Makan Daging Marmot Mentah, Suami Istri di Mongolia Meninggal Dunia

Pasutri ini mengalami penyakit dan meninggal dunia, karena percaya daging mentah marmot baik untuk kesehatan

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 09 Mei 2019, 19:00 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2019, 19:00 WIB
Hewan marmot yang meramal cuaca di Amerika. (AP)
Hewan marmot yang meramal cuaca di Amerika. (AP)

Liputan6.com, Jakarta Pasangan suami istri (pasutri) di Mongolia meninggal setelah mengonsumsi daging marmot mentah. Mereka percaya, mengonsumsi makanan semacam itu adalah obat tradisional.

Dilansir dari Live Science pada Kamis (9/5/2019), keduanya meninggal setelah memakan daging, ginjal, kantung empedu, dan organ perut hewan pengerat tersebut. Meski dipercaya baik untuk kesehatan, kenyataannya, keduanya mengalami demam dan muntah darah. Keduanya meninggal pada 1 Mei lalu.

Washington Post melaporkan, pasangan itu didiagnosis dengan penyakit septikemia yang disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis. Hewan pengerat seperti tikus dan marmot, berpotensi menyebarkan masalah tersebut.

Mengutip Science Alert, Ariuntuya Orchirpurev dari World Health Organization (WHO) di Ulaanbaatar, Mongolia mengatakan bahwa hal itu membuat kota Tsagaannuur, tempat pasangan itu bermukim, dikarantina sementara. Dia mengakui, beberapa masyarakat punya kebiasaan mengonsumsi hewan pengerat.

"Mereka pecaya itu baik untuk kesehatan," katanya.

 

Simak juga Video Menarik Berikut Ini:

Meninggal dengan Cepat

Meninggal Dunia Berduka Cita
Ilustrasi Foto R.I.P atau Beristirahat dengan Damai. (iStockphoto)

Orchirpurev mengatakan bahwa keduanya meninggal akibat banyak organ yang rusak karena penyakit septikemia. Centers for Disease Control and Prevention menyatakan, wabah septikemia menyebabkan demam, kedinginan, kelemahan ekstrem, sakit perut, syok, dan kemungkinan pendarahan ke kulit serta organ lain.

Dalam waktu kurang dari seminggu, sang suami (38) meninggal dunia. Sang istri (37) sempat dirawat di unit perawatan intesif dan mengalami muntah darah. Dia menyusul pasangannya pada 1 Mei. Keduanya meninggalkan empat anak yang berusia dari 9 bulan sampai 14 tahun.

William L. Gosnell dari University of Hawaii mengatakan bahwa bakteri semacam hidup di alam bebas dalam populasi hewan pengerat seperti tikus. Dia mengatakan, wabah tersebut sering ditularkan ke manusia lewat kutu yang terinfeksi setelah menggigit hewan yang mengandung bakteri.

 

Daging Mentah Lebih Berbahaya

Peraturan aneh tapi nyata (4)
Ilustrasi sepasang marmot. (Sumber Pixabay)

Gosnell mengatakan bahwa belum pernah mendengar ada seseorang terkena wabah yang disebut 'maut hitam' itu karena memakan daging marmot mentah. Namun menurutnya, itu tidaklah mengejutkan.

"Setiap kali Anda makan sesuatu yang mentah, selalu ada kesemaptan untuk menerima semua jenis patogen yang berbeda," katanya. Selain itu, proses konsumsi tanpa dimasak membuat pasangan tersebut lebih berisiko.

"Jika Anda memiliki beberapa infeksi bakteri patogen ini, mereka cenderung terkonsentrasi di limpa, hati, dan ginjal. Seringkali, virus ditemukan dalam darah, di situlah mereka terjebak."

Adapun, karantina wilayah tersebut sudah dicabut pada 6 Mei. Hal ini dikarenakan tidak ditemukannya kasus lain yang dilaporkan ke petugas setempat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya