Liputan6.com, Jakarta Penyandang disabilitas perkembangan sering kali tidak dapat menerima layanan medis tepat waktu karena kesulitan mereka mengungkapkan gejala sakitnya.
Hal ini melatarbelakangi Daewoong Pharmaceutical dalam memulai kampanye 'Say Pain!' dengan memproduksi buku bergambar Augmentative and Alternative Communication (AAC). Buku ini dapat membantu anak dengan disabilitas perkembangan mengungkapkan gejala penyakit secara akurat kepada staf medis atau pendampingnya.
Buku ini telah didistribusikan secara gratis ke 583 rumah sakit, klinik, sekolah khusus, dan pusat kesejahteraan di Korea.
Advertisement
Secara khusus, Daewoong juga menandatangani perjanjian dengan pemadam kebakaran di Korea untuk mengembangkan “kuesioner darurat medis bergambar” untuk penyandang disabilitas perkembangan. Ini juga bisa digunakan oleh orang asing yang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan petugas pemadam kebakaran, yang digunakan dalam keadaan darurat.
Guna meningkatkan kualitas hidup penyandang disabilitas perkembangan di Indonesia, Daewoong akan mempublikasikan isu-isu penyandang disabilitas perkembangan di Indonesia dan mengembangkan buku bergambar AAC yang disesuaikan dengan bahasa dan budaya Indonesia.
Selain berkolaborasi dengan organisasi dan pakar terkait di Korea dan Indonesia, proyek ‘Say Pain!’ akan bekerja sama dengan mahasiswa Indonesia yang tertarik dengan isu-isu sosial.
Ada 20 duta mahasiswa yang terpilih sebagai 'Daewoong Social Impactor' angakatan ke-2 untuk melaksanakan kampanye 'Say Pain!', dan mengadakan upacara peluncuran secara daring pada tanggal 31 Mei.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Meningkatkan Kualitas Hidup
Daewoong Social Impactors angkatan ke-2 dipilih melalui tingkat persaingan ketat 14 banding 1. Mereka akan mengangkat agenda sosial untuk meningkatkan lingkungan medis penyandang disabilitas perkembangan dan mencari solusi dengan pakar lokal, selama lima bulan mulai bulan Juni.
CEO Peach Market, Eui Young Ham yang memproduksi konten AAC untuk penyandang disabilitas perkembangan menyambut kampanye ini dengan baik.
“Sangat berarti bahwa inisiatif yang dimulai di Korea untuk membantu pasien yang kesulitan mengekspresikan penyakit menyebar ke luar negeri hingga ke Indonesia. Saya akan melakukan yang terbaik untuk memberikan bantuan praktis kepada orang Indonesia dengan disabilitas perkembangan,” katanya.
Daewoong Social Impactors dan pakar Indonesia juga bergabung untuk berbagi visi guna meningkatkan kualitas hidup orang Indonesia dengan disabilitas perkembangan.
Tri Puspitarini dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang merupakan psikolog perkembangan berpengalaman meneliti disabilitas perkembangan mengatakan, “Kita membutuhkan gerakan sosial untuk merangkul penyandang disabilitas perkembangan dan meningkatkan kualitas hidup mereka.”
Advertisement
Mengatasi Kesulitan Komunikasi
Tri juga berharap kerja sama ini dapat mewujudkan visi 'hak untuk sehat' bagi orang-orang dengan disabilitas perkembangan.
Sebelumnya ia menyampaikan, anak dengan disabilitas perkembangan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Hal ini menyebabkan mereka sulit untuk mengutarakan perasaan mereka.
Hal-hal sederhana yang mudah dimengerti oleh anak biasa tidak dapat begitu saja dimengerti pula oleh anak yang menyandang disabilitas perkembangan. Mereka cenderung sulit mengekspresikan rasa sedih, kesal, bahagia, atau sakit.
“Dampaknya apa sih kalau mereka ini kesulitan berkomunikasi tapi kita diemin dan kita enggak tanggap dengan kebutuhan mereka? Dampaknya bisa bermacam-macam dan yang paling terlihat mereka bisa meltdown,” kata Tri dalam seminar daring Daewoong Selasa (31/5/2022).
Meltdown adalah istilah yang merujuk pada kondisi marah dan ngamuk yang meluap-luap. Jika hal ini terjadi, anak bisa menangis, membentur-benturkan kepala, guling-guling dan ini bisa terjadi di mana saja termasuk di tempat umum.
“Ini biasanya terjadi karena orangtua atau lingkungan tidak paham apa yang ingin anak sampaikan akibat hambatan-hambatan komunikasi.”
Komunikasi Sederhana
Bahkan, jika hal ini terjadi terus hingga anak dewasa, maka ini akan menyebabkan situasi-situasi darurat dengan keparahan yang lebih serius.
Untuk menangani hal ini, maka orangtua atau keluarga harus bisa mengembangkan strategi komunikasi yang sederhana, tidak berlapis-lapis, bertahap, dan bisa diajarkan kepada para penyandang disabilitas.
Komunikasi sederhana dapat dibangun di lingkungan keluarga dan dapat diterapkan baik oleh ibu, ayah, kakak, adik dan anggota keluarga lainnya.
“Kita bisa pakai kartu bergambar, kita juga bisa menggunakan white board untuk menulis karena anak disabilitas perkembangan yang sudah sekolah biasanya lebih paham menulis dibanding verbal.”
Anak-anak dengan disabilitas perkembangan biasanya diajarkan untuk menulis dan menggambar di sekolah. Mereka rutin dilatih untuk menuliskan apa yang mereka rasakan agar guru-guru tahu perlakuan yang tepat pada masing-masing anak.
“Mereka dilatih untuk membuat jurnal, entah menulis atau menggambar supaya kita tahu dia mengalami hal apa hari ini, mood-nya lagi ke mana nih arahnya karena enggak bisa ditebak juga.”
Ia berharap, buku AAC dapat menjadi media yang membuat anak-anak penyandang disabilitas perkembangan lebih mudah mengutarakan perasaannya.
Advertisement