Liputan6.com, Jakarta Lego bukan hanya sekadar mainan di kalangan anak-anak atau remaja. Pria disabilitas ini justru menyusun lego menjadi benda bermanfaat.
Dilansir dari The Guardian, David Aguilar lahir dengan sindrom Polandia (Poland Syndrome) sangat membutuhkan prostetik di bagian organ yang tidak tumbuh.Â
Kondisinya itu tidak lepas dari perundungan/bullying. Menurutnya, beberapa orang seringkali mengatakan, "Bukan salahmu dilahirkan seperti ini, ini salah ibumu."
Advertisement
"Mereka juga meminta saya untuk menangkap bola dengan tangan kanan saya," ujar David, yang baginya kini itu hanya komentar bodoh yang tidak akan mempengaruhinya, walaupun saat masih kecil komentar tersebut cukup menyakiti hatinya.
Bermain LegoÂ
Sejak kecil, David mengaku sering bermain Lego. "Saya mendapatkan kit pertama saya ketika saya berusia lima tahun. Orang tua saya menyadari itu adalah cara yang bagus untuk meningkatkan ketangkasan saya. Sejak itu saya mampu membentuk pesawat dan mobil. Saya bahkan mampu membentuknya menjadi gitar," ujarnya.
"Saya terobsesi dengan video di internet tentang Lego Technic dan cara menggunakannya untuk membuat benda seperti senjata yang menembakkan karet gelang. Ketika saya berusia sembilan tahun, saya membuat lengan palsu pertama saya secara otodidak mengikuti prinsip Lego Technic. Prostetik pertama saya adalah sebuah kotak sederhana yang dapat memuat lengan saya di dalamnya."
Â
Sempat Kehilangan Minat
David mengaku kehilangan minat pada Lego selama beberapa tahun. Tetapi ketika berumur 17 tahun, ia memainkannya lagi dan membuat prostetik lain yang ia sebut MK-1. MK-1, jelasnya, memiliki jari, motor, dan sensor tekanan. Itu juga memiliki sendi siku bergerak dan grabber yang bisa mengambil sesuatu.
Awalnya orang tuanya ingin membelikannya lengan prostetik, namun karena mahal dan tidak disediakan pemerintah, David merasa perlu mengalah.
"Sebelum saya membuat lengan pertama saya, saya telah memutuskan bahwa saya tidak membutuhkan prostetik. Orang tua saya dan saya telah mencari untuk mendapatkannya beberapa tahun sebelumnya, tetapi saya menyadari bahwa itu sangat mahal dan tidak disediakan oleh pemerintah. Jadi saya pikir, mungkin saya tidak membutuhkannya karena saya baik-baik saja. Saya terlihat sedikit berbeda, tapi tidak apa-apa."
Menariknya, David membuat lengan prostetik dari Lego, tapi ia sendiri tidak memakainya karena terlanjut terbiasa dengan keadaannya.
"Agak ironis bahwa saya sendiri tidak menggunakan prostetik, tetapi pada saat saya mulai membuatnya, saya sudah beradaptasi dengan kondisi saya. Saya membuatnya karena itu menyenangkan."
Advertisement
Menguji Lengan Prostetik dengan Membenturkan Ke Dinding
Sejak itu, David telah membuat beberapa versi baru. Model terbaru yang ia beri nama MK-V, adalah yang paling canggih dan nyaman. Itu memiliki unit kontrol yang dapat mengirim dan menerima perintah dari sensor di lengan ke motor, dengan kabel yang berkontraksi seperti otot, jelasnya.
Adapun alasan dibalik nama MK pada prostetiknya adalah sebagai penghormatan kepada superhero buku komik Iron Man dan baju zirah MK-nya.
"Kreasi saya sangat kuat dan kokoh. Saya ingin memeriksa betapa mudahnya mematahkan prostetik, jadi saya mulai membenturkannya ke dinding, dindinglah yang akhirnya rusak.
Kami membuat video tentang kreasi saya dan itu menjadi viral. Pada usia 23 tahun, saya adalah pemegang rekor dunia Guinness karena menjadi orang pertama yang membuat lengan prostetiknya sendiri yang berfungsi penuh menggunakan Lego. Sebuah film dokumenter telah dibuat tentang saya dan ayah saya, dan saya baru saja menulis sebuah buku tentang hidup saya."
Saya memiliki saluran YouTube, Hand Solo , tempat saya membagikan video pekerjaan saya agar orang lain dapat belajar. Saya sedikit khawatir menggunakan nama Star Wars, tetapi ayah saya menulis surat kepada Disney, yang memiliki hak, menjelaskan situasi saya dan setuju untuk membiarkan saya menyimpan nama itu.
Â
Berusaha Membuat Lengan Prostetik yang Lebih Murah
Banyak orang tidak memiliki sumber daya untuk membeli prostetik karena harganya bisa sangat mahal. Beberapa prostetik lebih murah daripada yang lain, tetapi model canggih terbaik harganya bisa sama dengan Aston Martin. Jadi "tujuan saya adalah mencoba membuat beberapa yang lebih terjangkau. Saat ini saya sedang belajar bioteknologi, dan melalui studi saya, saya berharap dapat membantu lebih banyak orang."
"Ketika saya berusia 19 tahun, orang tua dari seorang anak laki-laki berusia delapan tahun yang menderita phocomelia telah melihat pekerjaan saya dan menghubungi saya untuk menanyakan apakah saya dapat membuatkan prostetik untuknya. Lengan dan kakinya kurang berkembang sebagai bagian dari kondisinya, jadi saya membuat dua lengan palsu menggunakan unit Lego hanya seharga €15 (Rp 235 ribu). Senyumnya ketika ia menggunakannya untuk pertama kalinya sangat menguatkan. Saya memiliki banyak permintaan untuk membuat prostetik, tetapi saya harus meluangkan waktu untuk memikirkan desain dan kegunaannya," kenang David.
"Saya tidak suka ketidakadilan dalam hidup, seperti intimidasi, atau fakta bahwa seseorang mungkin harus membayar hingga €100.000 (Rp 1,6 miliar) untuk sebuah prostetik. Orang seharusnya tidak membayar sebanyak itu, karena itu bukan kemewahan."
David mengatakan, baginya, kreasinya tidak serta merta menceritakan bagaimana ia mengatasi kondisinya dengan Lego. Melainkan lebih tentang bagaimana ia mengatasi intimidasi dan kesal hampir setiap hari di sekolah.
"Sekarang saya merasa seolah-olah saya adalah Thor, dan kreasi prostetik saya adalah palu saya."
Advertisement