5 Cara Menyimpan ASI dengan Benar, Begini Tipsnya

Cara menyimpan ASI dengan benar perlu dilakukan untuk menjaga kualitas nutrisinya.

oleh Laudia Tysara diperbarui 30 Sep 2020, 14:15 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2020, 14:15 WIB
Ilustrasi ASI
Ilustrasi ASI (sumber: iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Memerah ASI, kini banyak dipraktikkan ibu yang harus beraktivitas di luar rumah. Tujuannya agar anak bisa tetap mendapat nutrisi ASI dari ibu meskipun tidak secara langsung. Hanya saja, belum banyak ibu yang mengerti cara menyimpan ASI dengan benar. 

Cara menyimpan ASI dengan benar ini bisa dipraktikkan mulai dari tahap pumping. Pumping yang benar akan membuat ASI yang akan disimpan lebih maksimal keluar. Setelah itu sterilisasi tempat penyimpanannya, tujuannya agar nutrisi ASI tak hancur saat disimpan.

Jangan asal menggunakan tempat penyimpanan, ya. Cara menyimpan ASI dengan benar ini pun harus dengan tempat yang tepat, yakni botol khusus, botol kaca, dan plastik khusus. Selain itu, perhatikan suhu lemari pendingin yang akan digunakan untuk menyimpan.

Sementara bagi yang tak menggunakan lemari pendingin, perhatikan bahan yang digunakan untuk menyimpan. Nutrisi ASI bisa tetap terjaga dengan baik jika menyimpannya tak asal-asalan. Berikut Liputan6.com ulas cara menyimpan ASI dengan benar dari berbagai sumber, Rabu (30/9/2020).

Pumping Rutin

Ilustrasi susu | Freepik
Ilustrasi susu | Freepik

Melakukan pumping rutin termasuk tahap awal sebelum mempraktikkan cara menyimpan ASI dengan benar. Produksi ASI berjalan dengan sistem supply and demand. Semakin sering dikeluarkan, baik secara direct breastfeeding ataupun pumping, maka semakin banyak juga ASI yang dihasilkan.

Jadi memang untuk bisa menyimpan lebih banyak ASI, mulailah rajin melakukan pumping. Pumping ini pun tak bisa dilakukan dengan semena-mena. Harus ditentukan betul waktunya.

Menentukan waktu pumping ini sangat perlu dilakukan. Paling tidak setiap 3 jam sekali. Lakukan secara rutin agar hormon prolaktin di dalam tubuh tersistem memproduksi ASI secara teratur.

Pastikan untuk melakukannya di malam hari juga. Pada waktu malam hari, hormon penghasil ASI justru sedang bekerja maksimal. Jangan lupa untuk mencatat tanggal dan jam pemerahan ASI.

Sterilkan Botol

Ilustrasi botol | Freepik
Ilustrasi botol | Freepik

Tak hanya pemerahan ASI, pastikan untuk mensterilkan wadah yang akan digunakan. Misalnya saja seperti botol dan plastiknya. Nah, cara menyimpan ASI dengan benar ini baiknya tak menggunakan botol atau plastik umum.

Tempat penyimpanan yang baik adalah botol kaca, botol plastik dengan label bebas bahan berbahaya, dan kemasan plastik khusus ASI. Sterilnya tempat penyimpanan ASI ini akan sangat memengaruhi kualitas ASI yang disimpan.

Lakukan sterilisasi botol bayi atau kemasan penampung ASI perah yang akan didinginkan atau dibekukan. Sterilisasi dengan merebus botol dan bagian pompa ASI yang bersentuhan dengan kulit. Pastikan menggunakan air panas mendidih sekitar 5-10 menit.

Khusus untuk kemasan plastik penampung ASI perah, tempatkan kembali pada kontainer. Kontainer ini bisa berupa kotak kemasan lain yang nantinya akan dimasukkan dalam lemari pendingin. Tujuannya agar plastik kemasan ASI tak mengalami kebocoran.

 

Suhu Penyimpanan Kulkas

kulkas
Ilustrasi kulkas | Pexels

Memerhatikan suhu penyimpanan kulkas sangat perlu diperhatikan, jika cara menyimpan ASI dengan benar akan dilakukan dalam kulkas. Dibandingkan dengan suhu penyimpanan biasa, suhu kulkas lebih bagus. Kualitas ASI yang disimpan juga bisa bertahan lebih lama.

Daya tahan ASI perah pada suhu 26 derajat celsius bisa bertahan kurang lebih 6-8 jam. Sementara pada suhu mencapai 15 derajat celsius, ASI perah mampu bertahan 24 jam. Semakin kecil suhu kulkasnya, semakin mampu bertahan lama ASInya.

Ketika suhu kulkas mencapai 4 derajat celcius atau lebih kecil lagi, ASI perah dapat bertahan 3-5 hari. Berdasarkan hal ini pulalah kemudian membuat freezer lebih efektif untuk menyimpan ASI. Freezer bisa membuat ASI perah bertahan selama tiga bulan untuk kulkas dua pintu dan dua minggu untuk kulkas satu pintu.

ASI perah yang akan dibekukan, pastikan untuk langsung dimasukkan ke dalam botol dan freezer setelah diperah. Pastikan juga untuk menghindari perubahan suhu secara mendadak, sebelum dimasukkan ke freezer. Letakkan ASI di kulkas bagian bawah terlebih dahulu. Setelah sekitar dua jam, pindahkan ASI perah ke freezer.

Penyimpanan Tanpa Kulkas

Ilustrasi ASI | Freepik
Ilustrasi ASI | Freepik

Bagi yang tak memiliki kulkas atau lemari pendingin, bisa mengandalkan cara menyimpan ASI dengan benar tanpa kulkas. Hal ini bukan berarti ASI bisa disimpan dalam suhu yang biasa. Melainkan mengandalkan botol kaca, styrofoam, dan es batu.

Setelah memerah ASI, lalu sterilkan botol kaca, dan langsung masukkan ASI ke dalam botol kaca. Pastikan botol sudah berhasil ditutup dengan rapat. Lalu simpan dalam kotak styrofoam yang telah dipenuhi es. Cara ini bisa membuat ASI bertahan selama 24 jam, tanpa dibuka-buka.

Meski begitu, masih ada cara agar penyimpanan berlangsung lebih dari 24 jam. Bisa dengan mengganti es batu yang sudah mencair dengan yang beku. Mengganti es batu yang sudah mencair bisa memperpanjang masa penyimpanan selama 36 jam. Satu hal yang perlu menjadi catatan, jangan terlalu banyak memerah ASI jika ingin menyimpannya tanpa kulkas. Cukupkan saja dengan porsi konsumsi ASI sang bayi yang dibutuhkan dalam sehari.

Waktu Pemberian ASI

Ilustrasi kalender | picjumbo.com dari Pexels
Ilustrasi kalender | picjumbo.com dari Pexels

Bagi yang sudah mempraktikkan cara menyimpan ASI dengan benar, waktu pemberian juga perlu diperhatikan. Sebelum diberikan ke bayi, pastikan untuk merendamnya di air hangat terlebih dahulu. Bisa juga menggunakan air hangat yang mengalir.

Jangan memanaskan ASI dengan microwave, kompor, dan penghangat lainnya. Dikhawatirkan cara ini akan membuat nutrisi ASI menjadi rusak. Setelah ASI mencair, berikan melalui feeder cup atau botol. Jangan sampai suhunya terlalu panas karena bisa membahayakan bayi.

Saat pumping, direct breastfeeding ataupun saat berada di dekat bayi, mungkin ibu akan merasakan let down reflex atau ASI yang menetes terus-menerus. Daripada terbuang sia-sia, sebaiknya Moms menampungnya untuk kemudian disimpan sebagaimana ASI baru.

Tips Penyimpanan ASI Perah

Ilustrasi cuci tangan | Burst dari Pexels
Ilustrasi cuci tangan | Burst dari Pexels

1. Cuci tangan sebelum memerah ASI jika menggunakan cara manual.

2. Semakin pendek daya simpan ASI, semakin baik diberikan kepada bayi.

3. Untuk menghindari ASI perah yang terbuang, bagilah menjadi empat bagian.

4. Beri label sebelum diletakkan di tempat penyimpanan.

5. Hindari peningkatan atau penurunan suhu secara drastis.

6. Hasil perahan ASI pada waktu yang berbeda tetapi masih dalam hari yang sama dapat digabung.

7. Hindari menggabungkan ASI yang masih hangat ke dalam ASI yang sudah didinginkan sebelumnya, sebaiknya dinginkan (samakan suhu) dahulu ASI yang baru diperah baru dapat digabungkan.

8. ASI perah yang sudah dihangatkan tidak boleh dihangatkan lagi.

9. Setelah dicairkan, ASI perah tidak boleh dibekukan kembali

10. Jangan mengisi sampai botol penuh, usahakan hanya sampai leher botol.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya