Anak Takut Bertemu Santa Claus, Kenapa?

Sayangnya tak semua anak senang bertemu Santa Claus.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 28 Des 2016, 17:00 WIB
Diterbitkan 28 Des 2016, 17:00 WIB
20161215-Mengisi Liburan ke Desa Sinterklas di Finlandia-Lingkar Arktik
Santa Claus di atas kereta hadiahnya untuk mempersiapkan perayaan Natal di Lingkar Arktik, dekat Rovaniemi, Finlandia, 15 Desember 2016. Setiap tahunnya, desa yang mendapat julukan Desa Sinterklas ini ramai oleh wisatawan. (REUTERS/Pawel Kopczynski)

Liputan6.com, Jakarta Salah satu momen yang ditunggu anak-anak yang merayakan Natal adalah bertemu Santa Claus atau Sinterklas. Sosok kakek ramah berbaju merah dan jenggot tebal itu identik dengan hadiah Natal yang akan diterima anak-anak.

Begitu populernya sosok Santa Claus sampai-sampai beberapa pusat perbelanjaan memberi sudut khusus untuk anak-anak "bertemu" hingga berfoto bersama dengannya.

Tapi sayangnya tak semua anak senang bertemu Santa Claus. Tak sedikit di antara mereka yang justru panik dan ketakutan. Apalagi harus duduk di pangkuan Santa dan berfoto bersama.

Beberapa orangtua mungkin bertanya-tanya, adakah yang salah dengan anak mereka? Dr Jennifer Snyder, dokter anak di Memorial Physician Services-Koke Mill, yang juga ibu dua anak, berbagi pemahaman mengapa ada sebagian anak yang cemas bertemu Santa Claus.

"Ingatlah, ketakutan anak bertemu Santa bisa jadi karena beberapa alasan, janggutnya, pakaiannya, suara, serta ukuran (tubuh)-nya," ujar Snyder, dikutip laman Herald-review, Rabu (28/12/2016).

"Ketakutan pada Santa normal bagi anak usia 1 hingga 6 tahun. Jadi tak perlu khawatir dengan perkembangan anak Anda," lanjutnya.

Mengutip Daily Mail, para ahli juga menanggapi hal itu sebagai sesuatu yang wajar bahkan merupakan pertanda baik. Menerut mereka, anak kecil yang takut bertemu Santa Claus mengembangkan pertanda positif akan tingkat waspada terhadap bahaya akan orang asing.

"Memiliki ketakutan alami akan Bapak Natal atau Santa, merupakan pertanda baik bagi anak Anda," ujar Mandy Seyfang dari Department of Education and Childhood Development Australia Selatan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya