Sejarah Gunung Agung, 4 Kali Erupsi dalam 200 Tahun

Erupsi Gunung Agung terakhir terjadi pada 1963. Kala itu, 1.600 orang tewas dan 86.000 lainnya harus kehilangan rumah.

oleh Citra Dewi diperbarui 25 Sep 2017, 19:20 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2017, 19:20 WIB
Gunung Agung Berpotensi Meletus, AS Rilis Travel Advice
Foto diambil pada 24 September 2017 (SONNY TUMBELAKA / AFP)

Liputan6.com, Denpasar - Sebuah legenda di Bali menyebut, para dewa menciptakan gunung-gunung sebagai takhta. Yang tertinggi berada di Pulau Dewata, Gunung Agung.

Mitos lain menyebut, para dewa menganggap bahwa kondisi Bali tidak cukup stabil sehingga mereka meletakkan Gunung Agung sebagai pancangnya. Dilansir dari situs Britannica, banyak warga Bali pun menganggap bahwa gunung adalah pusar Bumi.

Dalam beberapa hari terakhir, kondisi Gunung Agung membuat cemas banyak orang. Ribuan warga di sekitarnya terpaksa harus dievakuasi menyusul ditetapkannya status Awas, level tertinggi soal kegunungapian. 

Sejarah mencatat, erupsi Gunung Agung pertama kali terjadi pada 1808 yang disertai awan panas dan abu. Aktivitas vulkanik itu berlanjut pada 1821, tapi tak ada catatan atas peristiwa itu.

Erupsi Gunung Agung kembali terjadi 22 tahun kemudian, yakni pada 1843, dan disertai dengan sejumlah gempa, abu vulkanis, dan reruntuhan bebatuan.

Dikutip dari Indonesian Volcano, Senin (25/9/2017), erupsi gunung yang berada di timur laut Bali itu terakhir kali terjadi pada 1963, setelah tidur selama 120 tahun. Sebanyak 1.600 orang tewas dan 86.000 lainnya harus kehilangan rumah.

Erupsi kala itu bermula pada 19 hingga 26 Februari 1963. Sejumlah batu kecil menghujani Pura Besakih yang terletak di lereng Gunung Agung. Awan panas dan aliran lahar pun turut menyertai erupsi itu.

 

Erupsi Terus Berlanjut

Letusan dan sejumlah peristiwa yang menyertainya mereda pada pertengahan Maret. Jejak aliran lava sepanjang 11 km terbentuk akibat peristiwa tersebut.

Namun, letusan gunung itu kembali berlanjut pada 17 Maret 1963. Serangkaian letusan terjadi hampir selama 10 jam dan disertai hujan batu, awan panas, dan aliran lava.

Sejumlah batuan panas berdiameter 5 hingga 8 cm dimuntahkan seketika dari kawah hingga radius 9,6 kilometer. Pasir dan abu setinggi 10 hingga 40 cm pun sebagian besar menyelimuti bagian barat Gunung Agung.

Pada 16 Mei, di tahun yang sama, erupsi Gunung Agung kembali terjadi. Peristiwa itu dimulai dengan erupsi kecil yang makin lama tambah menguat dan berlangsung hingga enam jam.

Enam sungai di selatan dan dua sungai di utara mengalirkan lahar. Batuan panas berdiameter 10 hingga 15 cm terlontar ke segala arah hingga radius 9,6 kilometer. Abu yang menutupi sejumlah wilayah di Gunung Agung mencapai satu kilometer.

Aktivitas Gunung Agung mereda dan kembali stabil pada akhir 1963.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya