Mengenal Tiotropium, Obat Inhalasi yang Bantu Kendalikan Gejala Asma dan PPOK

Apa yang dihirup pasien asma dalam alat inhaler bukanlah angin, cairan, atau serbuk biasa melainkan kandungan obat yang disebut tiotropium.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 30 Mei 2024, 08:00 WIB
Diterbitkan 30 Mei 2024, 08:00 WIB
Mengenal Tiotropium, Obat Inhalasi yang Bantu Kendalikan Gejala Asma dan PPOK
Mengenal Tiotropium, Obat Inhalasi yang Bantu Kendalikan Gejala Asma dan PPOK. Credit: unsplash.com/Laura.

Liputan6.com, Jakarta - Pasien asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) kerap menggunakan inhaler untuk meredakan gejala sesak napas yang sewaktu-waktu kambuh.

Apa yang dihirup pasien asma dalam alat inhaler bukanlah angin, cairan, atau serbuk biasa melainkan ada kandungan obat yang disebut tiotropium. Biasanya, tiotropium dimasukkan ke dalam inhaler sehingga bisa disemprotkan atau dihisap dengan mudah ke dalam mulut.

Menurut dokter spesialis paru, Susanthy Djajalaksana, penyakit obstruksi paru yang menahun bersifat progresif atau dapat memburuk dari waktu ke waktu.

“Namun, dengan pengobatan yang tepat, pengidap penyakit obstruktif menahun dapat terbebas dari gejala dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik,” kata Susanthy dalam seminar ilmiah Teknologi Inhaler dan Sistem Penghantaran Obat untuk Pengendalian Penyakit Paru bersama Actavis Indonesia, Kamis, 23 Mei 2024.

Salah satu upaya yang tepat dilakukan adalah penggunaan inhaler dengan kandungan tiotropium bromide. Ini menjadi metode medis untuk mengendalikan dan mencegah gejala yang timbul akibat asma dan penyakit PPOK.

Tiotropium mampu mengendalikan gejala, bekerja dengan cara merelaksasi dan melebarkan otot pada saluran pernapasan sehingga penderita PPOK dapat bernapas dengan lebih mudah.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Pokja Asma PPOK Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Budhi Antariksa menjelaskan, tiotropium menjadi pilihan pengobatan yang bermanfaat bagi pasien dengan kondisi pernapasan kronis.

“Telah terbukti secara klinis mampu meningkatkan fungsi paru-paru, mengurangi sesak napas, serta gangguan pernapasan akut. Pemberian obat ini mampu meningkatkan kualitas hidup pasien-pasien PPOK," ujar Budhi.

PPOK Duduki Peringkat Ketiga Sebagai Penyebab Kematian Terbanyak

PPOK
Seminar ilmiah Teknologi Inhaler dan Sistem Penghantaran Obat untuk Pengendalian Penyakit Paru bersama Actavis Indonesia, Kamis, 23 Mei 2024. Foto: Actavis Indonesia.

Dijelaskan pula bahwa PPOK adalah salah satu penyakit yang mengganggu sistem pernapasan. Di mana organ paru-paru mengalami peradangan dalam jangka waktu lama.

Kondisi peradangan ini secara klinis ditemukan di sebagian organ paru atau bisa juga seluruhnya.

Data World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa PPOK merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di seluruh dunia. Dengan angka kematian penderita PPOK mencapai 3,23 juta orang pada tahun 2019.

PPOK merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyebabnya antara lain karena tingginya pajanan faktor risiko, seperti kebiasaan merokok dan pencemaran udara di dalam maupun di luar ruangan, serta meningkatnya usia harapan hidup.

Penggunaan Tiotropium Harus Sesuai Anjuran Dokter

Mengenal Tiotropium, Obat Inhalasi yang Bantu Kendalikan Gejala Asma dan PPOK
Mengenal Tiotropium, Obat Inhalasi yang Bantu Kendalikan Gejala Asma dan PPOK. Foto: Actavis Indonesia.

Selain penyampaian materi soal PPOK, seminar ini juga mengenalkan tiotropium dengan teknologi ZONDA® inhaler dari Actavis Indonesia.

Tiotropium sudah menjadi standar utama dalam pengobatan penyakit paru obstruktif dan asma. Peran aktif tiotropium dalam membuka hambatan pernapasan melalui relaksasi otot saluran pernafasan, sehingga udara dapat masuk dan keluar paru tanpa hambatan.

Penggunaan teknologi ZONDA inhaler memastikan kadar tiotropium yang terukur dan efektif dalam mengontrol pembukaan saluran pernapasan. Penggunaan tiotropium dengan teknologi Zonda ini tetap harus di bawah pengawasan dokter atau ahli.

Bantu Minimalisasi Efek PPOK

Berdasarkan pengalaman penggunaan tiotropium pada pasien PPOK, obat ini secara teratur terbukti tidak hanya membantu pasien ketika mengalami sesak napas. Namun, dapat pula meminimalisasi efek penyakit dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, pasien dapat terus beraktivitas dan meningkatkan kualitas hidup mereka dengan risiko efek samping yang lebih rendah.

“PPOK termasuk dalam kategori penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan, tapi dengan perawatan yang tepat pasien dapat mengelola gejala dan memperlambat kemajuan penyakit,” kata Presiden Direktur PT Actavis Indonesia, Hanadi Setiarto.

“Kami juga berharap kehadiran tiotropium dengan ZONDA® inhaler dari Actavis dapat menjadi pilihan untuk pengobatan pemeliharaan PPOK di Indonesia. Penggunaan tiotropium secara rutin dapat membantu pasien ketika sedang sesak napas, juga meminimalkan efek penyakit dalam kehidupan sehari-hari,” tambahnya.

Dengan demikian, pasien dapat tetap melakukan aktivitas dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Tiotropium dengan teknologi ZONDA® inhaler bisa didapatkan usai konsultasi dengan dokter.

Infografis 5 Posisi Proning, Bantu Pernapasan Pasien Isolasi Mandiri Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Infografis 5 Posisi Proning, Bantu Pernapasan Pasien Isolasi Mandiri Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya