Liputan6.com, Siam Reap - Jutaan orang datang tiap tahun ke Angkor Wat, sebuah kuil kuno di Kamboja. Di sana mereka mengagumi menara tua berusia 900 tahun, parit raksasa, dan relief dewa-dewa Hindhu. Namun, ada satu hal yang luput dari penglihatan mereka: 200 gambar tersembunyi yang tersebar di dinding.
Kini, gambar digital yang disempurnakan mengungkap rincian mural tak kasat mata di Angkor Wat yang berbentuk gajah, dewa, perahu, orkestra ansambel, dan orang-orang menunggang kuda.
Para peneliti mengatakan, gambar memudar bisa menjadi grafiti yang ditinggalkan para peziarah, setelah Angkor Wat ditinggalkan pada Abad ke-15. Namun, lukisan-lukisan yang lebih rumit bisa jadi merupakan relik dari upaya awal untuk memulihkan kondisi candi tersebut.
Lantas, bagaimana lukisan tak kasat mata tersebut ditemukan?
Jejak halus cat tertangkap mata Noel Hidalgo Tan, seorang peneliti seni batuan dari Australian National University, Canberra, saat ia ikut serta dalam ekskavasi di Angkor Wat pada 2010.
Tan mengaku terus menerus menjumpai pigmen merah di sepanjang dinding suatu hari, saat ia berjalan-jalan di kuil usai istirahat makan siang. Ia mengambil sejumlah gambar dan berencana untuk mempertajam gambar itu secara digital.
"Saat itu saya tak menyadari bahwa gambar-gambar tersebut akan menjadi sangat detil. Sampai terkejut aku dibuatnya," kata Tan, kepada situs sains LiveScience, yang dikutip Liputan6.com, Rabu (28/5/2014).
Gambar yang telah disempurnakan secara digital itu mengungkap gambar gajah, singa, Hanoman, perahu-perahu, juga bangunan -- mungkin termasuk lukisan Angkor Wat sendiri.
Tan kemudian kembali ke situs tersebut untuk melakukan survei yang lebih bermetodologi pada 2012, menggandeng para koleganya dari Kamboja -- Authority for the Protection and Management of Angkor and the Region of Siem Reap (APSARA).
Gambar Tak Kasat Mata
Tan mengatakan, gambar-gambar paling detil berada di bagian atas candi, yang dilewati ribuan pengunjung setiap harinya. "Namun, gambar yang makin rumit benar-benar tak bisa ditangkap mata telanjang," kata dia.
Untuk membuat gambar-gambar ini bisa ditangkap mata telanjang, Tan menggunakan teknik yang disebut decorrelation stretch analysis -- yang memperbesar perbedaan warna halus. Metode ini sangat berharga dalam penelitian seni batuan karena dapat membantu membedakan gambar samar dari batuan yang mendasarinya. Cara yang sama digunakan untuk meningkatkan kualitas gambar yang diambil dari permukaan Mars oleh robot penjelajah (rover) milik NASA, Opportunity.
Salah satu ruang di tingkat tertinggi dari menara utama Angkor Wat , yang dikenal sebagai Bakan, terdapat gambar rumit dari ansambel musik tradisional Khmer dikenal sebagai pinpeat -- yang terdiri atas variasi gong, xylophone atau instrumen sejenis gambang, alat musik tiup, dan instrumen perkusi lainnya. Di ruang yang sama juga ada lukisan yang menampilkan orang-orang menunggang kuda di antara 2 struktur, yang mungkin adalah Angkor Wat.
Tan sepakat dengan interpretasi sejumlah orang yang mengatakan bahwa sejumlah gambar adalah grafiti -- coretan tembok yang ditinggalkan para peziarah di masa lalu. "Namun, gambar yang lebih rumit bukan grafiti melainkan upaya untuk mendekorasi dinding kuil," jelas dia.
Tan berspekulasi bahwa karya seni yang paling rumit mungkin dibuat atas perintah dari Raja Kamboja Ang Chan, yang berupaya mengembalikan keagungan candi pada masa pemerintahannya antara tahun 1528 dan 1566. Selama waktu itu, lukisan belum sempat terselesaikan, dan Angkor Wat mulai bertransformasi menjadi sebuah tempat ziarah Buddha. Beberapa lukisan baru terungkap memiliki ikonografi Buddha, seperti lukisan sebuah kuil yang terlihat seperti stupa.
Sementara, Christophe Pottier, arkeolog sekaligus salah satu direktur Greater Angkor Project yang tak terlibat dalam penelitian terbaru mural yang lebih kompleks, menunjukkan niat yang disengaja dan tidak dapat diartikan hanya sebagai grafiti.
Pottier mengatakan, temuan gambar tersebut tidak mengejutkan. Meskipun belum diteliti secara sistematis seperti sekarang, beberapa jejak lukisan telah ditemukan di kuil selama 15 tahun terakhir. Rincian temuan Tan dan para koleganya akan dimuat dalam jurnal Antiquity minggu ini. (Sun)
Advertisement