Hasil Uji Klinis Fase 3 di Turki: Efikasi Vaksin COVID-19 Sinovac 83,5 Persen

Peneliti Turki juga melaporkan bahwa vaksin COVID-19 Sinovac 100 persen mencegah kasus rawat inap

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 05 Mar 2021, 12:42 WIB
Diterbitkan 04 Mar 2021, 15:00 WIB
Ketua IDI Terpilih Vaksinasi COVID-19 Bersama Nakes RSUD Cengkareng
Vaksin CoronaVac dari SinoVac . (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Turki mengumumkan bahwa berdasarkan hasil uji klinis fase ketiga, vaksin COVID-19 yang dikembangkan perusahaan China, Sinovac, memiliki efikasi sebesar 83,5 persen.

Serhat Unal, dari Department of Infectious Diseases and Clinical Microbiology Hacettepe University di Ankara, hasil tersebut didasarkan pada 10.216 peserta uji klinis vaksin COVID-19 Sinovac berusia 18 sampai 59 tahun.

Unal, yang juga anggota Dewan Penasehat Ilmiah untuk Virus Corona di Turki mengatakan, sebanyak 3.568 di antara peserta tersebut menerima plasebo, dalam uji klinis yang dimulai pada September 2020 tersebut.

Dikutip dari Xinhua pada Kamis (4/3/2021), dalam konferensi pers pada Rabu waktu setempat, Murat Akova dari universitas yang sama mengatakan, 32 relawan dari kelompok plasebo dan 9 dari kelompok vaksin, terinfeksi 14 hari setelah menerima dosis kedua.

"Bila melihat rasio ini, vaksin mencegah penyakit bergejala sebesar 83,5 persen," kata Akova.

Dia menambahkan, vaksin virus corona yang juga digunakan di Indonesia itu, 100 persen mencegah kasus rawat inap. Selain itu, tidak ada kematian yang dilaporkan selama masa percobaan.

 

*Artikel ini telah mengalami revisi judul dan sebagian kecil isi pada Jumat, 5 Maret 2021, pukul 12.42 WIB.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini


Efek Samping yang Dilaporkan

Pabrik Vaksin COVID-19 Sinovac di Beijing
Vaksin SARS CoV-2 untuk COVID-19 ditampilkan selama tur pabrik vaksin SinoVac di Beijing, Kamis (24/9/2020). Perusahaan farmasi China, Sinovac mengatakan vaksin virus corona yang dikembangkannya akan siap didistribusikan ke seluruh dunia, termasuk AS, pada awal 2021. (AP Photo/Ng Han Guan)

Mengutip Anadolu Agency, peneliti juga mengungkapkan bahwa efek samping yang paling umum terjadi adalah kelelahan (9,8 persen), sakit kepala (7,6 persen), nyeri otot (3,8 persen), demam (2,5 persen), menggigil (2,4 persen), dan nyeri di tempat penyuntikan (1,6 persen).

Pihak universitas menyebut, 57,8 sukarelawan berjenis kelamin laki-laki dan 42,24 persen adalah perempuan.

Dikutip dari Bloomberg, angka tersebut memang lebih rendah daripada data sementara uji vaksin COVID-19 Sinovac yang diumumkan Turki sebelumnya.

Kementerian Kesehatan setempat pada Desember tahun lalu melaporkan, temuan awal menunjukkan bahwa vaksin bernama CoronaVac itu memiliki efikasi sebesar 91,25 persen.

Di Brasil, efikasi CoronaVac dilaporkan sebesar 50,38 persen. Sementara di Indonesia, efikasi vaksin tersebut mencapai 65,3 persen.

Turki sendiri telah memulai vaksinasi COVID-19 massal pada 14 Januari 2021. Tenaga kesehatan menjadi penerima pertama, selain pejabat tinggi yang bertujuan meningkatkan kepercayaan publik.

Menurut Kemenkes Turki, sebanyak 9,36 juta dosis vaksin COVID-19 telah diberikan di seluruh negara itu sejauh ini. Lebih dari 7,26 juta orang telah menerima suntikan pertama, sementara lebih dari 2,1 juta telah menerima dosis kedua.


Infografis Vaksin Sinovac Boleh Digunakan dan Halal

Infografis Vaksin Sinovac Boleh Digunakan dan Halal. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Vaksin Sinovac Boleh Digunakan dan Halal. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya