19-11-1985: Pertemuan Mengejutkan Pemimpin AS - Soviet di Tengah Perang Dingin

Untuk kali pertama dalam delapan tahun terakhir, pemimpin Amerika Serikat dan Uni Soviet mengadakan pertemuan konferensi tingkat tinggi di Jenewa.

oleh Rasheed Gunawan diperbarui 19 Nov 2018, 06:01 WIB
Diterbitkan 19 Nov 2018, 06:01 WIB
Penandatanganan Traktat Senjata Nuklir Jarak Menengah (INF) antara Presiden AS Ronald Reagan dan Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev pada Desember 1987 atau lima bulan jelang KTT Moskow (Wikimedia / Creative Commons)
Penandatanganan Traktat Senjata Nuklir Jarak Menengah (INF) antara Presiden AS Ronald Reagan dan Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev pada Desember 1987 atau lima bulan jelang KTT Moskow (Wikimedia / Creative Commons)

Liputan6.com, Jenewa - Pasca-Perang Dunia II, terbentuk dua kekuatan besar, yakni Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat dan Blok Timur yang dikomando Uni Soviet. Dalam kurun waktu tahun 1947-1991, terjadi ketegangan antara dua kubu tersebut dalam bidang politik dan militer.

Kendati tidak sampai adanya pertempuran, memanasnya politik ini disebut Perang Dingin. Peristiwa ini dinamakan Perang Dingin karena kedua belah pihak tidak pernah terlibat dalam aksi militer secara langsung, namun masing-masing pihak memiliki senjata nuklir yang dapat menyebabkan kehancuran besar.

Tanggal 19 November 1985 menjadi salah satu hari bersejarah dalam Perang Dingin. Untuk kali pertama dalam delapan tahun terakhir, pemimpin Amerika Serikat dan Uni Soviet mengadakan pertemuan konferensi tingkat tinggi di Jenewa. Peristiwa ini cukup mengejutkan dunia, karena menjadi momen yang sangat langka di tengah Perang Dingin.

Presiden AS Ronald Reagan dan Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev berjabat tangan erat dalam satu sesi khusus. Keduanya terlihat begitu akrab seperti sahabat dekat.

Seperti dimuat History.com, Senin (19/11/2018), ada beberapa kesepakatan yang tercipta dari pertemuan dua kekuatan dunia tersebut. Salah satunya AS dan Soviet sepakat untuk menjaga perdamaian dunia dan tidak akan mengambil tindakan yang bisa merusak Bumi. Hal ini terkait dalam pengelolaan senjata nuklir yang dimiliki kedua negara.

Keputusan ini tampak berbeda dengan sikap Gorbachev sebelumnya yang dianggap kerap melakukan propaganda paham komunisme. Sementara itu, langkah pengendalian senjata nuklir ini menjadi fokus program Reagan di negeri paman sam, sehingga Reagan diyakini berhasil bernegosiasi dengan Gorbachev secara baik-baik.

Selain perdamaian dunia, Reagan dan Gorbachev sepakat untuk melakukan pertukaran budaya dan perkembangan ilmu dan teknologi antara Amerika dan Soviet, dan juga membahas perhatian terhadap lingkungan.

Reagan dan Gorbacev sangat puas dengan pertemuan ini dan merencanakan pertemuan lanjutan. Pertemuan Reagan dan Gorbachev selanjutnya dilakukan di Reykjavik, Islandia pada 1986. Dalam pertemuan tersebut, situasi menjadi kurang baik, lantaran Reagan menyatakan strategi pertahanan militer AS yang disebut "Star Wars".

Kemudian, pertemuan ketiga antara Reagan dan Gorbachev dilaksanakan di Washington DC pada 1987. Hasil pertemuan ini adalah kesepakatan yang lebih detail terkait pengendalian senjata militer antara AS dan Uni Soviet.

Sejarah lain mencatat pada 19 November 1493 dalam perjalanan keduanya ke Dunia Baru, Christopher Columbus menjejakkan kali di sebuah pulau yang dihuni sekitar 50.000 orang suku Indian Taino atau Arawak.

Kemudian pada 19 November 1977, Presiden Mesir Anwar Sadat menjadi pemimpin Arab pertama yang mengunjungi Israel secara resmi saat ia bertemu dengan Perdana Menteri Israel Menachem Begin dan berbicara di depan parlemen Israel, Knesset di Yerusalem untuk mencari penyelesaian perdamaian yang permanen.

 

Simak video pilihan berikut:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya