Liputan6.com, Jakarta Siloam MRCCC menggandeng Antoni van Leeuwenhoek dari Netherlands Cancer Institute (AVL/NKI) dalam mengembangkan ilmu kedokteran nuklir untuk pasien kanker di Indonesia.Â
Nantinya, keilmuwan kedokteran nuklir bukan hanya berpusat pada diagnosis kanker saja bisa berkembang hingga pengobatan dan penanganan pasien kanker.
Baca Juga
Dr Edy Gunawan, Chief Executive Officer MRCCC Siloam Hospital Semanggi menjelaskan, kerja sama dengan ilmuwan asal Belanda itu meliputi dua termal waktu, jangka pendek dan jangka panjang. Dimulai dari jangka pendek di mana dalam waktu dekat akan ada pelatihan para nakes yang terkait dalam kedokteran nuklir. Â
Advertisement
"Sama-sama kita tahu, bahwa dalam departemen kedokteran nuklir, membutuhkan SDM tidak hanya dokter, tapi ada juga perawat, radiologi dan sebagainya. Dimana di Indonesia, pelatihannya itu sangat langka, makanya nanti akan ada tenaga ahli dari AVL/NKI yang akan melakukan berbagai pelatihan tersebut," jelas Edy.Â
Lalu, kerjasama jangka pendek yang kedua adalah Siloam MRCCC akan berkonsultasi dengan dokter nuklir AVL/NKI di Belanda, untuk kasus-kasus pasien yang kompleks. Sebab, dalam penanganan beberapa pasien kanker, dibutuhkan hingga multidisiplin.Â
"Jadi, satu pasien bisa ditangani oleh tim dokter yang di dalamnya terdiri dari dokter penyakit dalam subspesialis, bedah onkologi, dan sebagainya. Di dalamnya pun ada tim kedokteran nuklir yang mengambil peran penting dalam diagnosis," ujarnya.Â
Sebab tak jarang, saat melibatkan tim dokter multidisiplin ini, menemukan pasien kanker yang kasusnya jarang atau kompleks. Untuk itu, ketika kasus ini ditemukan, lalu bisa berkonsultasi dengan tim dokter nuklir dari Belanda, bisa menjadi rujukan yang penting juga.
Â
Kembangkan Kedokteran Nuklir di Indonesia
Kerja sama jangka panjangnya adalah, antara Siloam MRCCC dengan AVL/NKI akan mengembangkan kedokteran nuklir di Indonesia. Sebab, saat ini kedokteran nuklir di Indonesia sifatnya hanya sampai tahap diagnosis. Padahal, kedokteran di bidang ini sangat luas, bisa sampai ke penyembuhan dan terapi penyakit kanker.
"Jadi, saat ini yang berkembang adalah, kedokteran nuklir bisa dipakai untuk terapi, bisa mempersingkat waktu pengobatan. Gimana caranya kita menggunakan radiofarmaka atau materi dari kedokteran nuklir untuk menterapi pasien kanker," katanya.
Diambil dari situs resmi BRIN, radiofarmaka merupakan senyawa kimia yang mengandung radioisotop dan memenuhi persyaratan farmakologis untuk digunakan dalam diagnosis, terapi, dan penelitian medik klinik dalam ilmu kedokteran nuklir.
Sementara di Belanda, lanjut, sudah banyak radiofarmaka baru yang digunakan untuk terapi pasien-pasien kanker. Hasilnya pun, lebih cepat untuk proses terapi.
"Radiofarmaka ini sebenarnya bisa diproduksi di Indonesia, tapi kita belajar dari Belanda, bagaimana radiofarmaka ini bisa diimplementasikan untuk terapi pasien kanker, lalu radiofarmaka mana yang cocok untuk pasien kanker mana, dan seterusnya," ujarnya.
Advertisement
Tiga Bentuk Kerjasama dengan Kedokteran Nuklir Belanda
Sementara itu, Hendy Widjaja selaku Direktur Kerjasama Internasional Siloam Hospitals menjelaskan, kerjasama ini akan difokuskan pada tiga bidang utama, yaitu pelayanan atau konsultasi, pendidikan atau pelatihan, dan penelitian.
"Kerjasama ini akan membawa banyak manfaat bagi kami. Dalam hal peningkatan pelayanan, AVL/NKI akan terlibat dalam memberikan konsultasi pada kasus-kasus kompleks. Kami juga akan berpartisipasi dalam pertemuan MDT, dimana pembahasan kasus sulit kanker dibicarakan,"katanya.
Di bidang pendidikan, MoU ini membuka kesempatan bagi staf MRCCC untuk mengikuti pelatihan di Belanda dan AVL akan menjadi narasumber tetap pada berbagai acara ilmiah yang diselenggarakan di Indonesia.
 Sebelumnya, beberapa dokter konsultan Kedokteran Nuklir dari MRCCC telah mengikuti program belajar di AVL di bawah bimbingan Prof. Marcel Stokkel, dia adalah pakar senior kedokteran nuklir di organisasi European Association of Nuclear Medicine (EANM) dan juga konsultan untuk International Atomic Energy Agency (IAEA).