Tips Anak GTM: Panduan Lengkap Mengatasi Gerakan Tutup Mulut

Pelajari penyebab dan cara mengatasi Gerakan Tutup Mulut (GTM) pada anak dengan tips praktis untuk orang tua. Bantu anak makan dengan nyaman dan sehat.

oleh Liputan6 diperbarui 28 Des 2024, 04:07 WIB
Diterbitkan 28 Des 2024, 04:07 WIB
Anak GTM
Ilustrasi Anak Tidak Mau Makan dan GTM Gerakan Tutup Mulut / by freepik
Daftar Isi

Definisi GTM pada Anak

Liputan6.com, Jakarta Gerakan Tutup Mulut (GTM) merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku anak yang menolak membuka mulut saat disuapi atau diberikan makanan. Fenomena ini umumnya terjadi pada anak-anak yang sedang dalam masa transisi dari ASI atau susu formula ke makanan padat, atau saat memasuki fase Makanan Pendamping ASI (MPASI).

GTM bukan hanya sekedar anak menutup mulutnya rapat-rapat. Perilaku ini dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti:

  • Memalingkan kepala saat disuapi
  • Mendorong sendok atau makanan menjauh
  • Menangis atau merengek saat waktu makan tiba
  • Melepehkan atau memuntahkan makanan yang sudah masuk ke mulut
  • Menolak duduk di kursi makan

Penting untuk dipahami bahwa GTM bukanlah kondisi medis, melainkan fase perkembangan yang umum dialami oleh banyak anak. Meskipun demikian, jika berlangsung dalam jangka waktu yang lama, GTM dapat menimbulkan kekhawatiran bagi orang tua terkait asupan nutrisi dan pertumbuhan anak.

Umumnya, GTM mulai muncul saat anak berusia sekitar 6 bulan, ketika mereka diperkenalkan dengan makanan padat. Namun, intensitas GTM sering kali memuncak pada usia 2 tahun, saat anak mulai mengembangkan kemandirian dan keinginan untuk mengontrol lingkungannya, termasuk dalam hal makan.

Memahami bahwa GTM adalah bagian normal dari perkembangan anak dapat membantu orang tua menghadapi situasi ini dengan lebih tenang dan bijaksana. Dengan pendekatan yang tepat, fase GTM dapat dilalui tanpa menimbulkan stres berlebihan baik bagi anak maupun orang tua.

Penyebab Anak Melakukan GTM

Gerakan Tutup Mulut (GTM) pada anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Memahami penyebab-penyebab ini sangat penting bagi orang tua untuk dapat mengatasi masalah dengan lebih efektif. Berikut adalah beberapa penyebab utama anak melakukan GTM:

1. Perubahan Laju Pertumbuhan

Setelah tahun pertama kehidupan, laju pertumbuhan anak cenderung melambat. Akibatnya, kebutuhan kalori mereka berkurang, yang dapat menyebabkan penurunan nafsu makan. Anak mungkin tidak merasa selapar sebelumnya, sehingga cenderung menolak makanan.

2. Keinginan untuk Mandiri

Saat anak memasuki usia toddler, mereka mulai mengembangkan rasa kemandirian. Menolak makanan bisa menjadi cara mereka untuk menunjukkan kontrol atas lingkungan dan pilihan mereka sendiri.

3. Sensitivitas Sensorik

Beberapa anak mungkin sensitif terhadap tekstur, rasa, atau suhu makanan tertentu. Hal ini dapat menyebabkan mereka menolak makanan yang tidak sesuai dengan preferensi sensorik mereka.

4. Distraksi Lingkungan

Lingkungan makan yang terlalu ramai atau penuh gangguan dapat membuat anak sulit fokus pada makanannya. Televisi, gadget, atau aktivitas lain di sekitar area makan dapat mengalihkan perhatian anak dari makanan.

5. Jadwal Makan yang Tidak Teratur

Memberikan makanan atau camilan terlalu sering dapat membuat anak merasa kenyang saat waktu makan utama tiba. Akibatnya, mereka mungkin menolak makanan yang disajikan.

6. Masalah Kesehatan

Terkadang, GTM bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan seperti sakit tenggorokan, tumbuh gigi, atau gangguan pencernaan. Rasa tidak nyaman ini dapat membuat anak enggan makan.

7. Trauma atau Pengalaman Negatif

Jika anak pernah mengalami pengalaman buruk saat makan, seperti tersedak atau dipaksa makan, mereka mungkin mengembangkan ketakutan atau keengganan untuk makan.

8. Kurangnya Variasi Menu

Menyajikan menu yang sama berulang kali dapat membuat anak bosan. Kurangnya variasi dalam makanan dapat mengurangi minat anak terhadap waktu makan.

9. Tekanan dari Orang Tua

Terlalu memaksa atau menekan anak untuk makan dapat menciptakan suasana negatif seputar waktu makan. Anak mungkin mengembangkan resistensi sebagai respons terhadap tekanan ini.

10. Perkembangan Preferensi Rasa

Anak-anak dapat mengembangkan preferensi rasa yang kuat, yang terkadang mengarah pada penolakan terhadap makanan tertentu, terutama sayuran atau makanan dengan rasa yang kurang familiar.

Memahami penyebab-penyebab ini dapat membantu orang tua mengembangkan strategi yang tepat untuk mengatasi GTM. Penting untuk diingat bahwa setiap anak unik, dan apa yang menjadi penyebab GTM pada satu anak mungkin berbeda dengan anak lainnya. Pendekatan yang sabar dan konsisten, serta observasi terhadap perilaku dan preferensi anak, dapat membantu orang tua menemukan solusi yang paling efektif untuk mengatasi GTM pada anak mereka.

Dampak GTM pada Tumbuh Kembang Anak

Gerakan Tutup Mulut (GTM) yang berlangsung dalam jangka waktu lama dapat memiliki dampak signifikan terhadap tumbuh kembang anak. Memahami potensi konsekuensi ini penting bagi orang tua untuk menyadari pentingnya mengatasi GTM secara efektif. Berikut adalah beberapa dampak utama GTM pada tumbuh kembang anak:

1. Kekurangan Nutrisi

Dampak paling langsung dari GTM adalah risiko kekurangan nutrisi. Ketika anak secara konsisten menolak makanan, mereka mungkin tidak mendapatkan vitamin, mineral, dan nutrisi penting lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan:

  • Pertumbuhan fisik yang terhambat
  • Sistem kekebalan tubuh yang lemah
  • Kelelahan dan kurang energi
  • Kesulitan berkonsentrasi

2. Risiko Stunting

Stunting, atau pertumbuhan yang terhambat, adalah risiko serius bagi anak-anak yang mengalami kekurangan gizi kronis akibat GTM berkepanjangan. Stunting tidak hanya memengaruhi tinggi badan, tetapi juga dapat berdampak pada perkembangan kognitif dan kemampuan belajar anak di masa depan.

3. Gangguan Perkembangan Otak

Nutrisi yang cukup sangat penting untuk perkembangan otak yang optimal. GTM yang menyebabkan asupan nutrisi tidak memadai dapat mengganggu perkembangan otak, yang pada gilirannya dapat memengaruhi:

  • Kemampuan kognitif
  • Keterampilan bahasa
  • Kemampuan motorik
  • Perkembangan sosial dan emosional

4. Masalah Perilaku Makan di Masa Depan

Anak yang mengalami GTM berkepanjangan mungkin mengembangkan hubungan yang kompleks dengan makanan. Ini dapat mengarah pada:

  • Pilih-pilih makanan (picky eating) yang ekstrem
  • Kecemasan terkait makanan
  • Risiko gangguan makan di masa remaja atau dewasa

5. Dampak pada Kesehatan Jangka Panjang

Kekurangan nutrisi pada masa anak-anak dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan di masa dewasa, termasuk:

  • Obesitas
  • Diabetes tipe 2
  • Penyakit jantung
  • Osteoporosis

6. Pengaruh pada Interaksi Sosial

Waktu makan sering kali menjadi momen penting untuk interaksi sosial dalam keluarga. GTM yang parah dapat mengganggu dinamika ini, menyebabkan:

  • Stres dalam hubungan orang tua-anak
  • Berkurangnya kesempatan untuk belajar keterampilan sosial melalui makan bersama
  • Potensi isolasi sosial jika anak menghindari situasi makan di luar rumah

7. Dampak Psikologis

GTM yang tidak ditangani dengan baik dapat memiliki dampak psikologis pada anak, seperti:

  • Rendahnya kepercayaan diri terkait makanan dan makan
  • Kecemasan seputar waktu makan
  • Frustrasi dan stres bagi anak dan orang tua

8. Pengaruh pada Perkembangan Keterampilan Makan

GTM dapat menghambat perkembangan keterampilan makan yang penting, seperti:

  • Kemampuan mengunyah makanan dengan tekstur yang berbeda
  • Koordinasi tangan-mulut saat makan sendiri
  • Pengembangan preferensi rasa yang beragam

Mengingat dampak-dampak potensial ini, penting bagi orang tua untuk mengatasi GTM dengan pendekatan yang tepat dan konsisten. Jika GTM berlangsung lama atau menyebabkan kekhawatiran serius tentang pertumbuhan atau kesehatan anak, konsultasi dengan profesional kesehatan seperti dokter anak atau ahli gizi anak sangat dianjurkan. Dengan penanganan yang tepat, sebagian besar anak dapat melewati fase GTM tanpa dampak jangka panjang yang signifikan pada tumbuh kembang mereka.

Tips Mengatasi Anak GTM

Mengatasi Gerakan Tutup Mulut (GTM) pada anak membutuhkan kesabaran, kreativitas, dan pendekatan yang konsisten. Berikut adalah beberapa tips praktis yang dapat membantu orang tua mengatasi GTM pada anak mereka:

1. Ciptakan Suasana Makan yang Menyenangkan

- Jadikan waktu makan sebagai momen yang positif dan bebas tekanan.

- Makan bersama keluarga untuk memberikan contoh yang baik.

- Hindari memaksa atau memarahi anak saat mereka menolak makan.

- Gunakan pujian dan dorongan positif saat anak mau mencoba makanan baru.

2. Libatkan Anak dalam Persiapan Makanan

- Ajak anak berbelanja bahan makanan bersama.

- Biarkan anak membantu dalam proses memasak sederhana sesuai usianya.

- Berikan pilihan terbatas pada anak tentang menu yang akan disajikan.

3. Sajikan Makanan dengan Menarik

- Kreasikan bentuk-bentuk menarik dari makanan.

- Gunakan piring dan peralatan makan dengan warna-warna cerah atau bergambar karakter favorit anak.

- Variasikan cara penyajian makanan untuk menghindari kebosanan.

4. Perkenalkan Makanan Baru Secara Bertahap

- Tawarkan makanan baru bersama dengan makanan yang sudah dikenal dan disukai anak.

- Berikan makanan baru dalam porsi kecil dan tidak memaksa anak untuk menghabiskannya.

- Konsisten dalam menawarkan makanan baru; diperlukan 10-15 kali paparan sebelum anak menerima makanan baru.

5. Atur Jadwal Makan yang Teratur

- Tetapkan jadwal makan dan camilan yang konsisten setiap hari.

- Batasi waktu makan tidak lebih dari 30 menit.

- Hindari memberikan camilan atau minuman (kecuali air) terlalu dekat dengan waktu makan utama.

6. Berikan Contoh yang Baik

- Tunjukkan kebiasaan makan yang sehat kepada anak.

- Makan bersama dan nikmati makanan yang sama dengan anak.

- Ekspresikan kenikmatan saat menyantap makanan sehat.

7. Hindari Distraksi Saat Makan

- Matikan TV dan jauhkan gadget saat waktu makan.

- Fokuskan perhatian pada makanan dan interaksi keluarga.

- Ciptakan lingkungan makan yang tenang dan nyaman.

8. Berikan Porsi yang Sesuai

- Sajikan porsi kecil yang tidak mengintimidasi anak.

- Biarkan anak meminta tambah jika masih lapar.

- Hormati sinyal kenyang anak dan jangan memaksa untuk menghabiskan makanan.

9. Eksperimen dengan Tekstur dan Rasa

- Coba berbagai metode memasak untuk menghasilkan tekstur yang berbeda.

- Gunakan bumbu dan rempah yang aman untuk anak untuk memvariasikan rasa.

- Perkenalkan makanan dengan tekstur yang berbeda secara bertahap.

10. Bersabar dan Konsisten

- Ingat bahwa GTM adalah fase yang umum dan biasanya sementara.

- Tetap konsisten dengan pendekatan yang dipilih.

- Jangan membandingkan anak dengan anak lain atau saudara kandungnya.

11. Dorong Kemandirian

- Biarkan anak makan sendiri sesuai kemampuannya.

- Sediakan peralatan makan yang aman dan sesuai untuk anak.

- Terima kenyataan bahwa makan sendiri bisa berantakan, tapi ini bagian dari proses belajar.

12. Perhatikan Kesehatan Anak

- Pastikan tidak ada masalah kesehatan yang mendasari GTM, seperti alergi atau intoleransi makanan.

- Konsultasikan dengan dokter anak jika GTM berlangsung lama atau menyebabkan kekhawatiran serius.

Ingatlah bahwa setiap anak unik dan apa yang berhasil untuk satu anak mungkin tidak efektif untuk anak lain. Penting untuk tetap fleksibel dan menyesuaikan pendekatan berdasarkan respons anak. Dengan kesabaran, konsistensi, dan pendekatan positif, sebagian besar anak akan melewati fase GTM dan mengembangkan hubungan yang sehat dengan makanan.

Menerapkan Feeding Rules untuk Mencegah GTM

Feeding Rules atau aturan pemberian makan adalah pendekatan terstruktur yang dapat membantu mencegah dan mengatasi Gerakan Tutup Mulut (GTM) pada anak. Penerapan Feeding Rules yang konsisten dapat membantu menciptakan kebiasaan makan yang sehat dan mengurangi konflik seputar waktu makan. Berikut adalah panduan menerapkan Feeding Rules untuk mencegah GTM:

1. Tetapkan Jadwal Makan yang Konsisten

- Atur 3 waktu makan utama dan 2-3 waktu camilan setiap hari.

- Jaga interval antara waktu makan sekitar 2-3 jam untuk anak kecil.

- Konsisten dengan jadwal ini setiap hari, termasuk akhir pekan.

2. Batasi Durasi Waktu Makan

- Tetapkan batas waktu makan sekitar 20-30 menit.

- Setelah waktu habis, singkirkan makanan tanpa komentar negatif.

- Hindari memberi makan di luar jadwal yang telah ditetapkan.

3. Orang Tua Menentukan Menu, Anak Menentukan Jumlah

- Orang tua bertanggung jawab menyediakan makanan bergizi dan bervariasi.

- Biarkan anak memutuskan berapa banyak yang ingin mereka makan.

- Hindari memaksa anak menghabiskan makanan di piring.

4. Sajikan Makanan dalam Porsi Kecil

- Mulai dengan porsi kecil yang tidak mengintimidasi.

- Biarkan anak meminta tambah jika masih lapar.

- Hindari menyajikan porsi besar yang bisa membuat anak merasa kewalahan.

5. Sediakan Setidaknya Satu Makanan yang Disukai

- Pastikan ada setidaknya satu jenis makanan yang anak sukai dalam setiap hidangan.

- Ini membantu anak merasa lebih nyaman dan mungkin lebih bersedia mencoba makanan baru.

6. Hindari Makanan "Pengganti"

- Jangan menyiapkan makanan khusus jika anak menolak menu yang disajikan.

- Konsisten dengan menu yang telah disiapkan untuk seluruh keluarga.

7. Batasi Minuman antara Waktu Makan

- Berikan air putih sebagai minuman utama.

- Batasi susu dan jus, terutama mendekati waktu makan.

- Hindari memberikan minuman manis yang bisa mengurangi nafsu makan.

8. Ciptakan Suasana Makan yang Positif

- Makan bersama sebagai keluarga sebisa mungkin.

- Hindari pembicaraan negatif tentang makanan atau paksaan untuk makan.

- Fokus pada interaksi positif dan percakapan menyenangkan selama makan.

9. Libatkan Anak dalam Persiapan

- Ajak anak membantu merencanakan menu dan menyiapkan makanan.

- Beri tanggung jawab sesuai usia, seperti menata meja atau mencuci sayuran.

10. Konsisten dengan Aturan Makan

- Terapkan aturan makan yang sama untuk semua anggota keluarga.

- Konsisten dalam menerapkan aturan ini setiap hari.

- Hindari membuat pengecualian yang bisa membingungkan anak.

11. Berikan Contoh yang Baik

- Orang tua harus menunjukkan kebiasaan makan yang sehat.

- Tunjukkan sikap positif terhadap berbagai jenis makanan.

- Hindari mengomentari makanan secara negatif di depan anak.

12. Hormati Sinyal Lapar dan Kenyang Anak

- Ajarkan anak untuk mengenali dan menghormati sinyal tubuh mereka.

- Jangan memaksa anak makan lebih banyak jika mereka mengatakan sudah kenyang.

- Hindari menggunakan makanan sebagai hadiah atau hukuman.

Penerapan Feeding Rules membutuhkan konsistensi dan kesabaran. Penting untuk diingat bahwa perubahan kebiasaan makan tidak terjadi dalam semalam. Diperlukan waktu bagi anak dan seluruh keluarga untuk menyesuaikan diri dengan aturan baru. Jika diterapkan dengan konsisten, Feeding Rules dapat membantu menciptakan lingkungan makan yang lebih positif, mengurangi konflik seputar makanan, dan pada akhirnya membantu mencegah atau mengatasi GTM pada anak.

Memenuhi Kebutuhan Nutrisi Anak yang GTM

Memenuhi kebutuhan nutrisi anak yang mengalami Gerakan Tutup Mulut (GTM) bisa menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua. Namun, dengan strategi yang tepat, Anda dapat memastikan anak tetap mendapatkan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan optimal. Berikut adalah panduan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak yang GTM:

1. Fokus pada Kualitas, Bukan Kuantitas

- Prioritaskan makanan padat nutrisi dalam porsi kecil.

- Pilih makanan yang kaya akan vitamin, mineral, dan nutrisi penting lainnya.

- Contoh: telur, ikan, daging tanpa lemak, kacang-kacangan, buah-buahan, dan sayuran berwarna.

2. Optimalkan Setiap Suapan

- Tambahkan minyak zaitun atau mentega ke sayuran untuk meningkatkan kalori dan lemak sehat.

- Campurkan bubuk kacang ke dalam yogurt atau oatmeal untuk protein tambahan.

- Gunakan avokado sebagai spread pada roti atau tambahan dalam smoothie untuk lemak sehat.

3. Manfaatkan Waktu Anak Mau Makan

- Saat anak menunjukkan minat makan, tawarkan makanan bergizi tinggi.

- Siapkan camilan sehat yang mudah dijangkau anak.

- Contoh: potongan buah, stik sayur dengan hummus, atau keju rendah lemak.

4. Kreasikan Smoothie Bergizi

- Buat smoothie dengan campuran buah, sayur, yogurt, dan susu.

- Tambahkan bubuk protein atau kacang untuk meningkatkan kandungan protein.

- Smoothie bisa menjadi cara mudah untuk memasukkan berbagai nutrisi dalam satu sajian.

5. Fortifikasi Makanan Favorit

- Tambahkan bubuk susu ke dalam sup atau saus untuk kalsium tambahan.

- Campurkan sayuran yang dihaluskan ke dalam saus pasta atau roti lapis.

- Gunakan tepung fortifikasi dalam membuat kue atau roti.

6. Eksperimen dengan Tekstur

- Beberapa anak mungkin lebih suka makanan dengan tekstur tertentu.

- Coba variasi seperti puree, cincang halus, atau potongan kecil.

- Perkenalkan tekstur baru secara bertahap untuk membangun toleransi.

7. Pertimbangkan Suplemen

- Konsultasikan dengan dokter anak tentang kebutuhan suplemen.

- Vitamin dan mineral tambahan mungkin diperlukan jika asupan makanan sangat terbatas.

- Pastikan suplemen dalam bentuk yang mudah diterima anak (cair, kunyah, dll).

8. Manfaatkan Makanan Finger Food

- Sajikan makanan dalam bentuk yang mudah dipegang dan dimakan sendiri.

- Contoh: potongan buah, keju kubus, roti mini, atau nugget ikan.

- Ini memungkinkan anak untuk mengontrol asupan mereka sendiri.

9. Kreatif dengan Penyajian

- Buat makanan terlihat menarik dengan bentuk atau susunan yang kreatif.

- Gunakan cetakan kue untuk membentuk sayuran atau roti.

- Buat "wajah" lucu menggunakan berbagai bahan makanan di piring.

10. Jangan Lupakan Hidrasi

- Pastikan anak mendapatkan cukup cairan, terutama air.

- Untuk anak yang sulit minum air, coba infused water dengan potongan buah.

- Batasi minuman manis yang bisa mengurangi nafsu makan.

11. Pertimbangkan Makanan Fortifikasi

- Pilih produk sereal atau susu yang difortifikasi dengan vitamin dan mineral.

- Gunakan roti atau pasta yang diperkaya dengan nutrisi tambahan.

- Pastikan untuk membaca label nutrisi dengan cermat.

12. Libatkan Anak dalam Perencanaan Menu

- Ajak anak memilih bahan makanan saat berbelanja.

- Biarkan mereka membantu dalam persiapan makanan sederhana.

- Ini dapat meningkatkan minat mereka terhadap makanan yang disajikan.

Penting untuk diingat bahwa setiap anak unik dan apa yang berhasil untuk satu anak mungkin tidak efektif untuk yang lain. Jika GTM berlangsung lama dan Anda khawatir tentang asupan nutrisi anak, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter anak atau ahli gizi. Mereka dapat memberikan saran yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik anak Anda dan mungkin merekomendasikan pemeriksaan lebih lanjut jika diperlukan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya