Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, dikejutkan adanya temuan sebanyak 24 penderita penyakit kusta di daerah tersebut, kata Bupati Kotim H. Supian Hadi di Sampit.
Dalam sambutan sosialisasi penganganan penyakit kusta yang dibacakan Asisten I, Made Dikantara, itu Bupati menyebutkan bahwa temuan penyakit kusta di daerah itu berdasarkan data yang terekam sejak awal Januari hingga pertengahan Agustus 2013.
   Â
"Tahun 2013, kami dikejutkan dengan adanya penemuan penyakit kusta di daerah ini," katanya dan merincinya bahwa 24 kasus penderita kusta itu, 15 di antaranya ditemukan di Desa Pantai Harapan, Kecamatan Cempaga Hulu, dan sembilan kasus lainnya di Desa Batuah Kecamatan Seranau," jelasnya seperti dikutip dari Antara, Kamis (22/8/2013).
   Â
Sosialisasi dan orientasi dalam rangka intensifikasi penemuan kasus kusta dan prambusia (borok) yang diselnggarakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Kotim dihadiri oleh dua pejabat dari Kementerian Kesehatan.
   Â
Penyebaran penyakit kusta di Kotawaringin Timur dinilai cukup memprihatinkan karena angkanya cukup tinggi. Selama lima tahun terakhir ini, ada 45 kasus kusta ditemukan di daerah ini yang tersebar di sembilan kecamatan atau 13 wilayah puskesmas. Sementara itu kasus prambusia, belum ada laporan.
   Â
"Dengan kemajuan teknologi medis saat ini, seharusnya penyakit ini bisa diatasi dengan cepat. Tapi karena kurangnya pemahaman masyarakat sehingga mereka baru menginformasikan atau ditemukan sudah dalam keadaan cacat sehingga ini cukup ganggu upaya eliminasi kusta," sambungnya.
   Â
Pemerintah daerah mengaku tidak akan bisa menyelesaikan masalah ini sendiri tanpa bantuan banyak pihak, khususnya masyarakat. Dia menegaskan, semua penderita kusta yang ditemukan, sudah ditangani dan diobat.
   Â
Untuk menekan kasus berjangkitnya kusta dan prambudia, seluruh puskesmas, puskesmas pembantu, poliklinik desa serta instansi lintas sektor diminta turut membantu. Jika bisa dideteksi sejak dini, maka penularan kusta bisa dengan cepat ditekan dan dieliminasi, katanya.
   Â
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kotim, dr Faisal Novendra Cahyanto menjelaskan bahwa sosialisasi yang digelar ini bertepatan dengan peringatan ke-60 Hari Kusta sedunia.
   Â
Sosialisai dan orientasi dilakukan untuk mengintensifkan upaya untuk mengeliminasi kusta di daerah ini.
   Â
"Langkah ini bagian dari upaya mengubah pencapaian target angka kecacatan kusta dan prambusia 35 persen pada 2015. Kita berharap penyakit kusta dan prambusia ini bisa ditekan dan dieliminasi," ujar Faisal.
    Â
Penyakit kusta atau juga dikenali sebagai penyakit Hansen juga Leprosy, merupakan penyakit berjangkit yang disebabkan oleh jangkitan Mycobacterium leprae. Indonesia dikenal sebagai satu dari tiga negara yang paling banyak memiliki penderita kusta, disusul India dan Brazil.
    Â
Ciri-ciri kusta, di antaranya, adanya bercak tipis seperti panu pada badan/tubuh manusia. Pada bercak putih ini pertamanya hanya sedikit, tetapi lama-lama semakin melebar dan banyak. Adanya pelebaran syaraf terutama pada syaraf ulnaris, medianus, aulicularis magnus seryta peroneus. Kelenjar keringat kurang kerja sehingga kulit menjadi tipis dan mengkilat.
    Â
Ciri lainnya, adanya bintil-bintil kemerahan (leproma, nodul) yarig tersebar pada kulit, alis rambut rontok serta muka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut "facies leomina" (muka singa).
(Abd)
Dalam sambutan sosialisasi penganganan penyakit kusta yang dibacakan Asisten I, Made Dikantara, itu Bupati menyebutkan bahwa temuan penyakit kusta di daerah itu berdasarkan data yang terekam sejak awal Januari hingga pertengahan Agustus 2013.
   Â
"Tahun 2013, kami dikejutkan dengan adanya penemuan penyakit kusta di daerah ini," katanya dan merincinya bahwa 24 kasus penderita kusta itu, 15 di antaranya ditemukan di Desa Pantai Harapan, Kecamatan Cempaga Hulu, dan sembilan kasus lainnya di Desa Batuah Kecamatan Seranau," jelasnya seperti dikutip dari Antara, Kamis (22/8/2013).
   Â
Sosialisasi dan orientasi dalam rangka intensifikasi penemuan kasus kusta dan prambusia (borok) yang diselnggarakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Kotim dihadiri oleh dua pejabat dari Kementerian Kesehatan.
   Â
Penyebaran penyakit kusta di Kotawaringin Timur dinilai cukup memprihatinkan karena angkanya cukup tinggi. Selama lima tahun terakhir ini, ada 45 kasus kusta ditemukan di daerah ini yang tersebar di sembilan kecamatan atau 13 wilayah puskesmas. Sementara itu kasus prambusia, belum ada laporan.
   Â
"Dengan kemajuan teknologi medis saat ini, seharusnya penyakit ini bisa diatasi dengan cepat. Tapi karena kurangnya pemahaman masyarakat sehingga mereka baru menginformasikan atau ditemukan sudah dalam keadaan cacat sehingga ini cukup ganggu upaya eliminasi kusta," sambungnya.
   Â
Pemerintah daerah mengaku tidak akan bisa menyelesaikan masalah ini sendiri tanpa bantuan banyak pihak, khususnya masyarakat. Dia menegaskan, semua penderita kusta yang ditemukan, sudah ditangani dan diobat.
   Â
Untuk menekan kasus berjangkitnya kusta dan prambudia, seluruh puskesmas, puskesmas pembantu, poliklinik desa serta instansi lintas sektor diminta turut membantu. Jika bisa dideteksi sejak dini, maka penularan kusta bisa dengan cepat ditekan dan dieliminasi, katanya.
   Â
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kotim, dr Faisal Novendra Cahyanto menjelaskan bahwa sosialisasi yang digelar ini bertepatan dengan peringatan ke-60 Hari Kusta sedunia.
   Â
Sosialisai dan orientasi dilakukan untuk mengintensifkan upaya untuk mengeliminasi kusta di daerah ini.
   Â
"Langkah ini bagian dari upaya mengubah pencapaian target angka kecacatan kusta dan prambusia 35 persen pada 2015. Kita berharap penyakit kusta dan prambusia ini bisa ditekan dan dieliminasi," ujar Faisal.
    Â
Penyakit kusta atau juga dikenali sebagai penyakit Hansen juga Leprosy, merupakan penyakit berjangkit yang disebabkan oleh jangkitan Mycobacterium leprae. Indonesia dikenal sebagai satu dari tiga negara yang paling banyak memiliki penderita kusta, disusul India dan Brazil.
    Â
Ciri-ciri kusta, di antaranya, adanya bercak tipis seperti panu pada badan/tubuh manusia. Pada bercak putih ini pertamanya hanya sedikit, tetapi lama-lama semakin melebar dan banyak. Adanya pelebaran syaraf terutama pada syaraf ulnaris, medianus, aulicularis magnus seryta peroneus. Kelenjar keringat kurang kerja sehingga kulit menjadi tipis dan mengkilat.
    Â
Ciri lainnya, adanya bintil-bintil kemerahan (leproma, nodul) yarig tersebar pada kulit, alis rambut rontok serta muka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut "facies leomina" (muka singa).
(Abd)