Miris, Ibu Guru Ini Selalu bawa Anaknya yang Sakit Saat mengajar

Ibu guru Zhang Wei malah membawa anaknya, Tutu ke sekolah.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 13 Mei 2015, 18:29 WIB
Diterbitkan 13 Mei 2015, 18:29 WIB
Miris, Ibu Guru Ini Selalu bawa Anaknya yang Sakit Saat mengajar
Ibu guru Zhang Wei malah membawa anaknya, Tutu ke sekolah.

Liputan6.com, Jakarta Di saat guru lain membawa buku dan kapur papan tulis untuk mengajar anak muridnya. Ibu guru Zhang Wei (32) malah membawa buah hatinya, Tutu, ke sekolah.

Bukan tanpa alasan, Tutu mengidap kanker darah atau leukemia akut limfositik (LLA) sehingga dia tidak bisa ditinggal di rumah. Sang ayah yang juga bekerja sebagai guru, kini pun hanya bisa terkulai lemas di rumah sejak operasi kanker saluran empedu tahun lalu yang menghabiskan uang hingga 200.000 yuan atau sekitar Rp 425 juta.

Untuk menutupi kebutuhan hidupnya, Wei menuturkan, dia selalu bangun pukul 06.00 pagi dan mempersiapkan keperluan Tutu. Sambil memboncengi Tutu menggunakan sepeda lama, Wei pun berangkat ke sekolah.

Sampai di sekolah, Tutu biasanya duduk di kursi depan kelas. Namun bila Tutu rewel dan menangis, dia akan digendong ibunya selama jam pelajaran.

Dailymail, Rabu (13/5/2015) melaporkan, Wei merasa curiga anaknya sakit pada Juni tahun lalu. Saat itu, anaknya mengalami demam tinggi dan kakinya tiba-tiba lemah sehingga tidak bisa berdiri.

"Dokter mengatakan, Tutu menderita kanker ganas dan tanpa operasi dia akan sulit untuk bertahan hidup sampai Agustus mendatang," katanya.

Sayangnya, dokter memperkirakan biaya operasi yang harus dikeluarkan sekitar 700.000 Yuan atau Rp 1, 4 Miliar. Tentu bukan jumlah yang kecil bagi seorang guru Kimia di Cina.

"Saya telah menjual rumah, semua barang-barang elektronik keluarga untuk melunasi hutang. Saya juga banyak mendapat sumbangan dari guru dan siswa lain di sekolah. Namun jumlah uang kami masih belum mencukupi," tuturnya.

"Kalau saya yang mengalaminya, mungkin saya sudah menyerah lama. Tapi saya tidak akan menyerah untuk anak saya," katanya. Satu hal keinginan dalam hidup saya, menyelamatkan nyawa anak saya," ujarnya.

Satu harapan Wei masih bertahan hingga kini,  bisa mendapatkan uang agar dia bisa menyumbangkan sumsum tulangnya sendiri untuk menyelamatkan Tutu. Itu saja.

"Kebanyakan orang tua, mungkin tidak sanggup menjalani ini. Tapi saya harus menjadi guru di sekolah menengah ini. Saya ingin anak saya sembuh dan mengumpulkan uang untuk menutupi tagihan medis Tutu," tandasnya.


POPULER

Berita Terkini Selengkapnya