Tinnitus, Dengung pada Telinga yang Sering Dikaitkan dengan Gangguan Pendengaran

Tinnitus atau telinga berdengung sering dikaitkan dengan gangguan pendengaran. Padahal, hal itu tidak menyebabkan gangguan pendengaran dan gangguan pendengaran juga tidak menyebabkan tinnitus.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 27 Sep 2021, 13:00 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2021, 13:00 WIB
Ilustrasi tinnitus atau telinga berdengung.
Ilustrasi tinnitus atau telinga berdengung. (Ade Nasihudin/Liputan6.com).

Liputan6.com, Jakarta Tinnitus atau telinga berdengung sering dikaitkan dengan gangguan pendengaran. Padahal, hal itu tidak menyebabkan gangguan pendengaran dan gangguan pendengaran juga tidak menyebabkan tinnitus.

Menurut asisten profesor kedokteran di Universitas Columbia, Minesh Khatri, MD, beberapa orang dengan tinnitus tidak mengalami kesulitan mendengar. Dalam beberapa kasus, mereka bahkan menjadi sangat sensitif terhadap suara (hiperakusis) sehingga mereka harus mengambil langkah untuk meredam atau menutupi suara dari luar.

“Tinnitus adalah sensasi mendengar dering, dengung, desis, kicau, siulan, atau suara lainnya. Kebisingan dapat terdengar putus-putus atau terus menerus, tingkat kenyaringannya pun bervariasi,” menurut ulasan Minesh di webmd.com dikutip Sabtu (25/9/2021).

Kondisi ini biasanya menjadi lebih buruk ketika suasana hening, seseorang dapat mendengar dengung dengan jelas di malam hari ketika mencoba tidur di ruangan yang tenang.

Tinnitus termasuk kondisi yang umum dan terjadi pada sekitar 50 juta orang dewasa di Amerika Serikat (AS). Bagi kebanyakan orang, kondisi ini hanyalah gangguan. Namun, dalam kasus yang parah, tinnitus dapat menyebabkan orang mengalami kesulitan berkonsentrasi dan tidur. Ini pada akhirnya dapat mengganggu pekerjaan dan hubungan pribadi, yang mengakibatkan tekanan psikologis.

Penyebab Tinnitus

Minesh menambahkan, beberapa kasus tinnitus disebabkan oleh infeksi atau penyumbatan di telinga, dan tinnitus dapat hilang setelah penyebab yang mendasarinya diobati.

Namun, tak jarang juga tinnitus berlanjut setelah kondisi yang mendasarinya diobati. Dalam kasus seperti itu, terapi lain baik konvensional maupun alternatif dapat memberikan kelegaan yang signifikan dengan mengurangi atau menutupi suara yang tidak diinginkan.

Paparan suara keras yang terlalu lama adalah penyebab paling umum dari tinnitus. Hingga 90 persen orang dengan tinnitus memiliki beberapa tingkat gangguan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.

Kebisingan menyebabkan kerusakan permanen pada sel-sel peka suara koklea, organ berbentuk spiral di telinga bagian dalam.

Kelompok Risiko Tinggi

Orang-orang yang memiliki risiko tinggi terkena tinnitus adalah tukang kayu, pilot, musisi rock, pekerja perbaikan jalanan, dan penata taman.

Selain itu, orang yang bekerja dengan gergaji mesin, senjata api, perangkat keras lainnya atau yang berulang kali mendengarkan musik keras juga berisiko tinggi mengalami tinnitus.

“Paparan tunggal terhadap suara yang sangat keras tiba-tiba juga dapat menyebabkan tinnitus.”

Sedang, penanganan terhadap tinnitus tergantung pada penyebabnya. Jika tinnitus disebabkan oleh obat tertentu maka menghentikan konsumsi obat tersebut dapat membantu. Jika tinnitus disebabkan kotoran telinga, maka pembersihan telinga dapat jadi pilihan. Lebih jauh, dokter ahli akan memberikan penanganan sesuai kondisi pasien setelah melakukan pemeriksaan.

 

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya