Liputan6.com, Jakarta Saya sampaikan satu contoh lagi, dimana 1 kasus Ebola secara jelas menular pada 24 suspek dan menimbulkan 13 kematian, dalam 20 hari saja.
Di desa Ikanamongo di Kongo, seorang wanita hamil kontak dengan binatang mati (yang diberikan oleh suaminya), dan meninggal 11‎ Agustus 2014 dengan "unidenrified hemorhagic fever", demam dan perdarahan yang tidak diketahui sebabnya. Karena awalnya tidak diketahui sebagai Ebola maka pasien ditangani di klinik setempat sebagaimana pasien biasa, dan dimakamkan dengan upacara pemakaman biasa.
Ternyata, antara 28 Juli sampai 18 Agustus ditemukan 24 kasus suspek Ebola yang semuanya pernah kontak dengan Ibu hamil yang meninggal dengan Ebola di atas. Dari 24 suspek, 13 meninggal. Dari yang tertular dan meninggal dan kontak dengan ibu hamil terinfeksi ebola ini termasuk :
- 1 dokter dan 2 perawat‎ yang menangani Ibu hamil itu (waktu ditangani belum diketahui bahwa dia Ebola)
- 2 petugas kebersihan / penjagaa klinik tempat Ibu hamil itu berobat
- Orang-orang yang kontak dengan staf klinik, tanpa kontak langsung dengan pasien. Artinya, Ibu hamil ini menulari petugas klinik, lalu petugas klinik menulari lagi orang-orang lain yang kontak dengan mereka
- orang-orang yang menangani jenazah Ibu hamil ini ketika pemakamannya‎.
WHO masih menunggu konfirmasi laboratorium rujukan untuk kasus ini. Kejadian ini akan merupakan wabah Ebola ke-6 di negara yang dulu namanya Zaire dan sekarang namanya Democratic Republic of Congo.
Tentu kita semua perlu terus waspada tentang penyabaran Ebola ini. Khususnya, karena hari ini WHO melaporkan kasus baru Ebola di Senegal, setelah sebelumnya beberapa hari yang lalu Congo juga melaporkan kasus Ebola di negaranya, sehingga dari awalnya 3 negara maka kini sudah menjadi 6 negara di Afrika.
Advertisement
Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), DTM&H, MARS, DTCE
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI