Liputan6.com, Jakarta Penyebab henti jantung perlu diketahui setiap orang, karena merupakan kasus gawat darurat. Kondisi ini perlu ditangani secepatnya dengan melakukan resusitasi jantung paru dan kejut jantung. Hal ini untuk membantu mencegah terjadinya kerusakan otak atau bahkan kematian.
Sudden cardiac arrest atau Henti jantung mendadak adalah kondisi saat jantung tiba-tiba berhenti memompa darah ke seluruh tubuh. Kondisi ini membuat jantung berhenti berdetak secara tiba-tiba, biasanya ditandai dengan hilangnya kesadaran dan napas berhenti.Â
Baca Juga
Advertisement
Kondisi ini menyebabkan otak dan organ-organ dalam tubuh tidak mendapat aliran darah dan oksigen, sehingga bila tidak ditangani dengan cepat dapat menyebabkan penderita meninggal dunia. Sekitar 90% kasus henti jantung mendadak berakhir dengan kematian.
Penyebab henti jantung mendadak ini dipengaruhi oleh kondisi kesehatan tubuh, terutama jantung. Addanya masalah pada jantung, seperti penyakit jantung koroner dan denyut jantung tidak teratur merupakan beberapa penyebab utamanya. Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Sabtu (21/8/2021) tentang penyebab henti jantung.
Penyebab Henti Jantung Mendadak
Penyebab henti jantung mendadak yang paling utama adalah karena seseorang sudah memiliki penyakit jantung sebelumnya. Beberapa penyebab henti jantung mendadak akibat adanya masalah pada jantung di ataranya adalah:
- Penyakit jantung koroner.
- Denyut jantung tidak teratur.
- Penyakit jantung bawaan.
Selain itu, penyebab henti jantung mendakak memiliki risiko yang lebih tinggi terjadi pada orang-orang dengan kondisi kesehatan tertentu. Berikut beberapa faktor risiko penyebab henti jantug mendadak:
- Mengalami hipertensi.
- Menderita Diabetes melitus.
- Stres fisik berat.
- Mengalami obesitas.
- Mempunyai kadar kolestrol yang tinggi.
- Jarang berolahraga dan tidak aktif bergerak.
- Memiliki kebiasaan merokok dan minum alkohol
- Menyalahgunakan NAPZA seperti kokain atau amfetamin.
Selain itu, orang yang memiliki keluarga dengan riwayat penyakit jantung, serta pria berusia di atas 45 tahun dan wanita berusia di atas 55 tahun juga lebih rentan terkena penyebab henti jantung mendadak ini.
Advertisement
Gejala Henti Jantung Mendadak
Mengenali penyebab henti jantung mendadak tentunya harus diikuti dengan mengetahui gejalanya. Gejala henti jantung mendadak biasanya tidak disertai dengan suatu tanda-tanda yang spesifik. Seseorang yang mengalami kondisi ini biasanya langsung hilang kesadaran dan berhenti bernapas.
Penurunan kesadaran mendadak disertai tidak terdeteksinya denyut nadi merupakan gejala utamanya. Namun, ada pula beberapa gejala yang mungkin bisa dialami sebelum terjadinya henti jantung mendadak, yaitu:
- Gejala pusing.
- Sakit dada.
- Jantung berdebar.
- Sesak napas.
- Nyeri ulu hati.
- Mual atau muntah.
Pertolongan Pertama dan Pengobatan Henti Jantung Mendadak
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kondisi henti jantung mendadak merupakan kasus gawat darurat. Seperti dikutip Liputan6.com dari KlikDokter, pertolongan pertama harus dilakukan secepatnya, dengan melakukan resusitasi jantung paru.
Resusitasi jantung paru dilakukan dengan menekan dada pasien secara ritmik sebagai usaha memompa jantung agar darah tetap mengalir ke seluruh organ di dalam tubuh. Tindakan ini tidak harus dilakukan dokter, karena dapat dilakukan oleh orang umum yang sudah terlatih.
Sementara itu, pengobatan utama henti jantung mendadak adalah tindakan defibrilasi atau terapi kejut jantung. Defibrilasi bertujuan untuk mengatur denyut jantung agar dapat berdenyut dengan normal dan teratur seperti sedia kala.
Defibrilator, alat yang dibutuhkan untuk melakukan defibrilasi, bisa didapatkan di rumah sakit maupun fasilitas umum lain seperti di bandara, stasiun, maupun pusat perbelanjaan.
Setelah penderita henti jantung mendadak tiba di rumah sakit, resusitasi jantung paru dan defibrilasi akan diteruskan. Dokter juga akan menyuntikkan obat-obatan untuk memicu jantung agar berdenyut normal. Bila jantung berhasil berdenyut kembali, penderita akan dirawat di ruang rawat intensif hingga kondisinya stabil.
Orang yang sudah memiliki riwayat henti jantung disarankan untuk memasang implantable cardioverter defibrillator (ICD). Alat ini diletakkan di bawah kulit di dada, dan berfungsi untuk mendeteksi maupun melakukan defibrilasi secara otomatis saat henti jantung mendadak terjadi.
Advertisement
Pencegahan Henti Jantung Mendadak
Setelah mengenali penyebab henti jantung mendadak, kamu tentunya perlu untuk melakukan tindakan pencegahan. Apalagi, meniliki begitu berbahayanya kondisi satu ini, kamu perlu mewaspadainya.
Pencegahan henti jantung mendadak sendiri dapat dilakukan dengan menerapkan gaya hidup sehat. Berikut beberapa pencegahan henti jantung mendadak yang bisa kamu lakukan:
- Perbanyak konsumsi serat
- Hindari makanan berlemak. Bila hendak mengonsumsi makanan hewani, pilihlah yang proteinnya tinggi seperti ikan dan ayam tanpa kulit.
- Lakukan aktivitas fisik seperti jogging, jalan cepat, berenang, atau bersepeda sebanyak 5 kali seminggu dengan durasi 30 menit.
- Hindari rokok dan paparan asap rokok.
- Hindari minuman beralkohol.
- Turunkan berat badan bila mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
- Bila mengalami hipertensi, diabetes, atau kolesterol tinggi, diskusikan pengobatannya dengan dokter, agar tekanan darah, gula darah, dan kadar kolesterol terkontrol dengan baik.