Yang Bisa Dipelajari Ortu dari Masa Lalunya dalam Mengasuh Anak

Umumnya tidak ada persiapan khusus ketika menjadi orangtua.

oleh Liputan6 diperbarui 07 Sep 2015, 06:30 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2015, 06:30 WIB
[Foto] Potret Mengajar Para Peserta Sarjana Mendidik di Daerah
Para peserta SM3T mengajar anak-anak di daerah dengan penuh kasih sayang dan pengertian

Liputan6.com, Jakarta Umumnya tidak ada persiapan khusus ketika menjadi orangtua. Mereka yang menikah kemudian memiliki anak juga terserap banyak energinya untuk hal-hal lain yang juga dianggap penting. Misalnya karir dan pemenuhan kebutuhan hidup sesudah menikah. Pada pasangan yang memiliki perhatian khusus dalam pengasuhan, banyak yang kemudian mulai intensif mempelajari pengasuhan bersamaan dengan membesarkan anak-anak mereka. Oleh karenanya, membesarkan anak yang lahir pertama seringkali menjadi pengalaman baru yang mendebarkan bagi banyak orangtua.

Untuk mendukung keberhasilan pengasuhan anak-anaknya, orangtua dapat menghimpun informasi dari berbagai sumber. Sumber yang sekarang ini populer adalah media cetak, elektronik, dan internet. Dari media-media tersebut, orangtua dapat menemukan berbagai informasi teoritis dan praktis mengenai bagaimana mengasuh anak-anak mereka secara lebih baik. Selain sumber-sumber yang terbilang modern tersebut, orangtua sebenarnya juga bisa belajar dari pengalamannya sendiri di masa lampau dalam mengasuh anak-anaknya. Tentu saja pengalaman masa lampau memuat hal yang positif maupun negatif.

Orangtua dapat memilah dan mengambil hal-hal yang positif untuk diterapkan dalam pengasuhan anak-anak mereka saat ini. Beberapa hal positif dari pengalaman masa lalu yang dapat diterapkan oleh orangtua dalam mengasuh anak-anaknya sekarang anatara lain adalah:

1. Menjadi mandiri

1. Menjadi mandiri

Berbagai kemajuan teknologi dan meningkatnya tingkat pendapatan mengubah cara hidup masyarakat kita saat ini. Berbeda dengan generasi di masa lalu, generasi saat ini disuguhi berbagai kemudahan dan fasilitas yang sangat mendukung dan mempermudah proses kehidupannya. Meskipun tampak positif, kondisi semacam ini sebenarnya berpotensi memangkas kemampuan generasi saat ini untuk tumbuh menjadi individu-individu mandiri. Modernisasi dan peningkatan taraf ekonomi membuat banyak orang termasuk anak-anak menggantungkan dirinya pada berbagai hal di luar diri mereka.

Ketergantungan ini menimbulkan dampak negatif yakni ketidakmampuan menjalani kehidupan sehari-hari tanpa kehadiran dan bantuan berbagai fasilitas di luar diri mereka. Kemandirian dalam hidup merupakan kemampuan yang sangat penting dalam hidup seseorang. Dengan kemandirian yang dimilikinya, individu akan mampu bertahan terhadap berbagai tantangan dan kesulitan dalam kehidupannya. Sebaliknya tanpa adanya kemandirian, individu berpotensi akan mengalami frustasi karena seringkali dia tidak dapat menggantungkan diri pada sesuatu di luar dirinya secara terus menerus.

Di masa lalu, orangtua belajar kemandirian kadangkala karena dipaksa situasi. Tanpa adanya fasilitas yang memadai, mereka berusaha bertahan dan melanjutkan hidupnya tanpa menggantungkan diri dengan sesuatu dari luar. Karena paksaan situasi inilah, mereka kemudian memiliki kemampuan untuk hidup secara mandiri. Pada generasi saat ini, ketika hidup menjadi lebih mudah dengan tersedianya berbagai fasilitas, seringkali tidak ditemukan situasi yang dapat memaksa seseorang untuk belajar menjadi mandiri. Hadirnya berbagai fasilitas tersebut justru membuat individu dengan begitu mudahnya menggantungkan hidupnya pada hal-hal di laur dirinya.

Belajar dari situasi ini, orangtua perlu menyediakan sarana pada anak-anaknya agar tumbuh menjadi pribadi yang mandiri. Caranya antara lain bisa mengurangi berbagai fasilitas dan kemudahan yang sebenarnya justru menghambat pertumbuhan kemandirian anak. Anak perlu didorong untuk menjalani kehidupan dan menyelesaikan berbagai masalah dalam hidupnya dengan mengandalkan dirinya sendiri. Orangtua juga tidak perlu terlalu sering hadir dan ikut campur tangan menyelesaikan masalah anak sehingga anak memiliki kemandirian untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

2. Menghargai proses

2. Menghargai proses

Salah satu wabah yang sangat sulit ditangani pada zaman ini adalah pemujaan terhadap segala hal yang bersifat instan. Yang lebih cepat menampakkan hasil dianggap selalu lebih baik. Padahal memperpendek, memotong, dan menghilangkan sebuah proses seringkali akan menimbulkan konsekuensi negatif. Banyaknya pengabaian proses tidak lepas dari menggejalanya konsumerisme saat ini. Berbagai tawaran dengan jenis dan jumlah yang semakin banyak mendorong orang untuk menjadi rakus dan ingin mengambil sebanyak-banyaknya. Hal ini akan menimbulkan dampak-dampak negatif.

Pertama, semakin rendahnya penghargaan individu terhadap berbagai hal yang diperolehnya karena jumlahnya yang semakin banyak. Kedua, semakin tidak dihargainya proses memperoleh hal-hal tersebut karena proses dalam mendapatkannya relatif mudah. Berjuang lewat proses yang panjang untuk mendapatkan suatu hasil merupakan hal yang layak dilakukan. Selain akan mendapatkan hasil yang berkualitas, perjuangan yang dilakukan juga akan mendorong terbentuknya konsep diri yang positif. Di masa lalu, potensi para orangtua memperoleh manfaat tersebut tampaknya lebih besar. Hal ini karena relatif tidak adanya jalan pintas.

Banyak hal harus dicapai lewat perjuangan setapak demi setapak yang panjang dan sulit. Akibatnya, hasil yang diraih pun selain umumnya memiliki kualitas juga membanggakan. Sayangnya, hal-hal positif karena berjuang dalam suatu proses tersebut terancam dengan adanya pemujaan terhadap segala hal yang bersifat instan. Munculnya fenomena menyontek, ijasah palsu dan joki dalam berbagai tes menjadi hal yang umum terjadi

3. Memiliki kemampuan sosial

3. Memiliki kemampuan sosial

Cara kita berelasi dan membangun komunikasi saat ini memiliki banyak perbedaan dengan yang dilakukan orang di masa lalu. Di masa lalu, cara berelasi dan berkomunikasi antar pribadi umumnya dilakukan lewat perjumpaan secara langsung, pribadi dengan pribadi. Sementara itu, di masa kini, cara berelasi dan berkomunikasi mengalami banyak perubahan dengan hadirnya berbagai alat dan media komunikasi semakin canggih. Hadirnya berbagai alat dan media yang modern ini ternyata mengurangi banyak kesempatan perjumpaan secara langsung pada banyak orang saat mereka berelasi dan berkomunikasi. Relasi dan komunikasi langsung tentu berbeda dibanding jika dilakukan secara tidak langsung.

Relasi dan komunikasi langsung membutuhkan dan pada akhirnya mengembangkan berbagai kemampuan sosial individu. Lewat relasi dan komunikasi langsung, seseorang dituntut untuk menunjukkan dirinya secara lebih apa adanya. Sementara itu, relasi dan komunikasi secara tidak langsung dengan bantuan alat secanggih apa pun akan mengurangi pengembangan kemampuan sosial yang dimiliki individu. Relasi adn komunikasi dengan alat memungkinkan orang untuk menyembunyikan dirinya di depan partner komunikasinya. Oleh karenanya, tidak mengherankan saat banyak msalah yang ditemukan dalam relasi dan komunikasi pada generasi saat ini karena banyaknya kesempatan melakukannya namun secara tidak langsung.

Y. Heri Widodo, M.Psi., Psikolog

Dosen Universitas Sanata Dharma dan Pemilik Taman Penitipan Anak Kerang Mutiara

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya