Ilmuwan Belanda Temukan Organ Baru Manusia, Seperti Ini Bentuknya

Organ baru ini ditemukan tanpa sengaja saat peneliti tengah meneliti kanker prostat

oleh Liputan6dotcom diperbarui 22 Okt 2020, 22:01 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2020, 22:01 WIB
Kelenjar Ludah Tubarial
Ilustrasi kelenjar ludah tubarial (@VivekSubbiah/Twitter).

Liputan6.com, Jakarta Para ilmuwan telah menemukan organ baru di dalam kepala manusia. Organ baru tersebut berupa satu set kelenjar ludah yang letaknya jauh di bagian atas tenggorokan. Tepatnya, di daerah nasofaring.

Organ baru berupa kelenjar tersebut memiliki panjang rata-rata 3,9 cm. Tak hanya itu, kelenjar ludah tersebut memiliki topat tepat di atas sepotong tulang rawan bernama torus tubarius.

Karena letaknya, organ baru itu kemudian dinamai kelenjar ludah tubarial. Menurut peneliti dalam jurnal Radiotherapy and Oncology seperti dikutip dari Livescience, kemungkinan kelenjar ini bekerja untuk melumasi dan melembabkan tenggorokan bagian atas, di belakang hidung dan mulut.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Ditemukan secara tak sengaja

Ilustrasi Kelenjar Tubarial
Ilustrasi kelenjar tubarial (@amarsrivastava/Twitter).

Penemuan kelenjar ludah tubarial tidak disengaja. Penemuan ini dimulai saat para peneliti di Institut Kanker Belanda menggunakan kombinasi CT scan dan positron emission tomography (PET) scan yang disebut PSMA PET-CT untuk mempelajari kanker prostat.

Dalam pemindaian PSMA PET-CT, dokter menyuntikkan "pelacak" radioaktif ke dalam pasien. Pelacak ini mengikat dengan baik pada protein PSMA, yang meningkat dalam sel kanker prostat. Uji klinis telah menemukan bahwa pemindaian PSMA PET-CT lebih baik daripada pencitraan konvensional dalam mendeteksi kanker prostat yang bermetastasis.

Pemindaian PSMA PET-CT juga sangat baik dalam mendeteksi jaringan kelenjar ludah, yang juga memiliki PSMA yang tinggi. Sampai saat ini, terdapat tiga kelenjar ludah yang besar pada manusia, yakni; satu di bawah lidah, satu di bawah rahang dan satu di belakang rahang, di belakang pipi.

"Di luar itu, mungkin seribu kelenjar ludah mikroskopis tersebar di seluruh jaringan mukosa tenggorokan dan mulut. Tetapi, betapa terkejutnya kami saat menemukan yang lain," imbuh Wouter Vogel, penulis studi dan ahli onkologi radiasi Institut Kanker Belanda.

Analisis mendalam

Ilustrasi Kelenjar Ludah Tubarial
Ilustrasi kelenjar ludah tubarial

Untuk mengkonfirmasi penemuan tersebut, Vogel dan rekan-rekannya menganalisis 100 pasien (99 di antaranya laki-laki karena fokus pada kanker prostat) dan menemukan bahwa semuanya memiliki kelenjar yang baru tersebut.

Mereka juga membedah daerah nasofaring dari dua mayat dari program donasi tubuh manusia dan menemukan bahwa daerah yang baru ditemukan terdiri dari jaringan kelenjar mukosa dan saluran yang mengalir ke nasofaring.

Penting untuk penanganan kanker

Air Ludah Obati Jerawat, Manjurkah?
Ada satu cara sederhana menyingkirkan jerawat yakni dengan mengoleskan air ludah. Manjurkah?

Penemuan itu bisa jadi penting bagi dokter untuk lebih hati-hati dalam melakukan penanganan kanker. Dokter yang menggunakan radiasi di kepala dan leher untuk mengobati kanker serta berusaha menghindari penyinaran pada kelenjar ludah, karena jika kelenjar ini rusak maka kualitas hidup akan ikut terpengaruh.

“Dampaknya pasien mungkin mengalami kesulitan makan, menelan atau berbicara, yang bisa menjadi beban nyata,” imbuh Vogel.

Tetapi karena tidak ada yang tahu tentang kelenjar ludah tubarial, maka dokter tidak menghindari penyinaran pada wilayah itu.

Efek samping jika organ baru ini terganggu kerjanya

Ilustrasi sel kanker | Klikdokter
Ilustrasi sel kanker | Klikdokter

Para peneliti memeriksa catatan dari 700 pasien kanker yang dirawat di University Medical Center Groningen dan menemukan bahwa semakin banyak radiasi yang diterima pasien di area kelenjar ludah tubarial, maka semakin banyak efek samping yang akan mereka keluhkan.

"Langkah kami selanjutnya adalah mencari cara terbaik untuk menyelamatkan kelenjar baru ini. Jika kita bisa melakukan ini, pasien mungkin mengalami lebih sedikit efek samping dan akan menguntungkan kualitas hidup mereka secara keseluruhan setelah pengobatan," imbuh Vogel.

 

Reporter: Ruben Irwandi

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya