Liputan6.com, Jakarta Apa itu skeptis merupakan hal yang umum terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah respons alami terhadap informasi atau keyakinan yang mungkin tidak sepenuhnya jelas atau meyakinkan bagi kita. Apa itu skeptis pada dasarnya adalah cara berpikir kritis di mana seseorang tidak menerima klaim atau pendapat tanpa pertimbangan yang cermat.
Dalam dunia filsafat, apa itu skeptis merupakan salah satu pendekatan yang penting. Ini mendorong kita untuk terus mencari kebenaran dan tidak terburu-buru menerima klaim atau doktrin tanpa bukti yang memadai. Skeptisisme membantu kita mempertahankan pemikiran independen dan tidak terpengaruh oleh otoritas atau opini publik.
Namun, sikap skeptis juga bisa berlebihan. Terlalu skeptis dapat membuat seseorang menjadi terlalu kritis atau bahkan paranoid terhadap segala sesuatu di sekitarnya. Ini dapat menghambat kemampuan seseorang untuk mempercayai orang lain, membangun hubungan yang sehat, atau bahkan membuat keputusan yang penting. Berikut apa itu skeptis yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (28/2/2024).
Advertisement
Skeptis Bagian dari Ajaran Filsafat
Skeptis adalah sifat kurang percaya dan ragu-ragu terhadap keberhasilan, ajaran, atau hal lainnya. Istilah ini berasal dari paham skeptisisme yang melihat segala sesuatu sebagai tidak pasti dan harus dicurigai. Pengaruh skeptisisme sangat besar dalam perkembangan filsafat, dimulai dari zaman Yunani Kuno yang dipelopori oleh Pyrrho dan dilanjutkan oleh murid-muridnya hingga zaman modern.
Menurut Misnal Munir dalam bukunya "Skeptisisme Dalam Filsafat Barat Sejak Yunani Kuno Sampai Abad Modern," skeptisisme pada zaman modern mengacu pada keraguan sistematik yang mensyaratkan adanya bukti sebelum suatu putusan diakui kebenarannya. Filsuf-filsuf terkenal seperti Descartes, David Hume, Immanuel Kant, dan G.E. Moore merupakan beberapa yang menganut pemikiran skeptisisme ini.
Seseorang yang memiliki sikap skeptis cenderung mempertanyakan segala sesuatu, meragukan informasi yang diterima, dan mewaspadai kepastian agar tidak mudah ditipu. Sikap skeptis ini dapat membantu individu untuk tidak mudah terpengaruh oleh hoax atau berita palsu, sehingga dapat dianggap sebagai sikap yang baik. Namun, seperti halnya dengan segala sesuatu, terlalu banyak skeptisisme juga bisa menghambat kemampuan seseorang untuk percaya dan berinteraksi dengan orang lain secara positif. Sehingga, penting untuk menemukan keseimbangan antara sikap skeptis yang sehat dan terlalu skeptis.
Advertisement
Jenis Skeptis
Skeptis secara umum terbagi menjadi 5 jenis yang mewakili spektrum luas pandangan tentang pengetahuan dan kebenaran. Berikut jenis-jenis skeptis.
1. Dogmatic Skepticism
Jenis skeptisisme ini menganggap bahwa segala sesuatu di dunia ini tidak dapat diketahui kebenarannya dan bahwa semua pengetahuan manusia itu keliru. Ini menunjukkan pandangan yang sangat skeptis terhadap kemampuan manusia untuk mengetahui kebenaran apa pun.
2. Pyrrhonian Skepticism
Paham Pyrrhonian mengambil nama dari filsuf Yunani Kuno, Pyrrho. Pandangan ini menentang segala hal yang belum pasti dan memperjuangkan penelitian terus-menerus sebelum membuat keputusan. Mereka menolak teori dan putusan yang hanya berlaku bagi sebagian orang, tetapi tidak secara universal.
3. Empiricist Foundationalism
Skeptisisme empiris berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman dan eksperimen, dengan salah satu alat untuk membuktikannya adalah panca indera manusia. Mereka percaya bahwa ilmu pengetahuan dan logika manusia tidak dapat dipastikan benar, karena apa yang dianggap benar oleh seseorang mungkin tidak benar menurut orang lain.
4. Rationalist Foundationalism
Berlawanan dengan skeptisisme empiris, paham rasionalis menekankan pada logika dan akal sebagai sumber utama pengetahuan. Mereka percaya bahwa ilmu pengetahuan tidak hanya berasal dari pengalaman melalui panca indera, tetapi juga dari pemikiran logis. Rasionalis sangat meyakini bahwa penilaian benar dan salah dapat dibuktikan secara tak terbantahkan. Sebagai contoh, dalam matematika, semua jawaban dapat diperoleh melalui penerapan rumus-rumus yang logis.
5. Authoritarianism
Jenis skeptisisme ini berpendapat bahwa kebenaran yang pasti hanya diketahui oleh segelintir orang tertentu. Mereka meyakini bahwa hanya kelompok atau individu tertentu yang memiliki hak untuk mengetahui kebenaran, sementara orang-orang di luar kelompok tersebut dianggap tidak memiliki akses ke kebenaran tersebut.
Contoh Sikap Skeptis
Sikap skeptis merupakan sikap yang dapat ditemui dalam berbagai aspek kehidupan. Berikut adalah contoh-contoh sikap skeptis dalam berbagai bidang.
1. Sikap Skeptis dalam Kehidupan Sehari-hari
- Meragukan komposisi bahan pada bungkus makanan.
- Meragukan kemampuan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas.
- Meragukan kebenaran iklan dan pemasaran produk.
2. Sikap Skeptis Mengenai Suatu Ajaran
- Mempertanyakan kebenaran reinkarnasi setelah kematian.
- Ketidakyakinan terhadap mitos atau pantangan dalam kebudayaan.
- Mempertanyakan eksistensi surga dan neraka, serta kepercayaan terhadap tokoh-tokoh suci atau dewa-dewa.
3. Sikap Skeptis Terhadap Pengobatan
- Tidak percaya pada khasiat obat-obatan herbal.
- Meragukan manfaat dari praktik akupunktur.
- Mempertanyakan diagnosa atau penanganan medis dari seorang dokter.
4. Sikap Skeptis Terhadap Sains
- Tidak mempercayai teori konspirasi seperti keberadaan UFO atau segitiga Bermuda.
- Meragukan teori-teori yang sudah diterima secara luas, misalnya tentang bentuk bumi yang bulat.
- Meragukan kebenaran cerita-cerita tentang manusia yang mendarat di bulan.
Advertisement
Upaya Menyeimbangkan Sikap Skeptisme dalam Kehidupan
Menyeimbangkan sikap skeptis dalam kehidupan merupakan langkah penting untuk memastikan bahwa kita tidak terjebak dalam sikap yang berlebihan atau merugikan. Berikut adalah beberapa cara untuk menghindari sifat skeptisme yang berlebihan.
1. Lebih Sering Berdiskusi
Berdiskusi dengan orang-orang yang memiliki pandangan yang berbeda dapat membantu membuka pikiran kita terhadap perspektif yang beragam. Dengan mendengarkan dan berdialog dengan orang lain, kita dapat memahami lebih baik mengapa orang memiliki pendapat yang berbeda dan mengurangi kecenderungan untuk bersikap skeptis tanpa alasan yang jelas.
2. Bersikap Terbuka
Sikap terbuka terhadap ide dan pendapat orang lain adalah kunci untuk menghindari sikap skeptis yang berlebihan. Meskipun kita mungkin tidak setuju dengan pendapat orang lain, menjadi terbuka untuk memahami alasan di balik pendapat mereka dapat membantu kita melihat masalah dari berbagai sudut pandang.
3. Membiasakan Perilaku Positif
Mempraktikkan perilaku positif seperti menghargai, mendukung, dan mempercayai orang lain dapat membantu mengurangi kecenderungan untuk bersikap skeptis secara berlebihan. Dengan membangun hubungan yang positif dan memercayai orang lain, kita dapat mengurangi ketidakpercayaan yang tidak beralasan.
4. Belajar Menerima Kegagalan
Menerima kegagalan sebagai bagian dari proses pembelajaran dapat membantu mengurangi sikap skeptis terhadap diri sendiri dan orang lain. Dengan mengubah pandangan kita terhadap kegagalan sebagai kesempatan untuk tumbuh dan belajar, kita dapat mengurangi kecenderungan untuk meragukan kemampuan orang lain atau merasa curiga terhadap motivasi mereka.
5. Bersikap Netral
Bersikap netral dan tidak terlalu terobsesi dengan keyakinan atau informasi tertentu dapat membantu mengurangi sikap skeptis yang berlebihan. Dengan mengambil sikap netral terhadap informasi baru dan tidak terlalu cepat mempercayainya atau menolaknya, kita dapat menghindari jebakan kecenderungan skeptis yang tidak sehat.