Liputan6.com, Singapura - Seorang pria di Singapura, Ng Jian Ye Eugene (32), didenda 3.000 dolar Singapura (sekitar Rp36 juta) pada Senin (27/1/2025) setelah menyebabkan cedera leher permanen pada rekan kerjanya. Insiden tersebut terjadi saat Ng memijat leher korban yang sedang menerima panggilan telepon di kantor.
Ng, yang merupakan mantan atlet wushu dan pelatih Muay Thai, mengaku bersalah atas tuduhan menyebabkan cedera serius yang membahayakan keselamatan orang lain.
Dikutip laman CNA, Rabu (29/1/2025), kejadian bermula pada 11 November 2022, ketika korban seorang pria berusia 31 tahun sedang berbicara dengan klien melalui headset di kantor. Ng mendekati korban dari belakang dan memutar leher korban searah dan berlawanan jarum jam menggunakan kedua tangannya.
Advertisement
Meski sebelumnya korban pernah meminta pijatan dari Ng, kali ini ia tidak bereaksi karena tengah sibuk menelepon. Ng kemudian pergi meninggalkan korban, namun setelah panggilan telepon berakhir, korban merasakan nyeri di lehernya.
Korban mengunjungi klinik pada hari yang sama dan didiagnosis mengalami sprain pada leher. Rasa sakit yang dirasakannya terus berlanjut, hingga ia akhirnya menjalani MRI pada 16 November 2022. Hasilnya menunjukkan adanya disk desiccation, yaitu penurunan kadar air pada cakram tulang belakang.
Dokter ortopedi kemudian mendiagnosis korban mengalami cervical sprain atau strain, tanpa riwayat kondisi sebelumnya. Korban pun lalu dirawat inap hingga Januari 2024.
Alami Cacat Permanen
Setelah melaporkan insiden ini ke departemen SDM perusahaannya, TDCX, korban diakui sebagai korban kecelakaan kerja. Hal ini membuatnya berhak atas kompensasi biaya pengobatan dari Kementerian Tenaga Kerja Singapura (MOM).
Namun, perusahaan menolak penilaian awal mengenai cacat permanen. Setelah evaluasi lebih lanjut oleh panel spesialis, Komite Kompensasi Kecelakaan Kerja menetapkan korban mengalami cacat permanen sebesar 15% pada September 2023.
Korban kemudian melaporkan kasus ini ke polisi pada 8 Desember 2023.
Dalam pembelaannya, pengacara Ng menyoroti bahwa klien mereka memiliki latar belakang sebagai atlet dan kerap memberikan pijatan untuk membantu teman dan rekan kerjanya. Mereka juga mengajukan surat dari seorang teman korban yang mengklaim korban terlihat "normal" sebulan setelah insiden.
Namun, Jaksa Melissa Heng menolak klaim tersebut, menyatakan bahwa surat tersebut tidak dapat dijadikan bukti kuat karena tidak ditandatangani dan tidak memiliki tanggal. Ia menegaskan bahwa laporan medis memberikan gambaran paling akurat tentang cedera korban.
Jaksa juga menekankan bahwa Ng adalah tukang pijat tanpa pelatihan resmi, dan kantor bukanlah tempat yang sesuai untuk praktik pijat.
Advertisement