Liputan6.com, Jakarta- Wulangreh Omah Budaya (WOB), salah satu pusat kebudayaan di Jakarta Selatan menggelar Pertunjukan tari Nusantara dan Pasar Minggu Pahingan bertajuk Omah Wulangreh Gugur Gunung.
Omah Wulangreh Gugur Gunung (Dari Kami Untuk Ibu Pertiwi) dilaksanakan pada 27 November dengan menggaet 157 orang penampil dan total 10 tenant UMKM lokal.
Baca Juga
Omah Wulangreh Gugur gunung menampilkan beberapa jenis tari seperti Tari Bali, Tari Dayak, Tari Jawa, Tari Betawi, Tari Bali Putra, dan Tari Jawa Timuran.
Advertisement
“Penampil berasal dari 19 kelas Tari Dewasa, satu kelas Tari Anak, satu kelas Karawitan dari Wulangreh Omah Budaya,” ujar Pamong Omah Wulangreh, Reny Ajeng kepada Liputan6.com di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Minggu (27/11).
“Selama tiga tahun khususnya satu tahun terakhir, teman-teman di omah wulangreh telah belajar dan berlatih. Kami juga percaya budaya mempengaruhi banyak aspek kehidupan mulai dari adat istiadat, politik, agama hingga karya seni yang merupakan aset berharga dan identitas suatu daerah. Omah wulangreh gugur gunung adalah bentuk perwujudan tersebut karena kami meyakini proses merawat kebudayaan tidak bisa dilakukan sendiri,” tambah Reny.
Bekerja sama dengan Amartha, acara ini juga menjadi ajang bagi UMKM lokal memamerkan budaya lokal indonesia lainnya seperti kain dan makanan tradisional. Dari 10 UMKM yang hadir langsung di tempat pada acara Omah Wulangreh Gugur Gunung, sebagian diantaranya menjual produk-produk dan makanan tradisional Indonesia.
Omah Wulangreh menginisiasi pemberdayaan UMKM melalui Pasar Minggu Pahingan yang digelar setiap minggu pahing atau setiap 35 hari sekali berdasarkan kalender Jawa.
Narasi Kerja Sama
Pertunjukan tari tradisional yang berlangsung sejak pukul 10 pagi hingga 4 sore ini bukan hanya sekadar pertunjukan. Pertunjukan tari ini dilaksanakan dengan alur sesuai tema‘Omah Wulangreh Gugur Gunung’.
“Pelajaran-pelajaran yang mereka (penampil dan pegiat seni) dapatkan akan dikaitkan dengan narasi yang ditampilkan. Jadi, antara karya dan narasi itu semuanya berkesinambungan,” ujar Reny.
Istilah Gugur Gunung sendiri, lanjut Reny, dalam keseharian Jawa berarti kegiatan gotong-royong yang dilakukan untuk kepentingan bersama tanpa mengharapkan imbalan. Istilah tersebut dipilih untuk menggambarkan semangat kerja sama kolektif dalam menyiapkan kegiatan ini yang semuanya diinisiasi oleh WOB dan anggota-anggotanya.
“Hingga saat ini, semuanya kolektif. Bisa dibilang, teman-teman yang ikut membiayai diri mereka sendiri. Artinya, memang ada biaya yang dikeluarkan untuk ini. Untuk pentas, kostum, make up,” ujar Reny.
Advertisement
Disiapkan Sendiri
Selain tari, WOB merupakan salah satu wadah aktivitas kebudayaan yang pesertanya terdiri dari berbagai jenis kalangan, umur, ras, hingga pekerjaan.
Reny juga menyatakan bahwa acara Gugur Gunung kali ini diinisiasi oleh WOB dan dipersiapkan sepenuhnya oleh WOB hingga tata panggung dan musiknya.
“Orang-orang yang tergabung dalam WOB 95 persen bukan seniman. Mereka profesional-profesional di bidangnya. Acara ini juga disiapkan oleh profesional-profesional itu. Bagaimana menjahit tarian dengan visual, backsound music, panggung, itu dari Omah Wulangreh,” Reny menambahkan.
Persiapan WOB ini juga dilakukan sejak Agustus dari ide penyelenggaraan ujian yang berbentuk pentas seni.
Terbagi dalam tiga sesi, Gugur Gunung tidak hanya menampilkan tari jawa saja. Di sesi pertama, penampilan lebih banyak dari Jawa dan Bali. Pada sesi kedua, ada tari Dayak dan Jawa Timuran. Dilanjut pada sesi ketiga ada tari Betawi yang ditampilkan.
Berdayakan UMKM
Mengusung tema kerja sama dengan mempromosikan budaya Indonesia, Gugur Gunung juga mengadakan Pasar Pahingan bersama dengan Amartha Finance yang telah bekerja sama dengan lebih dari 200 UMKM di Indonesia.
“Ada lebih dari 200 UMKM yang sudah terlibat di Pasar Minggu Pahingan dari yang pertama kali terselenggara pada 2019. Hari ini, karena keterbatasan tempat, kami hanya menyediakan 10 tenant bagi teman-teman UMKM. Tapi, di luar ini ada ratusan tenant yang bergabung dalam Pasar Minggu Pahingan Online dengan sistem pre-order,” ujar Reny.
Selain Reny, hadir juga Arya sebagai co-founder Amartha yang turut serta dalam perwujudan Pasar Minggu Pahingan.
“Gugur Gunung merupakan salah satu kolaborasi yang sangat menarik untuk bisa melestarikan kebudayaan Indonesia dan Nusantara. Kami fokus untuk bisa memberdayakan masyarakat lokal dan pengusaha mikro UMKM. Kemudian, bagaimana kami dapat melestarikan kebudayaan melalui beberapa acara yang kami dukung,” tutup Arya.
Advertisement