Ciri Diare pada Bayi: Kenali Gejala dan Cara Penanganannya

Pelajari ciri diare pada bayi, penyebab, gejala, dan cara menanganinya dengan tepat. Ketahui kapan harus membawa bayi ke dokter saat mengalami diare.

oleh Liputan6 diperbarui 07 Jan 2025, 15:40 WIB
Diterbitkan 07 Jan 2025, 15:40 WIB
ciri diare pada bayi
ciri diare pada bayi ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Diare pada bayi merupakan kondisi yang sering membuat orang tua khawatir. Meski umum terjadi, diare dapat berisiko menyebabkan dehidrasi yang berbahaya jika tidak ditangani dengan tepat. Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai ciri diare pada bayi, penyebab, gejala, cara penanganan, serta kapan harus membawa bayi ke dokter.

Pengertian Diare pada Bayi

Diare pada bayi didefinisikan sebagai kondisi di mana bayi mengalami peningkatan frekuensi buang air besar (BAB) dengan konsistensi tinja yang lebih encer dari biasanya. Umumnya, diare ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali dalam sehari dengan tekstur feses yang sangat cair.

Penting untuk dipahami bahwa frekuensi BAB normal pada bayi dapat bervariasi tergantung usia dan pola makannya:

  • Bayi baru lahir hingga usia 2 bulan yang mendapat ASI eksklusif bisa BAB hingga 10 kali sehari
  • Bayi usia 2-4 bulan biasanya BAB 3-4 kali sehari
  • Bayi usia 6-12 bulan idealnya BAB 2-4 kali sehari

Jadi, frekuensi BAB yang meningkat saja belum tentu menandakan diare. Yang perlu diperhatikan adalah perubahan konsistensi tinja menjadi sangat cair disertai peningkatan frekuensi BAB dari pola normal bayi tersebut.

Ciri Diare pada Bayi

Berikut adalah ciri-ciri utama diare pada bayi yang perlu diwaspadai orang tua:

  • Feses sangat encer hingga berair, bahkan bisa sampai merembes dari popok
  • Frekuensi BAB meningkat lebih dari 3 kali sehari
  • Tinja berwarna kehijauan atau kekuningan pucat
  • Terdapat lendir atau darah pada tinja
  • Bau tinja lebih menyengat dari biasanya
  • Bayi tampak rewel dan gelisah
  • Nafsu makan berkurang
  • Bayi terlihat lemas dan kurang aktif
  • Tanda-tanda dehidrasi seperti mulut kering, mata cekung, kulit kering

Orang tua perlu memperhatikan perubahan pola BAB bayi dan konsistensi tinjanya. Jika terdapat perubahan signifikan disertai gejala lain, kemungkinan bayi mengalami diare.

Penyebab Diare pada Bayi

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan diare pada bayi, di antaranya:

1. Infeksi Virus

Penyebab tersering diare pada bayi adalah infeksi virus, terutama rotavirus. Virus ini sangat mudah menular dan menyebabkan peradangan pada usus bayi. Selain rotavirus, virus lain seperti norovirus dan adenovirus juga dapat menyebabkan diare.

2. Infeksi Bakteri

Bakteri seperti E. coli, Salmonella, dan Shigella dapat menginfeksi saluran pencernaan bayi dan menyebabkan diare. Infeksi bakteri biasanya disertai demam dan tinja berdarah.

3. Infeksi Parasit

Parasit seperti Giardia lamblia dapat menginfeksi usus bayi dan menyebabkan diare persisten. Infeksi parasit lebih jarang terjadi dibanding infeksi virus atau bakteri.

4. Alergi atau Intoleransi Makanan

Bayi dapat mengalami diare akibat alergi atau intoleransi terhadap makanan tertentu, seperti protein susu sapi atau laktosa. Hal ini sering terjadi saat bayi mulai diperkenalkan dengan susu formula atau makanan pendamping ASI (MPASI).

5. Efek Samping Obat

Beberapa jenis obat, terutama antibiotik, dapat mengganggu keseimbangan bakteri baik di usus bayi dan menyebabkan diare.

6. Perubahan Pola Makan

Perubahan mendadak pada pola makan bayi, seperti pengenalan makanan baru atau penggantian jenis susu formula, dapat memicu diare sementara.

Cara Mengatasi Diare pada Bayi

Penanganan diare pada bayi bertujuan untuk mencegah dehidrasi dan memulihkan kondisi bayi. Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan:

1. Pertahankan Hidrasi

Hal terpenting dalam mengatasi diare adalah menjaga agar bayi tetap terhidrasi:

  • Untuk bayi yang masih ASI eksklusif, tingkatkan frekuensi pemberian ASI
  • Bayi yang minum susu formula dapat diberikan cairan rehidrasi oral (oralit) di antara jadwal minum susu
  • Bayi di atas 6 bulan dapat diberikan air putih atau cairan rehidrasi oral

2. Lanjutkan Pemberian Nutrisi

Jangan menghentikan asupan makanan bayi saat diare:

  • Teruskan pemberian ASI atau susu formula seperti biasa
  • Untuk bayi yang sudah MPASI, berikan makanan yang mudah dicerna seperti pisang, nasi tim, atau bubur
  • Hindari makanan yang terlalu manis atau berlemak

3. Probiotik

Pemberian probiotik dapat membantu memulihkan keseimbangan bakteri baik di usus bayi dan mempercepat pemulihan dari diare. Konsultasikan dengan dokter untuk jenis dan dosis probiotik yang sesuai.

4. Zinc

Suplemen zinc telah terbukti efektif dalam mengurangi durasi dan tingkat keparahan diare pada anak. Dosis yang direkomendasikan adalah 10 mg per hari untuk bayi di bawah 6 bulan dan 20 mg per hari untuk bayi di atas 6 bulan, selama 10-14 hari.

5. Hindari Obat Anti-diare

Obat anti-diare tidak direkomendasikan untuk bayi dan anak kecil karena dapat menyebabkan efek samping berbahaya. Biarkan diare berjalan alamiah untuk membuang kuman dari tubuh bayi.

6. Jaga Kebersihan

Untuk mencegah penyebaran infeksi:

  • Cuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah mengganti popok atau menyiapkan makanan bayi
  • Bersihkan area bokong bayi dengan lembut setiap kali mengganti popok
  • Gunakan krim pelindung untuk mencegah ruam popok

Kapan Harus ke Dokter?

Meski sebagian besar kasus diare pada bayi dapat ditangani di rumah, ada kondisi di mana bayi perlu segera dibawa ke dokter:

  • Diare berlangsung lebih dari 24 jam tanpa perbaikan
  • Terdapat darah atau nanah dalam tinja
  • Demam tinggi (di atas 38.5°C untuk bayi di bawah 3 bulan, atau di atas 39°C untuk bayi di atas 3 bulan)
  • Tanda-tanda dehidrasi berat seperti:
    • Sangat lemas atau tidak responsif
    • Mata sangat cekung
    • Kulit sangat kering dan tidak elastis
    • Tidak buang air kecil selama 6-8 jam
  • Muntah terus-menerus dan tidak bisa menahan cairan
  • Nyeri perut yang parah
  • Bayi terlihat sangat sakit atau kondisinya memburuk dengan cepat

Jangan ragu untuk segera mencari bantuan medis jika Anda merasa khawatir dengan kondisi bayi. Penanganan cepat dapat mencegah komplikasi serius dari diare.

Pencegahan Diare pada Bayi

Meski tidak selalu dapat dicegah sepenuhnya, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko diare pada bayi:

1. Praktikkan Kebersihan yang Baik

  • Cuci tangan dengan sabun secara teratur, terutama sebelum menyiapkan makanan bayi atau setelah mengganti popok
  • Sterilisasi botol susu dan peralatan makan bayi
  • Jaga kebersihan lingkungan tempat bayi bermain

2. ASI Eksklusif

Berikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi. ASI mengandung antibodi yang membantu melindungi bayi dari infeksi penyebab diare.

3. Vaksinasi

Pastikan bayi mendapatkan vaksin rotavirus sesuai jadwal imunisasi yang direkomendasikan. Vaksin ini sangat efektif mencegah diare berat akibat infeksi rotavirus.

4. Perkenalkan Makanan Baru Secara Bertahap

Saat mulai memberikan MPASI, perkenalkan makanan baru sedikit demi sedikit untuk menghindari gangguan pencernaan.

5. Hindari Makanan atau Minuman yang Tidak Higienis

Pastikan makanan dan minuman yang diberikan pada bayi disiapkan dengan higienis. Hindari memberi makanan atau minuman yang berisiko terkontaminasi bakteri.

Mitos dan Fakta Seputar Diare pada Bayi

Ada beberapa mitos yang beredar di masyarakat mengenai diare pada bayi. Mari kita luruskan dengan fakta yang benar:

Mitos 1: Bayi yang sedang diare harus dipuasakan

Fakta: Bayi yang diare justru membutuhkan asupan nutrisi dan cairan yang cukup. Teruskan pemberian ASI atau susu formula, serta makanan padat untuk bayi yang sudah MPASI.

Mitos 2: Obat anti-diare aman diberikan pada bayi

Fakta: Obat anti-diare tidak direkomendasikan untuk bayi dan anak kecil karena dapat menyebabkan efek samping berbahaya. Fokus penanganan diare pada bayi adalah rehidrasi dan nutrisi.

Mitos 3: Diare selalu disebabkan oleh makanan

Fakta: Meski makanan dapat memicu diare, penyebab tersering diare pada bayi adalah infeksi virus atau bakteri.

Mitos 4: Air kelapa efektif mengatasi diare pada bayi

Fakta: Meski air kelapa mengandung elektrolit, komposisinya tidak seimbang untuk menggantikan cairan yang hilang akibat diare. Lebih baik berikan cairan rehidrasi oral yang direkomendasikan dokter.

Mitos 5: Diare pada bayi selalu berbahaya

Fakta: Sebagian besar kasus diare pada bayi bersifat ringan dan dapat sembuh sendiri dalam beberapa hari dengan perawatan yang tepat di rumah. Namun, orang tua tetap perlu waspada terhadap tanda-tanda dehidrasi.

Pertanyaan Seputar Diare pada Bayi

1. Berapa lama biasanya diare pada bayi berlangsung?

Diare akut pada bayi umumnya berlangsung 3-7 hari. Jika diare berlanjut lebih dari 14 hari, ini termasuk diare persisten dan perlu evaluasi lebih lanjut oleh dokter.

2. Apakah bayi yang diberi ASI eksklusif bisa mengalami diare?

Ya, bayi yang diberi ASI eksklusif tetap bisa mengalami diare, meski risikonya lebih rendah dibanding bayi yang diberi susu formula. ASI mengandung antibodi yang membantu melindungi bayi dari infeksi, tapi tidak menjamin 100% bebas dari diare.

3. Bagaimana cara membedakan diare dengan BAB normal pada bayi yang diberi ASI?

Bayi yang diberi ASI memang cenderung memiliki tinja yang lebih lembek. Yang perlu diperhatikan adalah perubahan signifikan dari pola BAB normal bayi tersebut, disertai peningkatan frekuensi dan konsistensi yang sangat cair.

4. Apakah diare pada bayi bisa menular?

Ya, terutama jika disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri. Penting untuk menjaga kebersihan dan mencuci tangan secara teratur untuk mencegah penyebaran ke anggota keluarga lain.

5. Apakah ada makanan yang harus dihindari saat bayi diare?

Hindari makanan yang dapat memperparah diare seperti makanan berminyak, pedas, atau terlalu manis. Untuk bayi yang sudah MPASI, fokus pada makanan yang mudah dicerna seperti pisang, nasi tim, atau bubur.

Kesimpulan

Diare pada bayi merupakan kondisi yang umum terjadi namun tetap perlu diwaspadai. Pemahaman mengenai ciri diare pada bayi, penyebab, dan cara penanganannya sangat penting bagi orang tua untuk memberikan perawatan yang tepat. Fokus utama dalam mengatasi diare adalah mencegah dehidrasi dan mempertahankan asupan nutrisi bayi.

Meski sebagian besar kasus diare pada bayi dapat ditangani di rumah, orang tua perlu waspada terhadap tanda-tanda yang mengharuskan bayi segera dibawa ke dokter. Dengan penanganan yang tepat dan cepat, mayoritas bayi dapat pulih dari diare tanpa komplikasi serius.

Pencegahan tetap menjadi kunci utama, mulai dari menjaga kebersihan, pemberian ASI eksklusif, hingga vaksinasi. Dengan pengetahuan yang cukup dan kewaspadaan, orang tua dapat lebih siap menghadapi situasi saat bayi mengalami diare.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya