Liputan6.com, Jakarta Seorang remaja berusia 17 tahun dari Australia selatan baru-baru ini mengalami pengalaman menakutkan ketika dia hampir menjadi korban gigitan gurita cincin biru, salah satu hewan paling beracun di dunia.Â
Keberuntungan berpihak padanya ketika dia secara tidak sengaja menyentuh cangkang moluska ini yang bersembunyi di antara bebatuan pantai. Gurita cincin biru dikenal karena toksinnya yang sangat mematikan, namun, berkat reaksi cepat dan bantuan medis yang diberikan, remaja itu berhasil selamat dari bahaya maut tersebut.
Baca Juga
Manfaat Jalan Kaki Sederhana untuk Kesehatan, Pelajari Kebutuhan untuk Aktivitas Sesuai Waktu Terbaik
Cara Menstabilkan Gula Darah, Nasi Dingin dan Kandungan Pati Resisten untuk Lebih Aman Bagi Penderita Diabetes
Cara Menurunkan Kolesterol, Rahasia Diet dengan Makanan Sehat yang Aman Dikonsumsi Sehari-hari
Kejadian ini mengingatkan kita pada keberanian yang diperlukan untuk hidup di kawasan pesisir Australia, yang sering kali menyimpan kejutan mematikan di balik keindahannya. Bahkan, dalam insiden terpisah yang hampir menimpa seorang balita, gurita cincin biru juga hampir menyentuhnya. Kini, masyarakat setempat semakin waspada terhadap bahaya yang mungkin mengintai di sekitar lingkungan alaminya yang indah namun penuh tantangan.
Advertisement
1. Mengenal Gurita Cincin Biru
Gurita cincin biru terdiri dari empat spesies, yakni gurita cincin biru besar, gurita cincin biru selatan, gurita garis biru, dan gurita cincin biru biasa. Mereka membentuk kelompok hewan laut yang menarik namun memiliki potensi yang mematikan.
Dengan ukuran yang kecil sehingga dapat muat di telapak tangan, gurita-gurita ini menjadi ancaman serius karena keberadaan tetrodotoxin, sebuah racun saraf yang sangat kuat.
Tidak hanya memiliki toksin yang berpotensi menyebabkan kelumpuhan, namun juga tidak ada obat penawar yang diketahui untuk mengatasi racun ini. Bahkan dosis kecil tetrodotoxin dapat menyebabkan kematian manusia dalam waktu singkat. Prakarsa untuk memahami lebih lanjut terkait keajaiban dan bahaya yang terkandung dalam keanekaragaman hayati laut menjadi penting, yang menggarisbawahi perlunya kehati-hatian dan pemahaman mendalam terhadap spesies ini.
Advertisement
2. Kisah Jacob Eggington
Jacob Egginton, seorang remaja berusia delapan belas tahun yang secara tidak sengaja menemukan keajaiban laut yang berbahaya ketika sedang berenang di perairan lepas Pantai Shoalwater dekat Perth.
Peristiwa ini dimulai ketika Egginton menemukan sebuah cangkang yang tanpa disadari berisi spesies gurita cincin biru yang tidak teridentifikasi. Tanpa curiga, ia menempatkan cangkang tersebut di dalam sakunya dan membawanya ke darat untuk ditunjukkan kepada keluarganya.
Namun, momen mengejutkan terjadi ketika Egginton mengeluarkan cangkang itu dari sakunya untuk menunjukkannya kepada keponakan bayinya. Ternyata, di dalam cangkang tersebut tersembunyi gurita cincin biru yang mematikan. Kejadian ini membawa kesadaran akan potensi bahaya yang terkandung dalam keindahan alam laut.
3. Racun Mematikan Tetrodotoxin
Tetrodotoxin, sebuah racun saraf yang ditemukan dalam berbagai spesies laut, termasuk gurita cincin biru, rupanya juga ada pada beberapa makhluk laut lainnya seperti kadal air, katak, dan ikan buntal.
Cara kerja racun ini adalah dengan menghentikan sinyal saraf ke otot melalui blokade saluran ion natrium. Dampaknya melibatkan melemahnya dan melumpuhkan otot-otot, termasuk yang sangat dibutuhkan untuk proses pernapasan, yang dapat mengakibatkan berhentinya napas dan akhirnya kematian.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), efek dari tetrodotoxin dapat terjadi dengan cepat atau memerlukan waktu berjam-jam setelah terpapar untuk menyebabkan kelumpuhan otot. Oleh karena itu, risiko kematian akibat paparan racun ini dapat muncul dalam rentang waktu yang beragam, mulai dari 20 menit hingga 24 jam setelah terpapar.
Advertisement
4. Belum Ada Penawar
Tetrodotoxin, zat racun mematikan yang ditemukan dalam beberapa spesies laut ini termasuk gurita cincin biru, menimbulkan tantangan serius dalam bidang kesehatan karena hingga saat ini belum ada penawar yang diketahui.Â
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), dalam kasus paparan tetrodotoxin, praktisi kesehatan mungkin terbatas pada memberikan perawatan suportif dan menggunakan ventilator jika pasien mengalami kesulitan bernapas. Informasi ini memberikan gambaran atas seriusnya konsekuensi dari paparan racun ini, dan penekanan pada pentingnya upaya untuk menemukan penawar yang efektif.Â