Liputan6.com, Jakarta Memahami komunikasi adalah wujud pengiriman dan penerimaan pesan dari satu orang atau lebih. Dalam buku berjudul The Mathematical Theory of Communication oleh C. Shannon dan W. Weaver dijelaskan tujuan komunikasi adalah interaksi manusia yang saling memengaruhi satu sama lain secara sengaja dan tidak sengaja. Bagaimana dengan tujuan komunikasi antar pribadi?
Komunikasi antar pribadi adalah memungkinkan seseorang memperoleh respon secara langsung. Tujuan komunikasi antar pribadi adalah mengurangi terjadinya konflik, memperoleh informasi, hingga mendeteksi kebohongan. Contoh paling mudah dipahami dari komunikasi antar pribadi adalah antara dokter dengan pasien, guru dengan siswa, pedagang dengan pembeli, dan lain-lain.
Dalam buku berjudul The Interpersonal Communication Book oleh Joseph A. Devito, menjelaskan komunikasi antar pribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua individu atau antar individu dalam kelompok dengan beberapa efek dan umpan balik seketika. Itulah gambaran sederhana tentang tujuan komunikasi antar pribadi yang bisa dipahami.
Advertisement
Berikut Liputan6.com ulas tujuan komunikasi antar pribadi lebih dalam, Selasa (21/12/2021).
Tujuan Komunikasi Antar Pribadi
Memahami berbagai tujuan komunikasi antar pribadi tak hanya memungkinkan peserta menangkap reaksi secara langsung dari orang lain seperti dijelaskan ahli dalam bidang ini, Mulyana, 2002. Portal belajar Ilmu Komunikasi melalui situs resminya pakarkomunikasi.com menjelaskan ada sepuluh fungsi atau tujuan komunikasi antar pribadi. Apa saja?
1. Membentuk Identitas Diri
Tujuan komunikasi antar pribadi adalah membantu seseorang membentuk identitas dirinya. Komunikasi antar pribadi dapat membantu membentuk identitas diri yang didasarkan pada hubungan dan pencitraan dirinya saat melakukan komunikasi dengan orang lain.
2. Memahami Diri dan Orang Lain
Tujuan komunikasi antar pribadi adalah membantu seseorang memahami dirinya sendiri dan orang lain. Memahami diri sendiri dan orang lain dapat diperoleh melalui interaksi yang dilakukan dengan orang lain dan bersedia membuka diri atau self-disclosure kepada orang lain. Self-disclosure pun dapat membantu meningkatkan efektivitas komunikasi antar pribadi juga.
3. Mengembangkan Hubungan Interpersonal
Tujuan komunikasi antar pribadi adalah membantu mengembangkan hubungan interpersonal seseorang, mengembangkan hubungan yang baik dengan orang lain. Komunikasi antar pribadi bisa mengurangi tekanan dan terhindar dari kesendirian. Tentu saja, memungkinkan seseorang untuk saling berbagi dan lebih positif terhadap diri sendiri.
4. Membantu Menyesuaikan Diri
Tujuan komunikasi antar pribadi adalah membantu seseorang mudah dalam menyesuaikan diri di tempat baru. Komunikasi antar pribadi yang baik memungkinkan seseorang mampu melihat ke dalam realitas orang lain.
Salah satunya dapat memperluas sudut pandang yang dimiliki. Masing-masing individu memiliki gaya interpersonal sendiri, mulai dari kemampuan menyesuaikan diri dengan suara, bentuk, dan isi pesan yang dikirimkan.
Teori-teori komunikasi antar pribadi yang menjelaskan tentang hal ini adalah teori akomodasi komunikasi. Pembicara akan menyesuaikan atau mengakomodasi gaya berbicara pendengar untuk memperoleh persetujuan sosial dan menciptakan efisiensi komunikasi yang lebih besar.
5. Memperoleh Informasi
Tujuan komunikasi antar pribadi adalah paling penting mampu memperoleh informasi yang baru. Selama berlangsungnya proses komunikasi antar pribadi atau proses komunikasi interpersonal berbagai informasi dan pengetahuan tentang orang lain sudah pasti akan tersaji dengan melimpah. Mengenal orang lain dapat membantu seseorang mampu memprediksi apa yang orang lain pikirkan, rasakan, dan tindakannya.
Advertisement
Tujuan Komunikasi Antar Pribadi Selanjutnya
6. Mengurangi Ketidakpastian
Tujuan komunikasi antar pribadi adalah mampu mengurangi perasaan ketidakpastian atau kesalahpahaman. Tentu saja hal ini bisa membuat seseorang mudah membangun hubungan baik dengan orang lain. Salah satu teori komunikasi antar pribadi yang mengupas pengurangan ketidakpastian adalah teori pengurangan ketidakpastian yang dikemukakan oleh Charles Berger dan Richard Calabrese.
7. Mempengaruhi Orang Lain
Tujuan komunikasi antar pribadi adalah memengaruhi keberadaan orang lain. Biasanya, untuk bisa mencapai tujuan komunikasi antar pribadi ini, seseorang harus menggunakan teknik komunikasi persuasif agar orang bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan sesuatu, dan lain sebagainya.
Selain menggunakan teknik komunikasi persuasif, kemampuan untuk mempengaruhi orang lain juga ditunjang dengan keterampilan keasertifan yang membantu dalam menciptakan dan membina hubungan baik dengan orang lain.
8. Manajemen Konflik
Tujuan komunikasi antar pribadi adalah membantu dalam manajemen konflik dengan orang lain. Ketika seseorang bisa berinteraksi dengan orang lain tak jarang akan terjadi konflik. Konflik interpersonal atau konflik antar pribadi merupakan salah satu dampak ketidakefektifan komunikasi antar pribadi atau disebut juga sebagai dampak komunikasi interpersonal yang tidak efektif.
Konflik yang terjadi dalam hubungan antar pribadi dapat membawa emosi yang negatif. Akan tetapi, sebenarnya konflik tersebut tidak selalu berdampak negatif atau tidak produktif bagi partisipan komunikasi. Beberapa hasil studi yang dipaparkan menunjukkan kuantitas konflik dalam sebuah hubungan tidak sepenting bagaimana konflik itu ditangani.
Ketika seseorang dapat menangani konflik dengan baik maka akan mengarah pada kepuasan hubungan. Berbagai jenis manajemen konflik yang dapat dilakukan adalah bersaing, berkolaborasi, akomodasi, penghindaran, dan kompromi.
9. Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Suportif
Tujuan komunikasi antar pribadi adalah mampu mengembangkan komunikasi yang suportif atau akurat terutama dalam situasi dan kondisi yang sulit. Komunikasi suportif adalah upaya untuk meningkatkan kualitas hubungan yang positif dengan orang lain ketika menangani suatu masalah.
10. Mendeteksi Kebohongan
Tujuan komunikasi antar pribadi adalah guna mendeteksi adanya kebohongan. Hasil studi menunjukkan bahwa metode verbal yang digunakan untuk mendeteksi kebohongan jauh lebih baik dibandingkan dengan metode non-verbal walaupun secara umum terdapat beberapa pandangan yang mengatakan hal sebaliknya.
Mendeteksi kebohongan dapat dilakukan salah satunya dengan menggunakan metode wawancara. Melalui wawancara, pewawancara dapat mengidentifikasi ketidakonsistenan antara jawaban dan bukti yang ada. Ditambah dengan petunjuk non-verbal seperti ekspresi wajah dan bahasa tubuh dalam komunikasi.