itu Perdana Menteri Islandia, Katrin Jakobsdottir, akan mengangkat isu perubahan iklim menjadi prioritas. Ia akan menyampaikan hal tersebut kepada para pemimpin Nordik dan Kanselir Jerman ketika mereka bertemu.
“Kami melihat konsekuensi dari krisis iklim,” kata Katrin Jakobsdottir, “Kita tidak punya waktu untuk kalah.”
Penulis:
Timothy Juliano
Universitas Multimedia Nusantara
Advertisement