Postpartum Depression adalah Depresi Setelah Melahirkan, Simak Gejala dan Cara Mengatasinya

Postpartum depression adalah depresi pasca melahirkan.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 06 Mar 2024, 15:40 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2024, 15:40 WIB
Depresi Pada Ibu Melahirkan Bisa Terjadi Setengah Tahun Kemudian
Tampak sehat di awal, hati-hati risiko depresi pascamelahirkan bisa terjadi pada ibu beberapa bulan kemudian.

Liputan6.com, Jakarta Postpartum depression atau yang sering disebut dengan baby blues, adalah kondisi depresi yang dialami oleh seorang ibu setelah melahirkan. Kondisi ini dapat terjadi dalam beberapa minggu atau bulan setelah melahirkan, di mana mempengaruhi kesehatan mental dan emosional ibu.

Salah satu gejala yang sering muncul pada postpartum depression adalah perasaan sedih yang mendalam dan terus-menerus. Ibu yang mengalami kondisi ini seringkali merasa cemas, tidak bersemangat dan kehilangan minat dalam melakukan aktivitas yang biasanya menyenangkan. Mereka juga dapat mengalami perubahan nafsu makan dan tidur yang berlebihan atau kurang. 

Penyebab postpartum depression belum sepenuhnya dipahami, namun ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah riwayat depresi sebelumnya, ketidakstabilan hormonal pasca melahirkan, stres yang tinggi, dukungan sosial yang kurang, serta pengalaman persalinan yang traumatis.

Sebagai seorang ibu, sangat penting untuk memperhatikan gejala postpartum depression dan mencari bantuan medis jika gejala tersebut terjadi. Berikut ini gejala postpartum depression yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (6/3/2024). 

Mengenal Apa Itu Postpartum Depression dan Gejalanya

Postpartum Depression
Postpartum Depression

Depresi postpartum dikenal sebagai baby blues, di mana bisa menimbulkan rangkaian gejala yang beragam setelah melahirkan. Mulai dari perasaan sedih, perasaan bersalah, hingga bentuk-bentuk umum depresi lainnya, kondisi ini dapat terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama setelah proses persalinan. Adapun proses kelahiran seorang bayi bisa memicu berbagai perubahan emosional yang kuat pada seorang ibu, mulai dari kegembiraan dan kebahagiaan hingga ketakutan. Lonjakan emosi ini menjadi faktor utama dalam munculnya depresi postpartum.

Saat melahirkan, sebagian besar ibu baru mengalami baby blues yang umumnya mencakup fluktuasi suasana hati, tangisan, kecemasan dan kesulitan tidur. Baby blues biasanya muncul dalam dua hingga tiga hari setelah melahirkan dan dapat berlangsung hingga dua minggu. Namun, ada beberapa ibu yang mengalami bentuk depresi yang lebih parah dan memiliki durasi yang lebih lama. Dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, muncul gangguan mood ekstrem yang disebut psikosis postpartum setelah melahirkan.

Penting untuk dicatat bahwa depresi postpartum bukanlah tanda cacat karakter atau kelemahan seorang ibu. Terkadang, itu hanya merupakan komplikasi alamiah yang terjadi setelah melahirkan. Berikut beberapa gejala depresi postpartum yang perlu diwaspadai:

  1. Perasaan sedih atau tidak bersemangat yang berlangsung terus-menerus.
  2. Kesulitan atau enggan merawat dan berinteraksi dengan bayi.
  3. Terus merasa sedih tanpa alasan yang jelas.
  4. Kurangnya minat untuk merawat diri sendiri, seperti tidak mau mandi atau makan selama berhari-hari.
  5. Kehilangan minat pada aktivitas yang selama ini disukai.
  6. Terus merasa khawatir dan meyakini bahwa ada sesuatu yang salah pada bayi.
  7. Mudah merasa gelisah dan tersinggung.
  8. Kesulitan tidur.
  9. Kesulitan berkonsentrasi.
  10. Perasaan bersalah dan tidak pantas sebagai seorang ibu.
  11. Muncul pemikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bahkan bunuh diri.

Gejala-gejala ini dapat berkembang menjadi masalah serius yang membuat penderitanya kesulitan berinteraksi dengan orang lain, merawat bayi, bahkan mengakibatkan pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bayi mereka. Oleh karena itu, mengenali gejala depresi postpartum sangat penting tidak hanya bagi calon ibu, tetapi juga bagi pasangannya, sehingga kondisi ini dapat segera terdeteksi dan ditangani.

Diagnosis Depresi Postpartum

Ilustrasi baby blues syndrome
Ilustrasi baby blues syndrome. (Photo Copyright by Freepik)

1. Wawancara

Wawancara adalah salah satu metode yang digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data tentang sebuah topik tertentu. Dalam konteks postpartum depression, wawancara dapat dilakukan dengan ibu-ibu yang telah mengalami kondisi ini setelah melahirkan. Wawancara ini bertujuan untuk memahami pengalaman dan perasaan ibu-ibu tersebut selama masa depresi pasca melahirkan. Dalam wawancara, seorang peneliti dapat bertanya tentang perubahan suasana hati dan perasaan yang dialami ibu-ibu setelah melahirkan. Mereka juga dapat menanyakan tentang tingkat kekhawatiran dan stres yang dirasakan, serta perubahan fisik yang terjadi pada tubuh mereka. Selain itu, peneliti juga dapat menggali lebih dalam mengenai dukungan sosial yang diterima oleh ibu-ibu tersebut dari keluarga, teman, dan tenaga medis. Wawancara dapat dilakukan secara langsung atau melalui telepon atau video call. Tujuan utama dari wawancara adalah untuk mengeksplorasi pengalaman dan perasaan ibu-ibu secara mendalam, sehingga memberikan pemahaman yang lebih baik tentang kondisi postpartum depression. Hasil wawancara ini dapat digunakan untuk mengembangkan metode pengobatan dan dukungan yang lebih efektif bagi ibu-ibu yang mengalami kondisi ini.

2. Pemeriksaan Fisik

Setelah melahirkan, sebagian besar perempuan mengalami perubahan emosional yang normal, seperti suasana hati yang berfluktuasi, kelelahan, dan keprihatinan yang tinggi terhadap kesehatan serta perkembangan bayi mereka. Namun, dalam beberapa kasus, perempuan dapat mengalami kondisi yang lebih serius yang dikenal sebagai depresi pasca melahirkan atau postpartum depression. Pada pemeriksaan fisik pasien dengan postpartum depression, dokter akan memeriksa berbagai aspek kesehatan pasien, termasuk tekanan darah, denyut nadi dan perubahan berat badan. Selain itu, dokter juga akan melakukan pengecekan terhadap kondisi fisik pasien, seperti pengecekan payudara untuk mencari tanda-tanda infeksi atau gangguan, serta melakukan pemeriksaan genital untuk memastikan tidak ada komplikasi medis setelah persalinan. Pemeriksaan fisik ini bertujuan untuk memastikan bahwa pasien dalam kondisi fisik yang baik dan tidak mengalami masalah kesehatan yang mendasarinya. Jika terdapat kelainan atau masalah kesehatan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik, dokter akan memberikan penanganan yang sesuai, atau merujuk pasien ke spesialis yang lebih tepat guna mendapatkan perawatan yang diperlukan.

3. Tes Penilaian Depresi

Tes penilaian depresi merupakan salah satu cara untuk mengidentifikasi, apakah seorang ibu mengalami postpartum depression (depresi pasca melahirkan) atau tidak. Tes ini membantu tenaga medis dan keluarga dalam mendeteksi serta memberikan pengobatan yang tepat, sehingga membantu ibu pulih secara fisik dan emosional setelah melahirkan. Tes penilaian depresi bisa dilakukan dengan menggunakan kuesioner atau wawancara dengan tenaga medis yang berkompeten. Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi gejala depresi yang dialami ibu. Beberapa pertanyaan yang mungkin diajukan dalam tes penilaian depresi meliputi perasaan sedih yang konstan, kehilangan minat dalam aktivitas yang biasanya menyenangkan, perubahan nafsu makan dan tidur, perasaan bersalah atau rendah diri, kelelahan yang berlebihan, dan berpikir negatif. Penting untuk diingat bahwa hasil tes penilaian depresi bukanlah diagnosis medis. Tes ini hanya memberikan petunjuk awal tentang kecenderungan seseorang mengalami depresi pasca melahirkan. 

4. Pengamatan Perilaku

 

Untuk mengidentifikasi postpartum depression, pengamatan perilaku menjadi langkah penting. Pasangan atau anggota keluarga dapat memperhatikan apakah ibu baru menunjukkan perubahan yang mencolok dalam perilaku dan emosi. Misalnya, jika ibu sebelumnya merupakan sosok yang ceria dan aktif namun tiba-tiba menjadi murung dan tidak berminat melakukan apapun, mungkin ini adalah tanda adanya postpartum depression. Pengamatan terhadap perubahan pola makan dan tidur juga penting. Jika ibu mengalami penurunan atau kenaikan berat badan yang drastis, atau jika pola tidur ibu sangat terganggu, ini bisa menjadi indikasi adanya masalah kejiwaan. Pengamatan dapat membantu dalam mendiagnosis dan memberikan dukungan kepada ibu yang mengalami postpartum depression. Peran keluarga dan dukungan sosial sangatlah penting dalam masa sulit ini. Penting bagi ibu untuk mencari bantuan profesional dari dokter atau psikolog, guna mendapatkan perawatan yang sesuai dan membantu pemulihan.

5. Riwayat Medis dan Riwayat Kehamilan

Riwayat medis dan kehamilan seorang ibu dapat mempengaruhi terjadinya postpartum depression. Jika seorang ibu memiliki riwayat depresi sebelumnya, maka dia memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami postpartum depression. Selain itu, riwayat kehamilan yang sulit atau komplikasi juga dapat menjadi faktor risiko. Beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya postpartum depression adalah pengalaman trauma selama kehamilan atau persalinan, kondisi kesehatan fisik yang buruk setelah melahirkan, dukungan sosial yang minim, serta kecemasan yang tinggi terkait kemampuan untuk menjadi seorang ibu yang baik. Penting bagi seorang ibu untuk berkomunikasi dengan dokternya mengenai riwayat medis dan kehamilannya. Dokter dapat memberikan nasihat dan tindakan pencegahan yang tepat untuk mengurangi risiko terjadinya postpartum depression. Selain itu, mengikuti perawatan dan perencanaan setelah melahirkan juga penting guna memastikan kesehatan mental dan emosional ibu yang optimal.

 

 

Cara Mengatasi Depresi Postpartum

ilustrasi depresi postpartum/unsplash
ilustrasi depresi postpartum/unsplash

1. Konsultasi dengan ahlinya

Salah satu langkah penting yang harus diambil oleh ibu yang mengalami postpartum depression, adalah berkonsultasi dengan ahlinya. Seorang ahli kesehatan mental atau psikolog adalah seseorang yang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam menangani masalah kesehatan mental, termasuk postpartum depression. Konsultasi dengan ahli sangat penting karena mereka dapat membantu ibu untuk memahami dan mengatasi postpartum depression. Ahli dapat memberikan dukungan dan perawatan yang dibutuhkan, baik melalui terapi obrolan, psikoterapi, atau pemberian obat-obatan jika dibutuhkan.

Selain itu, konsultasi dengan ahli dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang postpartum depression kepada ibu dan keluarga. Ahli dapat menjelaskan tentang faktor risiko, gejala-gejala yang muncul, cara-cara mengurangi depresi pasca melahirkan, serta memberikan saran untuk merawat diri dan mengembalikan kestabilan mental. Dalam mengatasi postpartum depression, dukungan dari orang terdekat juga perlu dijaga. Namun, konsultasi dengan ahli tetaplah penting karena mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus dalam menangani masalah ini. Jadi, jangan ragu untuk mencari bantuan dan membuat janji konsultasi dengan ahli kesehatan mental jika Anda atau pasangan Anda mengalami postpartum depression.

2. Minum obat antidepresan

Salah satu cara yang dapat membantu mengatasi postpartum depression adalah dengan minum obat antidepresan. Obat antidepresan bekerja untuk mengatur kembali tingkat kimia otak yang terganggu saat mengalami depresi. Dalam kasus postpartum depression, obat ini membantu meningkatkan mood dan mengatasi gejala depresi yang terjadi pada ibu setelah melahirkan. Namun, penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi obat antidepresan, terutama bagi ibu yang sedang menyusui. Dokter akan mempertimbangkan obat yang aman dan sesuai dengan kondisi ibu serta memantau efek samping yang mungkin timbul.

Selain minum obat antidepresan, terapi psikologis seperti terapi kognitif perilaku dan terapi kelompok juga bisa menjadi pilihan. Pendukung sosial, seperti keluarga dan teman-teman, juga dapat membantu ibu dalam mengatasi postpartum depression. Penting bagi ibu untuk mengetahui bahwa postpartum depression adalah kondisi yang dapat diobati dan mereka tidak perlu merasa sendirian atau malu dalam mencari bantuan. Dengan perawatan yang tepat, ibu dapat pulih dan menikmati perjalanan keibuan mereka dengan lebih baik.

3. Minta bantuan orang lain

Postpartum depression adalah kondisi depresi yang terjadi setelah seorang wanita melahirkan. Kondisi ini bisa dialami oleh sekitar 1 dari 10 ibu baru dan seringkali tidak sadar bahwa mereka mengalaminya. Seringkali, ibu merasa cemas, lelah, sedih, atau tidak tertarik pada bayi mereka. Untuk mengatasi postpartum depression, penting untuk mencari bantuan orang lain. Pertama, berbicaralah dengan pasangan atau anggota keluarga yang dekat. Mereka dapat memberikan dukungan emosional dan membantu dalam mengatasi tugas-tugas sehari-hari yang terkait dengan merawat bayi.

Selain itu, carilah dukungan dari kelompok ibu atau komunitas yang mengalami hal serupa. Berbagi pengalaman dengan ibu-ibu lain yang mengalami postpartum depression dapat memberikan rasa lega dan mengurangi isolasi yang seringkali dirasakan oleh ibu yang mengalami kondisi ini. Jika kondisi depresi pasca melahirkan semakin berat atau tidak kunjung membaik, segera hubungi dokter atau tenaga medis terkait. Mereka dapat memberikan penilaian lebih lanjut dan memberikan rekomendasi untuk terapi atau obat-obatan yang tepat. Mengatasi postpartum depression tidak harus dilakukan sendirian. Dengan meminta bantuan dari orang lain, ibu yang mengalaminya dapat mendapatkan dukungan yang diperlukan untuk pulih secara optimal dan merawat bayi mereka dengan baik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya