Apa Itu Varian Delta, Varian Virus Corona dari India yang Lebih Cepat Menular?

Varian Delta dahulu disebut dengan Virus Corona varian India atau B.1617.2

oleh Aditya Eka PrawiraGiovani Dio Prasasti diperbarui 15 Jun 2021, 09:04 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2021, 11:56 WIB
Ilustrasi gambar SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Corona COVID-19, diisolasi dari seorang pasien di AS. Diperoleh 27 Februari 2020 milik National Institutes of Health yang diambil dengan mikroskop elektron transmisi.(AFP/National Institutes Of Health)
Ilustrasi gambar SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Corona COVID-19, diisolasi dari seorang pasien di AS. Diperoleh 27 Februari 2020 milik National Institutes of Health yang diambil dengan mikroskop elektron transmisi.(AFP/National Institutes Of Health)

Liputan6.com, Jakarta - Virus Corona varian Delta tengah menghantui masyarakat Indonesia karena varian virus COVID-19 asal India ini sudah ada di Kudus, Jawa Tengah, dan menular lebih cepat. Apa itu varian Delta?

Sebelumnya warga dunia mengenal varian Delta dengan sebutan virus Corona varian B.1617.2 atau varian India. Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak akhir Mei 2021 mencoret pemakaian nama tersebut.

Di penghujung bulan ke-5 tahun 2021, WHO resmi memberikan penamaan dengan huruf alfabet Yunani untuk empat varian virus Corona penyebab COVID-19 yang dinilai paling mendapatkan perhatian dunia, yaitu:

1. Varian B.117 = varian yang pertama kali diidentifikasi di Inggris disebut sebagai Alpha.

2. Varian B.135 = Pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan, dan disebut sebagai Beta.

3. Varian P.1 = Asal Brasil yang kemudian disebut dengan Gamma.

4. Varian B.1617 = Varian dari India dibagi menjadi dua sub-turunan, B.1617.2 disebut varian Delta dan B.1617.1 disebut Kappa.

Pakar Bakteriologi yang terlibat dalam diskusi WHO, Mark Pallen, seperti dikutip dari situs berita The Guardian, mengatakan, semula para pakar akan menggunakan nama lain, misalnya menggunakan nama-nama dewa Yunani. 

Namun, setelah beberapa bulan pertimbangan, akhirnya WHO menyetujui penggunaan nama Yunani seperti Alpha, Beta, Kappa, dan varian Delta karena nama-nama ilmiah sulit untuk diucapkan, diingat, serta rentan terhadap kesalahan pelaporan.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Video Berikut Ini

Terkait Perubahan Nama Menjadi Varian Delta

Pekerja di India Jalani Vaksinasi Corona Dalam Bus Penumpang
Petugas kesehatan bersiap menyuntik pekerja dengan vaksin Covid-19 Covishield di dalam bus penumpang yang diubah menjadi pusat vaksinasi keliling di Kolkata, Kamis (3/6/2021). India telah menderita pandemi yang menghancurkan sejak April, dan baru-baru ini mulai mereda. (Dibyangshu SARKAR/AFP)

Terkait perubahan dalam penyebutan nama varian Virus Corona, Kepala Teknis COVID-19 untuk WHO, Van Kerkhove, mengatakan, WHO tidak akan menggantikan nama ilmiah yang menggunakan huruf dan titik.

Alpha, Beta, Kappa, Gamma, dan varian Delta hanya untuk membantu dalam diskusi publik.

Menurut Van Kerkhove, menyebut nama varian virus Corona menggunakan nama negara rentan terhadap kesalahan dalam pelaporan dan dikhawatirkan akan menimbulkan stigmatisasi dan diskriminatif.

"Untuk menghindari hal ini dan menyederhanakan komunikasi publik, WHO mendorong otoritas nasional, media, dan lainnya untuk mengadopsi label baru ini," katanya.

Terlebih setelah Pemerintah India meminta media sosial menghapus konten yang merujuk pada 'varian India'.

 

Varian Delta Teridentifikasi di Banyak Negara

WHO pada Kamis, 3 Juni 2021, menyebut bahwa varian Delta telah teridentifikasi di 62 negara per 1 Juni 2021.

Warga dunia pun diminta untuk waspada dan tidak mengendurkan protokol kesehatan lantaran varian Delta adalah Virus Corona yang menjadi variant of concern (VOC) dari WHO atau berbahaya dengan tingkat penularan yang lebih cepat.

"Kami tahu bahwa varian Delta tidak mengalami peningkatan tranmisis, yang berarti dapat menyebar lebih mudah antar manusia," kata Van Kerkhove dikutip dari situs Business Today.

Selain itu, Profesor Kedokteran di Rutgers New Jersey Medical School dan Profesor Biostatistik dan Epidemiologi di Rutgers School of Publik Health, Stanley Weiss MD, mengatakan, varian virus Corona seperti varian Delta dapat dengan cepat mengambil alih dan menjadi strain utama yang beredar di satu wilayah.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa varian Virus Corona India tersebut memiliki keunggulan dalam hal bertahan hidup.

"Di tempat-tempat seperti India, di mana kita telah melihat begitu banyak orang terinfeksi, terbukti bahwa varian Delta dapat menyebar dengan cepat," ujarnya dikutip dari situs Health.

Varian Delta Lebih Cepat Menular

Guru Besar sekaligus Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Profesor Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH menyebut bahwa virus Corona varian Delta memiliki kemampuan menular yang sangat cepat.

"Barusan lihat di website Gisaid untuk update kasus mutasi ternyata dalam 4 minggu terakhir terjadi peningkatan 51,4 persen dari varian Delta India di Indonesia," kata Ari dalam sebuah pernyataan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Senin, 14 Mei 2021.

Ari juga menyebut bahwa varian Delta dapat menimbulkan gejala yang lebih parah. Yang dapat meningkatkan risiko terjadinya hilang pendengaran, nyeri ulu hati, dan mual.

Pasien yang tertular virus Corona varian Delta pun harus dirawat di rumah sakit dan memerlukan suplementasi oksigen.

Tidak hanya itu, varian Delta India juga bisa menimbulkan berbagai komplikasi.

"Kemampuan varian Delta ini menginfeksi lebih mudah dan cepat. Jika kita berada dalam satu ruangan dengan orang dengan varian Delta ini, dan orang tersebut bersin atau berbicara, virus akan lebih cepat berpindah," katanya.

Ari lalu mengingatkan agar tidak mengendurkan protokol kesehatan COVID-19.

"Semoga kita terhindar dari varian Delta yang berbahaya ini," ujarnya.

 

Varian Delta Pengaruhi Efektivitas Vaksin COVID-19

Mantan Direktur WHO Asia Tenggara dan Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, Public Health England (PHE) melaporkan bahwa varian Delta ternyata 60 persen lebih mudah menular daripada varian Alfa.

"Waktu penggandaannya (doubling time) berkisar antara 4,5 sampai 11,5 hari. Akan baik kalau juga ada data tentang berapa besar (doubling time) dari varian Delta yang kini ada di negara kita, termasuk tentunya laporan terakhir dari Kudus ini," kata Prof Tjandra dalam tulisannya bertajuk "Varian Delta di Kudus dan di Inggris".

Laporan 11 Juni 2021 dari Inggris ini juga menunjukkan bahwa varian Delta berpengaruh menurunkan efektifitas vaksin COVID-19 dibandingkan varian Alfa. Pada mereka yang baru dapat vaksin satu kali, terjadi penurunan efektifitas perlindungan terhadap gejala sebesar 15 persen sampai 20 persen.

"Tentu saja efektifitas akan lebih membaik kalau vaksinasi sudah dilakukan dua kali, tetapi dilaporkan juga bahwa walaupun sudah dua kali maka tetap ada penurunan efektifitas akibat varian Delta dibandingkan dengan varian Alfa," jelasnya.

"Indonesia perlu pula mengamati kemungkinan dampak seperti ini, apalagi program vaksinasi COVID-19 memang sedang terus digalakkan. Hanya saja tentu kita tidak akan membandingkan varian Delta dengan varian Alfa seperti yang Inggris lakukan, karena varian Alfa bukanlan varian yang dominan di Indonesia sebelum ini," ujarnya. (Baca selengkapnya di sini)

 

Infografis 3 Varian Virus Corona Paling Menular Lolos ke Indonesia

Infografis 3 Varian Virus Corona Paling Menular Lolos ke Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 3 Varian Virus Corona Paling Menular Lolos ke Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya