Liputan6.com, London - "Kita akan berjalan sepanjang hari dan tidak pulang hingga langit gelap," begitu kalimat terakhir Meiska Mamajeski dengan suaminya, Tony. Dia masih ingat, hari itu adalah kali terakhir dapat melihat seluruh isi dunia.
Setidaknya sebelum 24 November 2011. Ketika itu Meiska pergi ke sebuah klinik du London untuk perawatan kecantikan-menyuntikkan dermal filler ke bagian pelipis mata. Alih-alih ingin menghilangkan keriput, filler justru merambah ke bola matanya.
Baca Juga
Beberapa jam kemudian, dia menggeliat kesakitan di bangsal rumah sakit St Mary, Paddington dengan tangan mencengkeram pelipisnya. Pengobatan yang salah, membuat wanita 53 tahun ini mengalami kebutaan di mata kirinya dan mengubah hidupnya selamanya.
Advertisement
Meiska memang bukan untuk pertama kalinya melakukan perawatan kecantikan. Saat usianya 30 tahun, dia mulai merasa benci penuaan. Rasa percaya diri yang menempel di saat usianya 20 tahunan hilang, dan dia mulai mencari cara menghilangkan kerutan.
Melalui media online, wanita yang bekerja di perusahaan ritel ini menemukan dokter terkemuka dan menyarankan penggunaan dermal filler yang isinya gabungan dari kolagen dan asam sam hyaluronic (nutrisi anti-penuaan).
Benar saja, sejak 1998, wajah Meiska masih tetap kencang. Dia pun rutin melakukan perawatan tersebut dua kali setahun. Hingga pada 2011, dokter mengatakan ada perawatan baru.
"Hasilnya sangat memuaskan, kulit menjadi lembut, kencang dan semua kerutan hilang. Saya sangat senang waktu itu dan tidak sabar untuk kembali," ungkapnya.
Dua bulan kemudian, dia kembali ke klinik. Dokter menyuntikkan bahan kimia ke dalam kulit di sekitar mata kanan. Semuanya baik-baik saja, sampai dia pindah ke mata kiri.
"Ada bola kuning di mata kiri saya, saya kesakitan..dan saya meminta dokter untuk berhenti. Saya berkeringar dan menggapai kursi, kemudian cahaya memudar dan semuanya gelap," kenang Meiska.
Panik, Meiska meminta penjelasan dokter. Dia diberitahu kalau itu adalah reaksi kimia yang menyebabkan kebutaan. Tak percaya, dia pun pergi ke Rumah Sakit St Mary di London Barat.
Di sana, dia diberitahu untuk segera mengambil tindakan karena bahan kimia tersebut bisa masuk ke otak dan dapat menyebabkan stroke dan membuat jiwanya melayang.
Saat ia mulai menyesuaikan diri dengan kehidupan dengan satu mata, Meiska dekat dengan seorang dokter konsultan, Dr Jane Olver, yang ingin mempelajari kasusnya. Butuh enam bulan untuk menyelidikinya. Dan Dr Olver menyimpulkan, dokter kosmetik telah lalai. Tapi setelah mengurus kasusnya, wanita ini justru merasa banyak bersyukur saat ini
"Saya mungkin kurang beruntung. Saat beranjak tua, saya tidak bisa membayangkan bila saya kehilangan dua mata ini. Selagi saya bisa melihat, semua harus disyukuri," katanya, seperti dikutip Dailymail, Kamis (10/9/2015).
Â