Penelitian Ungkap Berbohong Bisa Mengganggu Kesehatan Mental Individu

Para peneliti melakukan empat eksperimen untuk mengetahui apakah pembohong mengalami konsekuensi psikologis seperti rendahnya harga diri dan perasaan negatif lainnya.

oleh Camelia diperbarui 14 Jan 2024, 19:01 WIB
Diterbitkan 14 Jan 2024, 19:01 WIB
Ilustrasi kata-kata bijak, pembohong
Ilustrasi kata-kata bijak, pembohong. (Photo by Taras Chernus on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Orang cenderung berbohong untuk membuat dirinya merasa lebih baik atau menghindari rasa malu atau penolakan alih-alih melindungi perasaan orang lain, demikian temuan sebuah studi baru.

Para peneliti di Universitas Twente di Belanda melakukan empat eksperimen untuk mengetahui apakah pembohong mengalami konsekuensi psikologis seperti rendahnya harga diri dan perasaan negatif (gugup, penyesalan, ketidaknyamanan atau ketidakbahagiaan).

Dilansir dari New York Times, dalam satu tes, peserta ditugaskan untuk mencatat perilaku berbohong mereka selama satu hari. Sebanyak 22% mengatakan kebohongan yang egois, 8% berbohong untuk melindungi orang lain, dan 69% melaporkan tidak berbohong pada hari itu. Temuan penelitian ini dipublikasikan bulan lalu di British Journal of Social Psychology.

Dalam percobaan lain, para sukarelawan dihadapkan pada salah satu dari delapan dilema, empat diantaranya egois dan empat lainnya diberi label “berorientasi pada orang lain.”

Berikut ini contoh situasi yang egois: “Anda sedang dalam wawancara kerja. Anda ditanya apakah Anda memiliki pengalaman dalam aspek pekerjaan yang relevan, padahal Anda belum.”

Mereka yang berbohong mengalami penurunan kesehatan mental

Ilustrasi Kesehatan Mental
Ilustrasi anak remaja yang mengalami gangguan kesehatan mental. (Pixabay/Ryan McGuire)

Hampir 42% peserta berbohong dalam situasi yang egois sedangkan sekitar 46% berbohong ketika dihadapkan pada dilema “berorientasi pada orang lain”. Kedua kelompok pembohong melaporkan harga diri yang lebih rendah dan perasaan yang lebih negatif dibandingkan dengan orang yang mengatakan kebenaran. Dalam tes lainnya, relawan diminta menceritakan dilema yang mereka alami.

“Peserta yang diminta mengingat situasi di mana mereka berbohong dilaporkan mengalami harga diri yang lebih rendah setelah situasi tersebut dibandingkan dengan peserta yang diminta mengingat situasi di mana mereka tidak berbohong,” tulis para peneliti.

Pada tes terakhir, para relawan mencatat perilaku berbohong mereka selama lima hari. Sebanyak 45% partisipan berbohong, dengan 22% melaporkan bahwa mereka berbohong setiap hari dan 19% menyatakan bahwa mereka tidak berbohong setiap hari. Mereka yang berbohong mengalami penurunan kesehatan mental, demikian temuan para peneliti.

Kebohongan memberikan tekanan yang sangat besar pada tubuh Anda

Kesehatan mental anak muda
Kesehatan mental anak muda. (Foto: DanaTentis from Pixabay )

Sementara itu dilansir dari Oprah Daily, salah satu penelitian terbaru menemukan bahwa ketika orang diinstruksikan untuk memikirkan suatu rahasia, mereka mengalami peningkatan detak jantung, penurunan curah jantung, dan karenanya meningkatkan resistensi perifer. 

“Kami menemukan bahwa sekadar memikirkan sebuah rahasia akan memunculkan respons fisiologis yang menyerupai respons stres,” kata Michael Slepian, PhD, penulis The Secret Life of Secrets dan profesor ilmu perilaku di Columbia Business School.

“Lebih dari sekadar memikirkan sesuatu yang negatif tentang diri Anda yang diketahui orang lain.”

 

Berbohong memberikan dampak buruk bagi psikologis

Ilustrasi Kesehatan Mental
Ilustrasi kesehatan mental (Gambar oleh Wokandapix dari Pixabay)

Kita sudah mengetahui dari penelitian Slepian bahwa, bagi kebanyakan orang, pikiran terus-menerus kembali ke sebuah rahasia dan setiap kali hal itu terjadi, tubuh mengalami respons stres kecil. Sebuah studi tahun 2015 yang dilakukan oleh para peneliti dari Harvard dan UC Berkeley menemukan bahwa berbohong memiliki efek serupa pada tubuh, dan dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah, percepatan detak jantung, laju pernapasan, dan pelebaran pupil. 

Seiring waktu, kata American Psychological Association, stres kronis semacam ini dapat membuat Anda berisiko lebih tinggi terkena hipertensi, serangan jantung, atau stroke, dan hal-hal lain yang tentunya ingin Anda hindari. Terkait dampak psikologis dari menyimpan rahasia, penelitian Slepian telah mengungkapkan tiga dimensi berbeda pertama, orang yang percaya bahwa rahasianya tidak bermoral akan merasa malu. Orang yang rahasianya kurang berhubungan dengan tujuan dan aspirasinya merasakan ketidakpastian. Dan orang yang rahasianya tidak melibatkan orang lain akan merasa terisolasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya