Liputan6.com, Jakarta Atlet Paralympic Libby Clegg adalah kontestan tunanetra pertama yang mengikuti kompetisi Dancing on Ice di Inggris. Bersama pasangan tari profesionalnya, Mark Hanretty, mereka berhasil sampai ke final.
Di babak final, pasangan tari ice skating ini mencetak poin yang bagus dan terpilih menjadi juara tiga. Kondisi mata dengan gangguan Stargardt's Macular Dystrophy tak membuatnya ragu berseluncur di atas es yang licin.
Di semifinal ada empat pasangan yang masing-masing menampilkan dua tarian. Penampilan pertama dilakukan sendiri atau solo. Ini dua kali lebih sulit bagi Libby karena dia tidak bisa sepenuhnya melihat arena es. Karena itu ia harus mengandalkan gambaran arena saat menari.
Advertisement
“Demi keamanan, Libby diizinkan menerima bantuan dari Mark untuk berteriak memperingatkan jika akan mengenai sisi atau melukai dirinya sendiri,” tulis disabilityhorizons.com.
Sebelum Libby beraksi, pemirsa diperlihatkan klip pendek tentang seperti apa penglihatan Libby. Hal ini ditampilkan dari simulator visual yang menunjukkan lingkaran hitam di tengah layar dengan beberapa warna di sekitar sisinya. Walau demikian, performa solo Libby selama 45 detik berjalan lancar dan meraih nilai tinggi.
Simak Video Berikut Ini:
Peta di Kepala
Selama pertandingan berlangsung, para juri, sesama kontestan, dan mitra skatingnya terkejut melihat betapa baiknya Libby mengatasi tantangan skating. Mereka berkomentar, dia tidak pernah mengeluh atau menggunakan disabilitasnya sebagai alasan.
Dia dan Mark bekerjasama menemukan cara untuk melakukan sesuatu secara berbeda. Pasangan ini membuat teknik pengkodean atau bahasa khusus untuk menyamakan posisi yang sebelumnya sudah dihafal.
"Saya membuat peta di kepala saya di mana batas dan hambatan tertentu berada. Jadi saya hanya mencoba mengingat semua detail yang sangat kecil itu. Saya mengenali dan mengamati hal-hal yang tidak akan Anda sadari setiap hari dalam kehidupan saya, jadi saya mencoba melakukan itu di arena es juga."
Berbicara tentang waktunya di acara itu, Libby berkata: "Bagi saya, ini lebih dari sekadar kompetisi, ini telah mengubah hidup. Ini merupakan dorongan bagi kepercayaan diri saya. " Dia menambahkan: "Saya ingin menunjukkan bahwa orang-orang difabel dapat mencapai hal-hal luar biasa."
Advertisement