Mengenal Kafaratul Majelis, Doa Ungkapan Syukur di Akhir Pertemuan Agama

Doa kafaratul majelis digunakan sebagai cara untuk mengakhiri pertemuan atau majelis dengan tujuan mengingatkan peserta tentang kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupan.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 29 Sep 2023, 10:25 WIB
Diterbitkan 29 Sep 2023, 10:25 WIB
Ilustrasi doa, ibadah, muslim, Islam
Ilustrasi doa, ibadah, muslim, Islam. (Photo by Masjid Pogung Dalangan on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Doa merupakan bagian tak terpisahkan dari hidup setiap umat beragama. Terutama dalam ajaran Islam, setiap tindakan dianjurkan untuk diawali dan diakhiri dengan membaca doa. Salah satunya doa kafaratul majelis yang dibaca saat mengakhiri pertemuan keagamaan atau majelis.

Rasulullah SAW telah mengajarkan umat Islam untuk membaca doa ini baik saat memulai maupun mengakhiri suatu majelis atau pertemuan yang membahas perkara Islam. Doa kafaratul majelis digunakan sebagai cara untuk mengakhiri pertemuan atau majelis dengan tujuan  mengingatkan peserta tentang kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupan. 

Doa ini juga sebagai sarana untuk memohon ampun dan berhubungan lebih baik dengan-Nya. Membaca doa kafaratul majelis menjadi praktik keagamaan dalam Islam yang bertujuan untuk mengokohkan iman dan ketakwaan umat Muslim. Berikut ulasan tentang doa kafaratul majelis yang Lipitan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (29/9/2023).

Doa Kafaratul Majelis

Ilustrasi silaturahmi, muslimah, Islami
Ilustrasi silaturahmi, muslimah, Islami. (Photo Copyright by Freepik)

Membaca doa kafaratul majelis merupakan bentuk ungkapan syukur kepada Allah SWT atas berlangsungnya suatu majelis dengan lancar. Doa ini juga mencerminkan kesadaran umat Muslim bahwa suatu majelis dapat berjalan lancar semata-mata atas kehendak Allah SWT.

Berikut bacaan doa kafaratul majelis,

سُبْحانَكَ اللَّهُمَّ وبِحَمْدِكَ أشْهَدُ أنْ لا إِلهَ إِلاَّ أنْتَ أسْتَغْفِرُكَ وأتُوبُ إِلَيْكَ

Subhânakallâhumma wa bihamdika asyhadu an-lâilâha illâ anta astaghfiruka wa atûbu ilaik.

Artinya: Maha Suci Engkau, ya Allah. Segala sanjungan untuk-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku memohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.

Anjuran Membaca Doa Kafaratul Majelis

Ilustrasi salat berjamaah.
Ilustrasi salat berjamaah. (Liputan6.com/M Syukur)

Dilansir dari laman muslim.or.id, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ما جَلسَ قومٌ مجلِسًا لم يذكُروا اللهَ فيهِ ولم يُصلُّوا على نبيِّهم إلَّا كان عليهم تِرةٌ فإنَّ شاءَ عذَّبَهم وإن شاءَ غفرَ لَهم

Arinya:Tidaklah suatu kaum duduk dalam satu majelis yang mana mereka lalai dari mengingat Allah di dalamnya dan tidak berselawat kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, kecuali kerugian dan penyesalan akan menimpa mereka di hari kiamat. Jika Allah berkehendak, maka Allah akan azab mereka. Dan jika Allah berkehendak, maka Allah akan ampuni mereka. (HR. At-Tirmidzi no. 3380 dan disahihkan oleh Syekh Al-Albani rahimahullah)

Islam selalu mengajarkan agar para pengikutnya untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dan senantiasa berzikir kepada-Nya, bahkan ketika hendak berpindah dari sebuah majelis. 

Riwayat hadits lain dijelaskan, diriwayatkan dari Abu Barzah Al-Aslami radhiyallahu 'anhu,

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : بأخرة إذا أراد أن يقوم من المجلس : سبحانك اللهم وبحمدك ، أشهد أن لا إله إلا أنت ، أستغفرك وأتوب إليك فقال رجل : يا رسول الله ، إنك لتقول قولا ما كنت تقوله فيما مضى قال : كفارةٌ لما يكونُ في المجلسِ

Artinya: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam biasanya ketika hendak bangkit dari majelis beliau mengucapkan,

سبحانك اللهم وبحمدك ، أشهد أن لا إله إلا أنت ، أستغفرك وأتوب إليك

'Subhanaka allahumma wa bihamdika, asyhadu an laa ilaaha illa anta, astaghfiruka wa atubu ilaik.'

Artinya: Mahasuci Engkau ya Allah. Dan segala pujian terhatur untuk-Mu. Tiada ilah yang berhak disembah kecuali Engkau. Aku memohon ampun kepada-Mu dan aku bertobat kepada-Mu.

Kemudian seorang sahabat bertanya,

'Wahai Rasulullah, Engkau baru saja berucap sesuatu yang belum pernah aku dapati engkau mengucapkan hal yang serupa.'

Maka Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallama menjawab,

'Sebagai kaffarah yang terjadi di majelis.' (HR. Abu Dawud no. 4859)

Hikmah Membaca Doa Kafaratul Majelis

[Bintang] Wukuf di Arafah 2018: 362 Anggota Jamaah Haji Indonesia Jalani Safari Wukuh
Ilustrasi jemaah haji wukuf di Arafah, Makkah. (Liputan6.com/Anri Syaiful)

1. Penebus Perbuatan Sia-sia Selama Bermajelis

Salah satu hikmah utama dari membaca doa Kafaratul Majelis adalah sebagai penebus jika ada hal-hal atau perkataan yang sia-sia selama bermajelis. Doa ini mengingatkan kita untuk selalu berbicara dengan baik dan menjauhi perkataan yang buruk atau sia-sia.

 Sebagaimana disebutkan dalam sebuah riwayat, bahwasanya Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan,

يَا رَسُول الله أَرَاك مَا تجْلِس (مَجْلِسا) آح وَلَا تتلو قُرْآنًا وَلَا تصلى صَلَاة إلاّ ختمت بهؤلاء الْكَلِمَات

Artinya: Wahai Rasulullah, aku melihatmu tidak duduk di sebuah majelis, atau membaca Al-Qur’an, atau salat, kecuali engkau senantiasa mengakhirinya dengan satu kalimat tersebut.

Maka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menimpali,

نعم من قَالَ خيرا ختم لَهُ طَابع على ذَلِك الْخَيْر وَمن قَالَ شرا كنَّ لَهُ كَفَّارَة سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِك لَا إِلَه إِلَّا أَنْت أستغفرك وَأَتُوب إِلَيْك

Artinya: Benar. Barangsiapa yang ketika di majelis berkata-kata baik, maka ia akan dimudahkan untuk merutinkan kebaikan tersebut. Dan barangsiapa yang berkata buruk, maka kalimat ini menjadi penebus atau kaffarah baginya. Kalimat tersebut adalah,

سبحانك اللهم وبحمدك ، أشهد أن لا إله إلا أنت ، أستغفرك وأتوب إليك

Subhanaka allahumma wa bihamdika, asyhadu an laa ilaaha illa anta, astaghfiruka wa atubu ilaik

Artinya: (Mahasuci Engkau ya Allah. Dan segala pujian terhatur untuk-Mu. Tiada ilah yang berhak disembah, kecuali Engkau. Aku memohon ampun kepada-Mu dan aku bertobat kepada-Mu). (HR. An-Nasa’i dalam Amal Al-Yaum wal-Lailah no. 273)

2. Penambal Kekurangan

Selain sebagai penutup majelis, doa Kafaratul Majelis juga digunakan sebagai penambal kekurangan dalam bermajelis. Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy rahimahullah ketika menjelaskan surah Al-Baqarah ayat 198-199 mengatakan,

أمر تعالى عند الفراغ منها باستغفاره والإكثار من ذكره، فالاستغفار للخلل الواقع من العبد، في أداء عبادته وتقصيره فيها، وذكر الله شكر الله على إنعامه عليه بالتوفيق لهذه العبادة العظيمة والمنة الجسيمة. وهكذا ينبغي للعبد، كلما فرغ من عبادة، أن يستغفر الله عن التقصير، ويشكره على التوفيق، لا كمن يرى أنه قد أكمل العبادة، ومنّ بها على ربه، وجعلت له محلا ومنزلة رفيعة، فهذا حقيق بالمقت، ورد الفعل، كما أن الأول، حقيق بالقبول والتوفيق لأعمال أخر

Artinya: Allah Ta’ala memerintahkan ketika selesai dari prosesi manasik agar seseorang memperbanyak istigfar dan zikir. Karena istigfar bertujuan menambal kekurangan yang terjadi pada diri seorang hamba. Yakni ketika beribadah dan ketidaksempurnaannya dalam mengerjakan. Dan zikir kepada Allah sebagai bentuk syukur kepada-Nya atas nikmat yang tercurah berupa taufik untuk mengerjakan ibadah yang agung dan pemberiaan-Nya yang tak terkira.

Beginilah semestinya seorang hamba ketika selesai beribadah. Ia memohon ampunan kepada Allah atas segala kekurangannya dalam mengerjakan ibadah dan bersyukur kepada-Nya atas limpahan taufik sehingga bisa beribadah. Tidak sebagaimana orang-orang yang mengira ibadahnya telah sempurna, berlaku pongah di hadapan Rabbnya, dan menyangka bahwa baginya kedudukan yang tinggi. Justru ini bentuk kesombongan dan tertolaknya ibadah. Sebagaimana yang pertama juga menjadi indikasi diterimanya amalan dan taufik untuk mengerjakan ibadah yang lainnya.” (Tafsir As-Sa’diy, hal. 92)

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya