Liputan6.com, Tangerang Seseorang dengan bentuk tubuh yang tampaknya normal bahkan kurus kerap dianggap pasti tubuhnya sehat tanpa masalah kesehatan. Padahal belum tentu seperti itu.
"Shape (bentuk tubuh) yang terlihat bagus belum tentu paramater kesehatan yang baik," kata dokter Levina Avissa dari Klinik Sirka, BSD.
Advertisement
Baca Juga
Vivi, begitu ia karib disapa, mengungkapkan bahwa yang membentuk tubuh adalah lemak di area luar yang bisa kita cubit ini. Namun, ada lagi lemak yang merupakan salah satu indikasi kesehatan yakni visceral fat alias lemak di area perut.
Advertisement
Meski tidak selalu terlihat dari luar, kehadiran visceral fat menjadi tanda bahaya karena berisiko tinggi memicu berbagai masalah kesehatan serius.
"Visceral fat itu berbahaya ya karena itu penanda kegagalan dari metabolisme gula dan lemak," kata Vivi.
Seharusnya, lemak diurai menjadi energi sehari-hari dimana ketika gula habis lalu cadangan lemak dipecahkan. Namun, pada orang dengan kondisi metabolik lemak gagal dipecah.
"Lemak tidak dipakai otot. Sehingga lemak ada di pembuluh darah, hal ini menyebabkan darah menjadi kental, tensi naik (hipertensi)," kata Vivi dalam konferensi pers launching Klinik Sirka BSD pekan lalu.
Maka dari itu ia meminta agar mewaspadai bila muncul visceral fat meski badan area lainnya tampak kurus. Bisa jadi ketika medical check-up (MCU) ternyata LDL tinggi dan HDL rendah yang menandakan kolesterol tinggi.
Maka dari itu, untuk mengetahui kondisi kesehatan disarankan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan alias medical check-up tanpa melihat ukuran badan.
Mau kurus, normal, maupun berat badan berlebih penting untuk melakukan pemeriksaan MCU.
Â
Â
Bagaimana Cara Memulai MCU?
Vivi mengungkapkan bahwa langkah pertama yang dilakukan bisa dimulai dengan berkonsultasi dengan dokter. Kemudian mengungkapkan keinginan untuk MCU serta masalah kesehatan yang terjadi akhir-akhir ini.
"Kita harus cari akar masalah sebelum menjadi penyakit ya," kata Vivi menjawab petanyaan Liputan6.com.
"Semakin cepat kita deteksi ada kelainan maka semakin mudah melakukan perbaikan," tutur wanita yang menjabat sebagai Medical Director Klinik Sirka itu.
Ia pun mengingatkan bahwa ketika sudah mulai masuk usia dewasa sekitar 18 tahun sudah bisa melakukan MCU. Disarankan MCU dilakukan satu tahun sekali
Â
Advertisement
Bila Ada Masalah Kesehatan, Ubah Gaya Hidup Jadi Lebih Sehat
Bila hasil MCU menunjukkan ada masalah kesehatan misalnya, hipertensi, kolesterol tinggi atau pre-diabetes maka penting untuk kembali berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan holistik.
"Tidak hanya treatment obat-obatan yang dilakukan dokter, tapi holistik ya mulai dari makanan diperbaiki, aktivitas fisik diperbaiki, stres dimanajemen dengan baik, tidur harus cukup ya. Itu faktor-faktor yang bisa dikendalikan," tutur Vivi.
Penanganan Holistik Atasi Hipertensi, Kolesterol dan Gangguan Metabolik Lain
Di kesempatan sama, Sirka yang sebelumnya adalah aplikasi kesehatan kini hadir dengan sebuah klinik di area BSD, Tangerang. Sehingga, pasien yang memiliki masalah kesehatan terutama penyakit metabolik yakni gangguan ini dapat melibatkan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, di mana dapat menimbulkan berbagai penyakit termasuk diabetes melitus tipe 2, obesitas, sindrom metabolik, dan penyakit kardiovaskular.Â
“Dari data Sirka setelah melayani lebih dari 25.000 pasien hingga 2024, kami menemukan lebih dari 60% pelanggan kami, memiliki gangguan metabolik. Untuk menjawab tantangan tersebut, Klinik Sirka hadir sebagai klinik metabolik pertama di Indonesia (1st metabolic clinic in Indonesia) dengan layanan holistik yang kini berbasis online dan offline," kata Rifanditto Adhikara, Chief Executive Officer Klinik Sirka.
Klinik Sirka menggabungkan layanan konsultasi tatap muka di klinik, home care, serta pendampingan sehari-hari melalui aplikasi Sirka sehingga perawatan dan perubahan pasien menjadi lebih holistik.
Pasien yang memiliki masalah misalnya hipertensi akan dibantu bukan cuma pengobatan tapi juga didampingi dalam pembuatan menu makan hingga panduan aktivitas fisik.
"Satu pasien itu ada satu dietitian yang bertanggung jawab ya. Jadi, jika dalam 10 hari tidak suka meal plannya, maka bisa berkonsultasi kembali sampai menemukan yang disuka ya," kata Vivi.
Â
Advertisement