Liputan6.com, Jakarta Pernah merasa kembung dan tidak nyaman saat di pesawat? Anda tidak sendiri. Profesor klinis di University of Copenhagen, Jacob Rosenberg MD, DMSc mengatakan tekanan udara memengaruhi saluran pencernaan sehinga membuat seseorang cenderung ingin kentut karena kembung.
"Pada dasarnya, kentut atau dalam istilah medis flatulence terjadi ketika makanan gagal diserap oleh usus, dan difermentasi oleh bakteri sehingga menghasilkan nitrogen, karbon dioksida, dan hidrogen. Inilah yang menyebabkan kentut memiliki bau tak sedap," kata Jacob seperti diberitakan BBC, Selasa (23/12/2014).
Kaitannya dengan di pesawat, lanjut Jacob, tekanan udara yang semakin berkurang membuat seseorang cenderung ingin kentut lebih sering di pesawat.
Baca Juga
"Dibanding pekerja kantoran, sekitar 60 persen pilot dilaporkan sering kembung dan ingin buang angin. Lantas apakah harus ditahan? Jangan. Jika Anda masih muda dan sehat itu tidak masalah, tetapi untuk orang tua yang lemah, mungkin akan membebankan fungsi jantung," kata Jacob.
Advertisement
Rosenberg juga mengaku pernah menanyai insinyur pesawat di Kopenhagen, dan ia menemukan bahwa banyak perusahaan penerbangan yang sudah menggunakan filter arang di AC untuk menyerap berbagai bau tidak enak. Dia menyarankan, agar kentut tidak bau, pastikan mengonsumsi makanan rendah serat, tetapi tinggi karbohidrat sehingga bisa menenangkan pencernaan.
Tahun lalu, sebuah studi baru mengungkapkan bahaya menahan kentut selama penerbangan. Menurut peneliti, hal ini bisa berisiko menyebabkan kembung, gangguan pencernaan dan mulas.
"Ketinggian perubahan tekanan udara menyebabkan lebih banyak gas di perut. Bagi sejumlah orang, menahan kentut dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan bahkan rasa sakit seperti kembung, dispepsia (gangguan pencernaan), pyrosis (heartburn)," ujar peneliti.
Yang menarik, penelitian ini juga mengklaim bahwa kentut perempuan lebih buruk daripada laki-laki.